19

12K 1K 53
                                    

Seseorang berjalan kearah ruang CEO lalu berhenti di depan meja sekretaris.
"Iya, ada yang bisa saya bantu ?"

"Aku sudah ada janji dengan pak Albert, katakan ini E"

"Ha-hanya E tuan ?"

Orang tadi tersenyum mendengar pertanyaan wanita ini.
"Ya, hanya E.. dia tau kok"

"Oh, baik" sekretaris wanita tadi langsung memberitahu Albert. Seperti yang pria bernama E ini katakan, Albert langsung menyuruhnya masuk.

Saat masuk ke ruangan Albert, dia tersenyum melihat wajah Albert.
"Seperti biasa, kamu selalu serius"

"Aku banyak kerjaan, kalau udah nemu cepat keluarkan kalau nggak silahkan pergi.. pintunya di belakang mu" kata Albert kembali melihat dokumen di atas mejanya.

"Sabar, jangan galak-galak..  ini aku bawa yang kamu minta tempo hari" Pria bernama E tadi mendekat lalu menaruh amplop coklat di atas meja kerja Albert.

Albert mengambil amplop tadi lalu membukanya. Dia bisa melihat data seseorang juga beberapa foto.

"Kemarin dia pulang lagi ke Indonesia, aku kurang yakin untuk yang satu ini dia serius atau nggak tapi Hans kelihatan senang di dekatnya"

Albert menatap foto seseorang yang ternyata foto Luki.
"Jelaskan tentang orang ini"

"Ya, namanya Luki Vicrian.. hari ini ulang tahunnya yang ke 17.. " jelas E.

"Jadi dia masih SMA ?" Tanya Albert.

"...hm, dia masih SMA.. bisa ku lanjutkan ?"

"Ya, lanjutkan"

"..  kedua orang tuanya sudah meninggal.. ayahnya kecelakaan kerja dan ibunya di bunuh saat bekerja jadi sekarang dia tinggal bersama dua kakaknya.." kata E, dia bisa melihat wajah serius dari Albert.

".. lalu,. " Albert langsung menatap E.

".. mereka punya hutang, salah satunya di koperasi Bramansa INA"

Albert menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.
"Aku tidak perlu memberitahu mu, kamu tau apa yang ku mau kan ?"
E tersenyum mendengar pertanyaan Albert.

"Ya, aku paham mau mu.. aku terlalu lama bekerja jadi tangan kanan seorang Albert Bramansa, tanpa kamu bicara pun aku tau harus melakukan apa.. kalau begitu aku permisi"  E menunduk singkat lalu berjalan keluar dari ruangan Albert.

Albert menatap foto Hans dan Luki yang berada di taman kota waktu itu, terlihat Hans tersenyum bahagia memeluk Luki.

Seringai terlihat jelas di bibir Albert.
"Aku tidak akan membiarkan kamu tertawa Hans, kamu harus lebih menderita dari ku"

Di hari yang sama di tempat lain.

"Aku punya permintaan di hari ulang tahun ku" ujar Luki.

"Permintaan apa, sebutin aja ?" Tanya Hans tanpa menaruh curiga.

"Aku mau kamu minta maaf sama mereka"

"Mereka ?" Hans menaikkan alisnya.

"Iya, orang-orang yang sudah kamu jadikan mainan.. aku bakal percaya kamu sudah berubah kalau kamu mau menuhin permintaan ku"

Hans diam lalu mengepalkan tangannya.
"Apa sesulit itu kamu percaya sama aku Luki ? Aku emang salah, tapi ini sudah keterlaluan" kata Hans menatap wajah Luki.

"Apa sesulit itu minta maaf ?" Tanya Luki balik.

"Nggak sulit, tapi semua yang ku sakiti...aku udah lupa siapa aja, aku nggak pernah serius .. gimana bisa aku minta maaf kalau aku lupa orangnya ?"

"Oke.. nggak bisa semua, kalau gitu.. minta maaf sama orang yang namanya Revan itu trus sama teman ku juga Dery"

"Kamu serius ?"

"Aku serius, aku udah kasih kesempatan yang mudah buat kamu ...kalau nggak bisa semua aku mau kamu minta maaf sama dua orang ini aja.. Sesusah itu ya ?"

Hans semakin kuat mengepalkan tangannya.
"Aku juga punya permintaan" kata Hans.

"Hei aku yang ulang tahun disini!" Kesal Luki.

"Aku tau, tapi anggap aja aku dapat hadiah ulang tahun ku lebih cepat"

Luki menghela nafasnya berat.
"Ya sudah, apa ?" Tanya Luki.

"Apa pun yang terjadi, susah mau pun senang.. kamu nggak bakal ninggalin aku"

Deg!
Luki meremas bajunya.

"It-itu cukup sulit.. kamu tau, jodoh nggak bisa dipaksa kan" jawab Luki.

"Kok kamu gitu ? Aku rela ngelakuin apa pun buat kamu !! Kamu bilang ini sulit ?! Luki sejak awal kamu serius suka sama aku nggak sih ? Atau cuma mau balas dendam ?!"

"Kok kamu marah ?! Aku bilang sesuai fakta.. !"

"Kamu-Argh!" Hans meluapkan emosinya menendang buket mawar yang tadinya Luki tepis.

"Hah... "
Hans membelakangi Luki lalu berjongkok merapikan buket mawar yang sudah berantakan akibat tendangannya.

"Maaf,. Bunganya jadi rusak" gumam Hans pelan.

Luki bisa mendengar Hans menarik cairan hidungnya.

"Ah...ya ampun.. kamu ini benar-benar bikin aku kesal !" Luki memutar bola matanya malas lalu ikut berjongkok di hadapan Hans.

"Hei.. " Luki menangkupkan kedua tangannya mengusap pelan air mata Hans.

".. aku minta maaf, jangan nangis" kata Luki pelan.

"Aku nggak nangis, mata ku masuk debu.. hidung ku mampet, cuacanya dingin"

Luki terkekeh pelan mendengar alasan Hans.
"Badan kekar, suka bully orang.. suka ngancam orang, berbuat semaunya ! Aku nggak percaya kamu jadi selembek ini gara-gara hal sepele" Luki mencubit pelan hidung Hans.

Hans menyentuh tangan Luki lalu mengecupnya singkat.
"Semua ini gara-gara kamu, aku perlu kamu di hidup ku.. aku sayang sama kamu.." Hans menyandarkan kepalanya di pundak Luki.

".. please, jangan tinggalin aku Luki.. aku bakal lakuin apa pun yang kamu mau.. aku cuma punya kamu"

Luki diam sesaat, Luki tidak tau apa yang sudah Hans lalui selama ini hingga bisa bersikap dan bertindak semaunya bahkan tidak perduli dengan perasaan orang lain tapi melihat sikap Hans sekarang Luki tau kalau Hans sebenarnya hanya merasa kesepian. Kata-kata Hans terdengar tulus untuk Luki.

"Luki, aku sayang sama kamu.. kamu tetap di sisi ku kan ?" Tanya Hans tepat di perpotongan leher Luki.

Luki memeluk Hans balik, dia mengusap pelan punggung Hans.
"Hm, aku nggak akan tinggalin kamu.. jangan sedih lagi" jawab Luki mengangguk singkat.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang