04

13K 1.1K 90
                                    

Hans memutuskan kembali ke Indonesia setelah berdebat panjang lebar dengan sekretarisnya, pada akhirnya Hans menambah satu sekretaris lagi untuk membantu sekretaris lamanya.

Saat tiba, teman-teman Hans langsung menghubungi Hans bertanya apa Mansion nya bisa di gunakan ? Seperti biasa, Hans menjawab terserah mereka saja asalkan tidak merepotkan dirinya.

Bukannya pulang ke Mansion, Hans memilih pulang ke rumah mewahnya yang terletak di komplek perumahan elit.

"Di mana dia ?" Tanya Hans pada salah satu bodyguardnya, mendengar pertanyaan Hans bodyguard tadi menelpon temannya yang sekarang menjadi stalker Luki.

"Saya mendapat informasi kalau dia sekarang ada di rumahnya"

"Oke, siapkan mobil.. aku pergi sekarang"

"Baik bos"

Hans menenteng tas belanjaan bermerek mahal, dia tau semua orang pasti menyukai hadiahnya termasuk Luki, Hans belum pernah gagal membuat orang lain kagum.

Tapi saat tiba di rumah Luki.
Luki melempar tas belanjaan yang Hans bawa.

"Aku udah bilang! Aku nggak butuh hadiah atau uang mu.. bawa balik semua ini !!"

Bam!
Luki menutup pintu rumahnya kasar.

"Ish! Anak itu-"

"Sudah.. sudah.. jangan memperpanjang masalah" Hans menahan bodyguardnya.

"Mungkin yang satu ini kurang mahal, jadi dia nggak tertarik" kata Hans.

Besoknya Hans kembali membawa jam yang punya harga dua kali lipat dari pakaian kemarin tapi kembali Luki menolak kedatangan Hans, Luki hanya melihat Hans dari jendela tapi tidak mau membuka pintu.

Besoknya lagi Hans belum juga menyerah, dia membawa semua barang-barang yang Luki tolak juga mobil baru sebagai hadiah.

"Kamu serius dia bukan pacar mu ?" Tanya kakak wanita Luki yang ikut mengintip dari jendela.

"Kakak gila ya ?! Jadi kakak nggak keberatan aku jadi gay ?!"

"Ya nggak sih, semua pilihan ada di kamu" jawabnya santai.

"Ish... punya kakak sama-sama nggak waras" Luki membentuk garis miring di dahinya lalu beranjak pergi ke kamar.

Ding.
Dong! Bel rumah mereka berbunyi.

Kakak wanita Luki membuka pintu.
"Iya ?"

"Maaf, Luki ada ?" Tanya Hans.

"Luki nya sih ada, tapi ya gitu.. dia baru masuk ke kamar, kayaknya nggak mau di ganggu" kata kakak Luki.

"Oh,. " Hans terlihat kecewa.

".. besok aku datang la-"

Buk!!

Luki melempar kotak pensil dari lantai dua yang berhasil mendarat tepat di kepala Hans.

"Jangan coba-coba datang lagi !!" Teriak Luki dengan wajah kesalnya.

"Ugh.." Hans mengusap kepalanya lalu menatap Luki.

"Kita udah nggak ada urusan lagi kan !! Jadi pergi sebelum aku telpon polisi!" Hans hanya melihat Luki tanpa bicara lalu berjalan kearah mobil sportnya.

Bodyguard Hans membawa mobil baru yang tadinya Hans ingin berikan untuk Luki, termasuk barang-barang bermerek mereka bawa kembali.

Setelah mereka pergi kakak Luki menatap Luki yang masih melihat dari jendela kamar.

"Luki! Jangan kasar gitu sama orang! Jangan asal panggil polisi ya kamu!" Teriak kakak Luki dari bawah.

Luki menutup jendela kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di kasur.
"Pasti ada sesuatu.. kalau dia mau jebak aku jadi budak s*xnya, aku nggak bakal mau!" Gumam Luki mengingat kejadian waktu itu.

Siapa bilang Luki tidak trauma.
Penculikan dan pemerkosaan yang Hans lakukan membuat Luki sering mengalami mimpi buruk.

Luki bahkan tidak bisa lagi bermain basket karena sekarang pandangan Luki terhadap teman laki-lakinya terlihat berbeda kecuali Dery.

Sentuhan mereka membuat tubuh Luki terasa aneh.
"Ughh.." Luki memeluk tubuhnya.

Dia juga merasa tidak tertarik lagi pada wanita.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang