51. SAXEI ||🍁Gelap Seperti Hati🍁

215 7 0
                                    

VOTE
.
.
.
.
.
.
COMMENT
.
.
.
.
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa baca doa biar berkah!
.
.

«.................................»

"Aku ingin melihatmu, tapi mataku menolak keras!"
~Xeira~


















"Kak Quen mau Ken beliin seblak?"

Xeira menggeleng.

"Eumm... Corndog?"

Lagi-lagi Xeira menggeleng.

"Martabak kesukaan Kak Quen?"

Xeira kembali merespon dengan gelengan kepala.

Ken menghela napasnya lelah. "Kak, jangan diem aja dong. Ken sedih nih," adunya. Ken duduk berlutut menyamakan tingginya dengan Xeira.

Xeira sudah pulang dari rumah sakit, kondisinya memang sudah cukup membaik. Sebenarnya Xeira disarankan untuk beberapa hari lagi di rumah sakit, namun alih-alih Xeira mengeluh bosan dan kangen suasana rumah. Jadilah ia terpaksa dibawa pulang oleh Gendra. Dan sekarang ia berada di halaman rumah ditemani Ken dengan kursi roda yang membantunya berjalan.

"Ken, Kakak mau pinjem ponsel kamu boleh?"

"Buat apa Kak?"

"Kakak mau telpon Kak Sarez." Tangan Xeira meraba-raba wajah adiknya. Mendapatkan yang ia mau, Xeira menangkup kedua pipi Ken. "Kakak mohon..." melasnya.

"Masalahnya..." Ken menggantung ucapannya. Ia bingung harus menjawab apa, masalahnya Sarez sudah di alam kubur dan tidak mungkin Sarez bisa mengangkat telpon. Dan keberadaan ponsel laki-laki itu saja, ia tidak tahu, mungkin sudah hancur dengan meledaknya bom, maybe.

"Kak Sarez pasti sibuk Kak, kan mau masuk kuliah juga. Nanti ya, Ken chat Kak Sarez," Ken mencoba memberi pengertian pada Xeira.

Xeira tersenyum getir. "Ternyata bener ya, Kak Sarez malu punya pacar cacat kayak Kakak," ucap Xeira terkekeh miris.

Ken menggeleng. "Eng-enggak Kak. Kak Sarez sayang banget sama Kak Quen. Tiap hari Kak Sarez juga tanya kabar Kak Quen kok," alibinya.

Xeira membuang muka. "Kakak gak percaya."

"Benerr Kaaaakkk..."

Jujur Ken merasa sedih harus berbohong seperti itu, tapi ini demi kebaikan kakaknya. Semua orang sudah sepakat tidak akan memberi tahu Xeira sampai kondisi Xeira bisa sembuh total.

"Kalau gitu telpon Kak Sarez buat Kakak!!" desak Xeira memaksa Ken. Sudah hampir dua minggu Xeira tak mendengar kabar apapun dari Sarez, bahkan teman-temannya pun tidak mau membantu menelpon Sarez.

Dalam benaknya bertanya, apa yang terjadi?

"Ba-baik Kak, Ken bakal telpon," pasrahnya. Tangannya mulai mencall Sarez. Padahal ia sudah tahu kalau itu akan sia-sia.

Suara dering terdengar, tapi tak ada tanda-tanda penerima telpon. Ken memberikan pada Xeira yang langsung diterima dengan semangat. Xeira menempelkan ponselnya ke telinga berharap suara Sarez bisa ia dengar dengan jelas, namun nihil. Suara operator menyambut gendang telinganya.

SAREIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang