08

13.3K 1.1K 48
                                    

"Ka-kamu bilang apa ?" Tanya Luki menatap Hans.

"Aku ngisi air buat kamu mandi.. nanti kamu kena flu"

"Ah... Gitu.. Hm.. " Luki meraba saku celananya saat merasa ponselnya bergetar.

"O-oh.. ka-kakak ku nelpon.. be-benar.." Luki mendorong Hans lalu berjalan menjauh.

"Iya.. iya.. Ini mau pulang .. iya! Aku pulang sekarang!" Luki sengaja menyaringkan suaranya supaya bisa di dengar oleh Hans.

Luki yang berdiri di dekat pintu tidak menyadari kalau Hans berjalan kearahnya. Hans mengurung Luki yang berhasil membuat Luki kaget.

"Tunggu.. aku lagi telponan sama kakak ku!" Luki berusaha mendorong Hans menjauh darinya.

Hans menarik ponsel Luki.
"Halo, ini Hans.. "

Kakak Luki bertanya Hans siapa?
Hans menjelaskan dia orang yang datang membawa banyak hadiah waktu itu.

Hans malah mengobrol dengan kakak Luki.

" .. iya, hujan .. mobil ku juga basah dari luar sampai dalam jadi aku nggak bisa ngantar Luki pulang.. hm, kalau di perbolehkan .. Luki bisa menginap disini, aku bisa langsung antar dia ke sekolah besok" mendengar kata-kata Hans, Luki membulatkan matanya.

"Hah, jangan ngomong seenak-Mmn!!" Luki berusaha mengambil ponselnya dari tangan Hans, tapi Hans dengan cepat menahan wajah Luki.

"Hm, terima kasih.. iya, selamat malam" Hans menutup panggilan tadi lalu menaruh ponsel Luki di atas lemari yang sulit Luki jangkau.

"Puahh!!" Luki menarik tangan Hans dari wajahnya.

"Siapa yang setuju aku nginap disini ?! Aku mau pulang!"

"Aku udah minta ijin sama kakak mu, jadi nggak ada masalah kan ?"

"Kamu benar-benar suka nyari masalah.. mau mu apa ?! Kamu nggak bisa jebak aku lagi !"

Hans melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku nggak nyari masalah aku menyelesaikan masalah dan lagi aku nggak nyulik kamu, aku minta ijin secara baik-baik.. kamu nggak bisa lihat dari sisi positif ya ?" Tanya Hans.

Luki menatap Hans sinis.
"Aku nggak bisa lihat sisi positif dari kamu, semua di diri kamu itu negatif" kata Luki kesal.

"Cih.. benar-benar.. ini alasan aku nggak mau terlibat sama anak-anak, mereka punya otak yang lamban"

"Hah?! Kamu barusan bilang apa ?!"

"Kamu punya otak yang lamban buat mikir, udahlah.. jangan banyak berdebat, kamu bikin aku pusing .. lebih baik cepat mandi! Lantai ku udah basah ini !" Hans langsung mengendong Luki seperti membawa karung beras.

"Heii...!! Aku nggak mau di gendong!! Heeeii...!! Turunin aku !!"

Hans membawa Luki masuk ke dalam kamar mandi lalu menceburkan Luki ke dalam bathtub besarnya.

"Blupp!! Blupp!! Puaahhh!! Kamu mau membunuh ku?!" Teriak Luki kesal.

Hans mengunci kamar mandinya dengan sandi lalu berjalan kearah Luki.

"Ma-mau apa ?" Tanya Luki melihat Hans membuka baju.

"Kita di kamar mandi, kamu pikir mau makan ? Lucu" Hans terkekeh pelan melihat mimik wajah Luki.

Hans masuk ke dalam bathtub, menyandarkan tubuhnya di sisi lain bathtub.
"Ah.. air hangat emang enak buat berendam"

Luki memeluk kakinya.
Dia tidak mengerti kenapa Hans bersikap seperti ini, padahal dulu Hans terlihat seperti penjahat di mata Luki.

"Mikirin apa, hm ?" Tanya Hans menopang kepalanya melihat kearah Luki.

"Nggak mikirin apa-apa,." Luki melihat sekeliling kamar mandi Hans.

".. ka-kamar mandi mu seluas ruang tamu di rumah ku" kata Luki.

Hans terkekeh pelan.
"Ya, kamar ku dua kali lebih besar dari ruang tamu mu.." Hans mendekat, mengurung Luki diantara bathtub.

Luki berusaha menghindar dari tatapan mata Hans, dia meringkuk di ujung bathtub.
".. gimana ? Kamu mau lihat kamar ku ?" Tanya Hans.

Luki melirik wajah Hans yang hanya berjarak 5cm dari wajah Luki.

.
.

Bersambung ...

Bott(OM) 21+ || Remake ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang