06

12.7K 1.1K 79
                                    

"Selamat sore" sapa Hans dengan senyum merekah saat Luki membuka pintu rumahnya.

"Kamu masih hidup ?" Tanya Luki menatap kesal kearah Hans.

"Tentu aja, kamu yang memohon aku jangan melompat kan"

"Hah.. aku terpaksa, masuk!" kata Luki berjalan ke dalam rumahnya.

"Kamu sendirian di rumah ?" Tanya Hans.

"Kedua kakak ku pergi kerja" jawab Luki.

Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, "Tumben bodyguard mu nggak ikut ?"

"Aku udah bilang kita cuma berdua kan" Hans terus tersenyum, Luki tau kalau Hans punya wajah tampan tapi melihat dia tersenyum membuat Luki jadi merinding sendiri.

Hans melihat sekitar, rumah Luki terlihat sangat sederhana.
"Kamu tinggal disini dari kecil ?" Tanya Hans.

"Hm, dari aku lahir"

"Kalau ku belikan rumah, kamu mau ?" Luki menatap Hans tidak percaya, bagaimana dia mengatakan mau membeli rumah seperti mau membeli permen saja.

Luki menggelengkan kepalanya.
"Nggak, terima kasih.. rumah ini sudah lebih dari cukup.. Jadi, kamu mau ngajak aku makan malam .. setelah makan malam semua selesai kan ?"

Hans menatap Luki dengan tatapan yang dia buat sesedih mungkin.
"Jadi kamu mengusir ku lagi ? Ada baiknya aku pergi ke gunung Jayawijaya lagi"

"Hei..! Jangan bicara aneh-aneh!"

"Jadi ?" Tanya Hans.

"Baik, aku ikuti kemauan mu.. aku nggak tau rencana mu apa tadi aku nggak mau jadi pemuas nafsu mu lagi"

"Aku nggak mikir hal kayak gitu, aku cuma ngajak kamu makan malam.. jalan-jalan dan mungkin kita bisa jadi teman dulu" Hans tersenyum lagi.

Luki menatap Hans aneh, apa yang Hans mau darinya. Luki tidak bisa mempercayai pria ini.

Sebelum pergi makan malam, Hans membeli pakaian dan sepatu untuk Luki.

Keduanya pergi ke restoran bintang lima, ini pertama kalinya Luki pergi ke lingkungan orang kaya. Hanya saja, makanan disana tidak sesuai dengan seleranya dan yang membuat Luki bingung porsinya sangat sedikit bahkan tidak membuat dia kenyang.

Saat keduanya menikmati makanan, seseorang menyapa Hans.
"Hans.. kamu pulang lagi ?" Tanya orang tadi.

Wajahnya terlihat manis, dia juga menyentuh pundak Hans, jemarinya bahkan terlihat lentik dan terawat padahal dia laki-laki, berbeda dengan Luki yang sudah biasa bekerja keras jadi tangannya terasa kasar.

Mereka sibuk berbincang-bincang.
Luki meminum jusnya menatap keduanya sampai mata Luki dan pria manis ini bertemu.

"Siapa mu Hans ?" Tanyanya melihat Luki.

"Oh, ini Luki.. cuma kenalan" kata Hans.

"Ah, ku kira pasangan kamu.. selera kamu cukup buruk kalau sampai suka sama dia"

Deg.
Luki meremas sendoknya.

Clang!
Luki menusuk daging di hadapannya lalu memakannya sekali suapan, Luki juga meminum jusnya sampai habis. Beberapa orang melihat kearah Luki.

"Ya ampun, makannya bar-bar sekali.. kok bisa kamu bawa dia kemari"  kata pria tadi menutup mulutnya tidak percaya Hans sudah membawa orang seperti Luki ke restoran bintang lima.

Luki mengusap mulutnya dengan serbet makan lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Sudah kan, kita udah makan malam sama-sama.. Aku juga sudah kenyang..ku pikir, kamu bisa nikmatin malam sama dia.." Luki menatap pria di dekat Hans kesal.

".. terima kasih !!" Luki melangkah pergi.

"Luki ! Hei.. !! Kamu mau kemana ?! Luk-" Hans berniat mengejar Luki tapi tangannya di tahan pria tadi.

"Hans.. kok kamu pergi, kita udah lama nggak ketemu.. ayo temanin aku makan" pria tadi menyeret Hans ikut bersamanya.

Luki berjalan keluar dari restoran tadi. Dia melepas jas juga sepatunya.
"Mulut orang berduit emang bikin emosi!!" Gumam Luki sepanjang jalan.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang