33|Mencoba

418 66 15
                                    

Hari demi hari, keadaan Taufan makin memburuk. Banyak surat-surat yang di berikan kepada Taufan. Surat-surat itu bukanlah surat yang berisi tentang hal positif, melainkan berisi tentang hal yang negatif.

"Dasar Monster!"

"Lebih baik kau mati saja!"

"Tidak ada gunanya kau disini!"

"Musuh dalam selimut!"

Selalu kata-kata yang tidak menyenangkan selama 2 Minggu ini. "Aku lelah...lelah menerima semua ini..."

Air mata selalu berlinang setiap kali membaca tulisan-tulisan itu. Setiap kali surat-surat itu datang lagi, Taufan memutuskan untuk tidak membacanya dari pada kata-kata itu terus menyakiti perasaannya.

Reverse mendekat ke arah Taufan yang sedang menggambar benang kusut di kertas. "Taufan..." Panggil Reverse. "Yes." Sahut Taufan tidak bersemangat.

"Menurutku kau harus berubah agar orang lain tidak terus menyakitimu. Aku merasa kasihan setiap kali melihatmu seperti ini."

Taufan tidak dapat berkata-kata. Mulutnya seakan-akan terkunci. Malas membicarakan hal itu.

"Taufan...tolong kau harus mencoba hal ini. Aku yakin, pasti akan mengubah sedikit kesedihanmu..."

Akhirnya Taufan berbicara kembali, "Harusnya aku mencobanya..." Reverse menjawabnya, "Ya, kau harus mencobanya terlebih dahulu."

"Baiklah kita akan mencobanya besok. Sekarang aku ingin tidur dulu. Selamat Malam, Reverse."

"Selamat malam juga, Taufan."

Keesokan paginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan paginya.

"Tolong antarkan ini, ya." Perintah Atoknya kepada Taufan. "Baik Atok." Taufan menerima pesanan yang harus di antar. "Taufan, ikuti aku dulu nanti." Ucap Reverse berbisik.

"Taufan berbicara dengan siapa?" Tanya Thorn. "Eh...bukan siapa-siapa." Taufan langsung mengelak. "Nanti setelah mengantarkan pesanan, ayo kita main! Kami tunggu di rumah." Seru Blaze dengan sangat bersemangat. "Ya sudah kalau begitu. Aku pergi dulu."

Taufan berpamitan kepada kedua temannya.

Di tengah perjalanan, Reverse mengajak Taufan ke kamar mandi umum. "Pakai ini, setelah itu ganti gaya rambutmu." Reverse menyodorkan sebuah tas kepada Taufan. "Tapi--!"

"Sudahlah tidak apa-apa. Coba saja dulu." Taufan hanya pasrah dan melakukan apa yang Reverse suruh. Taufan masuk ke kamar mandi.

"Bagaimana dengan gaya baru Taufan nanti, ya." Kata Reverse yang sudah tidak sabar.

Taufan keluar dari dalam kamar mandi lalu pergi kearah wastafel yang ada cermin di dindingnya.

Taufan membuka topinya, "Gaya rambut? Bagusnya seperti apa, ya?" Taufan mulai berfikir. Tidak berapa lama kemudian Taufan mendapatkan ide cemerlang.

Taufan mulai menganti sedikit gaya rambutnya dengan menutup rambut yang bagian putih dengan bagian hitam kecoklatan. Taufan menyisirnya kembali dan selesai.

Taufan terlihat puas dengan hasil kerjanya. Taufan lalu memasukan topinya kedalam tasnya dan langsung pergi ke luar menemui Reverse.

"Reverse! Aku sudah selesai." Taufan berlari ke arah Reverse. "Wow...kau terlihat keren, Taufan." Puji Reverse kagum.

"Kalau Taufan seperti ini, aku seperti bukan melihat Taufan." Kata Solar. "Iya, aku hampir nggak kenal." Sahut Hali.

"Nah sekarang kamu harus ganti nama." Ujar Reverse lagi. "Kirain cuman ganti style doang."

"Udah cepat mau nama apa?" Taufan berfikir lagi. "Hum...bagaimana kalau Cyclone. Itu adalah bahasa Inggris dari namaku." Saran Taufan.

"Cyclone, ya. Tapi itu pasti mudah di tebak. Bagaimana kalau itu jadi nama belakang. Nama depannya?" Tanya Reverse lagi. "Kalau Kou? Apa bagus?"

Reverse segera mengambil kesimpulan. "Baiklah, nama Taufan saat ini adalah Kou Cyclone. Aku akan memanggilmu Kou."

"Baiklah sekarang kita mulai bekerja." Kali ini Kou harus mengantar pesanan yang pertama.

Taufan sudah sampai di rumah pertama. "Assalamualaikum!" Taufan mengetuk pintu rumah tersebut. Pemilik rumah tersebut lalu membuka pintunya.

"Wa'alaikumsalam. Oh kau lagi. Tunggu bukan dia rupanya. Apa kau orang baru?" Tanya pemilik rumah. "Sepertinya begitu." Jawab Taufan seadanya. "Kyaaa! Kau lucu sekali. Baiklah aku terima. Lain kali datang lagi, ya. Kalau bisa lebih sering."

"Ahaha...iya." Kou tertawa garing. "Yes, rencanaku berhasil." Kata Reverse riang."

Sekarang pergi ke rumah kedua." Assalamualaikum!" Ucap Kou sambil menekan tombol bel. "Wa'alaikumsalam. Apa kau seorang pangeran dari negeri dongeng? Pangeran dari kerajaan mana ya? Di cerita apa?" Tanya seorang anak perempuan.

"Aku bukan seorang pangeran, aku hanya ingin mengantarkan pesanan coklatnya." Kou menyodorkan kotak coklat kepada anak perempuan itu.

"Oh ini pesanan ibuku. Terima kasih pangeran." Ucap anak itu lagi. "Sepertinya anak itu terlalu berlebih-lebihan -_-" Kata Reverse yang masih memperhatikan Kou. "Kalau begitu saya permisi dulu." Kou segera membalikkan badannya dan beranjak pergi.

Kou menghela nafasnya, "Assalamualaikum!" Panggil Kou. "Wa'alaikumsalam." Seketika anak perempuan itu langsung mimisan.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kou khawatir. 'Kenapa rumah-rumah yang harus aku kunjungi ada anak perempuannya. Hiks...aku nggak tau harus basa-basi apa lagi T_T.'

Kou memberikan pesanannya. "Terima kasih." Ujar anak perempuan itu. "Iya, sama-sama." Kou segera meninggalkan rumah tersebut dan langsung bergegas pulang.

Kou membuka pintu rumah dan, "Hey, kau maling ya?" Teriak Blaze kepada Taufan. 'Maling?!' Taufan berbicara dalam hati.

Taufan menyadari sesuatu dan langsung menutup pintunya kembali. "Aku lupa mengganti penampilan ku kembali."

Taufan langsung terbang ke kamarnya lewat jendela dan mengganti penampilannya kembali. Taufan menutup jendela kamarnya dan pergi ke bawah.

Ketika Taufan kembali membuka pintu, Blaze langsung memukul Taufan dengan panci. "Yey kena!" Ujar Blaze senang. "Blaze...tapi itu bukan maling, itu Taufan." Kata Thorn.

Taufan tampak kesakitan sambil memegang kepalanya. "Taufan, maafkan aku. Aku salah sasaran." Ucap Blaze mengiba.

"Aduh...iya tidak apa-apa. Kenapa sih pakai acara bawa panci segala?" Tanya Taufan pura-pura tidak tau.

"Tadi ada maling, keknya salah masuk rumah deh. Eh pas Taufan buka pintu, aku pikir maling itu balik lagi. Eh ternyata salah sasaran. Maafin Blaze ya, Taufan."

"Iya, sudah Taufan maafin kok. Ngomong-ngomong kalian berdua doang di rumah?" Tanya Taufan lagi.

"Enggak kok, ada Ice lagi tidur." Sahut Thorn. "Ayolah kita main!" Ajak Blaze sambil menarik tangan kedua tangannya untuk bermain di luar.

 "Ayolah kita main!" Ajak Blaze sambil menarik tangan kedua tangannya untuk bermain di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐚𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang