18

17K 1K 17
                                    

Luki, teman Dery berhenti berjalan saat melihat Dery berlari cepat kearah gerbang sekolah.

"Heh... Dery, kamu kenapa ?!" Tanya Luki melihat Dery berlari seperti orang kesurupan.

"Hah...hah...hah...hah!!" Dery menopang tubuhnya dengan memegang kedua pundak Luki.

"Oi..oi.. yang benar aja, jangan mati disini!" Luki terlihat panik.

"Hah...hah.. aku di ikutin orang"

"Eh.. serius.. emang kamu ada ngutang ?" Tanya Luki melihat ke belakang Dery tapi hanya ada anak-anak sekolah saja yang berjalan kearah mereka.

"Hah.. Nggak lah.. ayo masuk, ntar telat ! Gendong, aku cape banget" Dery naik ke belakang Luki, meminta Luki menggendongnya.

"Heh.. dasar! Bikin repot aja" siswa lain tertawa melihat kedua sahabat ini.

Keduanya sibuk satu sama lain hingga tidak menyadari mobil hitam terparkir di seberang jalan.

Seseorang yang ada didalam mobil menopang dagunya melihat Dery dan Luki yang berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Gimana bos ?" Tanya pria dengan kaos hitamnya yang ada di bangku supir pada pria yang duduk di bangku belakang.

Dia tersenyum lalu duduk tegak.
"Kemungkinan mereka berdua dekat, kalau tidak bisa menangkap dia.. culik saja temannya"

"Baik bos" pria dengan baju hitamnya tadi mengambil ponsel lalu memerintahkan anak buahnya menargetkan Luki.

Seperti biasa, Luki dan Dery menghabiskan waktu bersama selayaknya siswa SMA yang punya teman dekat saat pulang sekolah.

Mulai dari bermain basket di lapangan sekolah bersama siswa lain, Dery yang bercerita sedikit tentang keluarganya pada Luki dan juga om-om gemasnya yaitu Revan.

"Jadi kamu udah ngaku suka sama si om ?" Tanya Luki meminum air dari botol setelah selesai bermain basket di lapangan outdoor sekolah, sisanya hanya mereka berdua karena siswa lain memutuskan pulang lebih dulu.

"Nggak terang-terangan juga sih.. ya, aku masih kayak sugar baby-nya si om" jawab Dery.

"Jadi nggak ada status pasti gitu ya ?"

"Hm, gitulah.. si om juga masih sama bayang-bayang masa lalu, aku nggak bisa masuk gitu aja kan.. dia juga masih pake cincin itu" Dery menatap langit sore.

"Jadi kamu maunya gimana Der ? Mau tetap gini aja.. ya, jujur aja sih.. aku nggak setuju kamu sama si om, soalnya usia kalian cukup jauh.. lagian kamu juga nggak terlalu tau latar belakang si om" jelas Luki, karena dia tidak mau temannya ini terluka terlebih hubungan Dery dan keluarganya sudah berantakan.

"Hah..." Dery bangun dari posisi duduknya lalu menarik tasnya.
".. lihat aja nanti, pengen nikmatin waktu aja dulu .. ntar kalau terburu-buru malah si om bisa ilfil sama aku"

"Ya udah Der, aku cuma ngingetin kamu ya.. jangan baper"

"Haha .. iya, iya.. udah dulu ya.. aku mau pulang ke rumah si om"

"Iya, aku juga mau pulang.. barengan aja ke gerbang" keduanya berjalan kearah gerbang sekolah dan berpisah disana.

Seperti biasa, Luki berjalan kearah rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sekolah.

Tapi saat dia berbelok ke dalam gang sempit yang biasa dia gunakan untuk jalan pintas.

Grep!

"Hmpphh!!" Seseorang membekap mulut Luki dengan sapu tangan yang sudah di basahi dengan obat bius.

Luki sempat melawan tapi karena pengaruh obat bius tadi, tubuhnya langsung melemah.

Beberapa detik kemudian, Luki kehilangan kesadarannya.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang