26

9.1K 926 64
                                    

Hans membawa Luki masuk ke dalam mobilnya, dia terus memeluk Luki erat sampai Luki berhenti menangis.

"Udah ngerasa lebih tenang ?" Hans mengusap pelan kedua pipi Luki.

"Hm," Luki mengangguk mengiyakan pertanyaan Hans.

"Ini minum dulu" Hans mengambil botol air mineral di dekatnya, dia membantu Luki minum karena Luki masih sesegukan.

Setelah Luki selesai minum, Hans langsung menggenggam kedua tangan Luki.
"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf.. semua ini bukan mau ku, ini rencana kakak ku.." Hans mulai menjelaskan semuanya pada Luki.

"... aku nggak akan nikah, apa pun bakal ku lakuin buat batalin pertunangan itu jadi ku mohon jangan ngilang lagi, aku khawatir setengah mati.. aku sayang sama kamu Luki, jadi jangan mikir yang aneh-aneh" Hans mengecup bertubi-tubi tangan Luki.

Luki mengigit bibirnya, dia tau emosi Hans saat ini tidak stabil jadi Luki mengurungkan niatnya memberitahu Hans, dia tidak mau memperburuk keadaan.

Luki mengecup singkat pucuk kepala Hans, Hans mendongakkan kepalanya melihat wajah Luki.

"Aku nggak apa-apa, aku udah disini kan.. makasih udah nyari aku" Luki tersenyum paksa.

Hans menyentuh wajah Luki.
"Aku boleh cium kamu ?" Tanya Hans.

Tanpa menjawab pertanyaan Hans, Luki langsung memeluk leher Hans lalu mencium bibir Hans.

Hans cukup terkejut karena ini pertama kalinya Luki mencium lebih dulu tanpa ada paksaan.

Hans menyentuh leher Luki, memperdalam ciuman mereka berdua.

Saat tangan Hans bergerak menyentuh dada Luki, Luki langsung menahan tangan Hans.
"Hah.. hah.. Jangan hari ini" kata Luki, Luki takut Hans tau karena pelumas tadi masih ada di dalam hole Luki.

Hans mengecup singkat dahi Luki.
"Maaf, aku antar kamu pulang ya"

"Hm," Luki mengangguk.

Saat Luki pulang ke rumah, kedua kakak Luki menyambutnya gembira. Mereka juga merasa khawatir saat tau adik mereka hilang.

Dery bernafas lega saat mendapat telpon dari Hans kalau Luki pulang dalam keadaan baik-baik saja tanpa luka, akhirnya Dery bisa pulang ke apartemen dan tidur.

Keesokkan harinya ~

Ding
Dong ~

"Iya ?" Kakak laki-laki Luki membuka pintu.

Deg!

Dia terkejut saat melihat seseorang berdiri di depan pintu rumah. Pria tinggi dengan stelan jas mewah, sepatu bermerek terkenal dari perusahaan Bramansa, wajah tampan bak model juga buket bunga besar yang dibawa oleh dua orang di sampingnya.

Wangi parfumnya menyebar bahkan mungkin bisa tercium seisi rumah.

"Ma-maaf.. Ca-cari siapa ?" Tanya kakak Luki.

"Luki Vicrian ada ?" Tanya orang tadi.

"Lu-luki lagi beli telur" jawab kakak Luki gugup.

"Oh, aku tunggu di dalam" tanpa meminta ijin, dia langsung berjalan masuk ke dalam rumah Luki, dia duduk di sofa ruang tamu tanpa melepas sepatunya.

Kakak Luki ikut duduk melihat orang ini, dia mencoba mengingat siapa orang yang sekarang duduk di sofa mereka.

Saat kakak Luki berpikir keras.

Prak!

Mereka langsung melihat asal suara.
Seseorang berdiri di depan pintu, plastik berisi telur yang dia pegang jatuh ke lantai dan pecah.

"Heh.. kamu ini! Telurnya pecah itu !" Kakak Luki menepuk lengan Luki kesal.

Pria tadi bangun dari posisi duduknya lalu berdiri di hadapan Luki.

"Bagaimana keadaan mu ?" Tanyanya melihat wajah syok Luki.

"Kenapa kamu ada disini ?"Luki terkejut melihat Albert datang ke rumahnya.

"Aku mampir sebentar" jawabnya.

Kakak Luki langsung berbisik.
"Eh! Kamu kenal dia ?"

"Kakak nggak tau ? Dia Albert Bramansa"

"Albert.. eh.. Albert Bramansa yang itu ?!" Kakak Luki baru ingat siapa orang ini setelah Luki menyebut namanya.

Kakak Luki langsung menyeret Luki keluar dari rumah mereka.
"Kenapa kamu selalu terlibat sama keluarga Bramansa?! Kamu kasih jampe-jampe ya ?!"

"ishhh.. kakak kira aku dukun!" Jawab Luki kesal.

"Aku mau bicara berdua dengan mu" kata Albert menatap Luki.

Deg!

Luki dan kakaknya menoleh saat mendengar suara Albert yang sekarang berdiri di belakang mereka.

"I-ini.. silahkan" kakak Luki mendorong tubuh Luki kearah Albert.

"Mau bicara disini atau tempat lain ?" Tanya Luki.

"Di dalam mobil, hanya 5 menit.. aku harus ke perusahaan setelah ini"

"Hm," Luki mengikuti langkah kaki Albert.

'Emang dia mau ngomong apa ? Lunasin hutang lagi ?' pikir Luki.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang