(Author: PERINGATAN ❗❗❗ Chapter ini mengandung benda tajam dan adegan yang tidak usah sekali-kali ditiru. Sekian terima kasih).
Taufan terus mengikuti kedua orang tersebut sampai dimana mereka berdua berhenti.
"Baiklah, seperti biasa kita akan beraksi lagi di tempat ini. Tapi kenapa mereka semua belum juga pergi dari sini?" Ujar seorang temannya.
Tujuan mereka menyerang desa ini adalah membangun tempat persembunyian mereka. Planet ini kan kecil, jadi kebanyakan orang tidak akan datang sampai kesini.
Tiba-tiba segerombolan dari mereka datang. "Ayo sudah dimulai!"
"Ini nggak bisa terjadi..." Taufan langsung berlari ke hadapan mereka. "Hey, tempat ini milik umum. Kenapa kalian ini senang sekali melihat orang lain menderita?!"
"Siapa kau bocah. Sudahlah minggir! Mengganggu saja!"
Ketika mereka ingin mendorong Taufan untuk menepi, tiba-tiba ada angin yang sangat kencang sehingga penglihatan mereka menjadi agak terganggu.
Angin kencang tersebut mereda dan menjadi angin sepoi-sepoi. Seketika mereka semua tertidur.
"Bocah pembuat onar!" Teriak salah seorang pemuda. Pemuda itu adalah Sillico.
"Anak ini benar-benar, aku kira dengan cara membuangnya ke sini. Dia akan menangis ketakutan. Ternyata tidak, dia malah mengganggu misi." Kata Sillico pelan namun penuh amarah.
"Bagaimana kalau langsung saja." Sillico mengambil senapannya. Mata Taufan membulat. "Kau ingat benda ini?" Ucap Sillico yang menggunakan kelemahan Taufan.
"Kenapa Taufan nampak ketakutan?" Tanya Yaya. Ochobot menscan apa penyebabnya.
"Sebenarnya, kenapa Taufan agak takut melihat senapan....karena Taufan tewas dan terluka di kepalanya yang di tembak oleh senapan."
"Karena tembakan di bagian kepala itu, Taufan menjadi orang yang tidak bisa fokus, penglihatannya agak memburam (terutama di mata sebelah kirinya), terkadang muntah darah, dan kepalanya yang sakit." Ujar Ochobot lagi.
Semuanya agak terkejut. "Jadi selama ini...Taufan tidak pernah bersikap fokus karena..." Hali kehabisan kata-kata. Ia tidak percaya, selama ini bahwa Taufan tidak fokus bukan karena kemauannya, tapi karena itu ia tidak pernah bersikap fokus.
Taufan kehabisan kata-kata, seakan tidak dapat bicara lagi. 'Ayolah Taufan, itu hanya senapan. Kau hanya baru melihatnya...tapi kenapa...kenapa terasa menakutkan.'
Yang Taufan takutkan adalah ia takut di tembak kembali. Sillico mengarahkan senapannya lurus kehadapan Taufan.
"Bagaimana ini..." Ujarnya panik. "Ucapkan selamat tinggal untuk dirimu." Ucap Sillico.
Namun tiba-tiba, tangan Sillico seperti ada yang mengendalikannya. Senapan tersebut menghadap kearah dirinya. "A-Apa yang terjadi?" Ucap Sillico panik.
Tangan Sillico menarik senapan tersebut dan alhasil, Sillico lah yang terkena pelurunya sendiri.
"Dasar! Apa maksudnya ini?!" Marahnya karena tidak terima. "Bagaimana rasanya terkena peluru sendiri?" Kata Taufan dengan puas.
Sillico mendongakkan kepalanya, "Hebat juga kau ini." Sillico mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Ia melemparkan benda tersebut. Benda itu mengeluarkan gas penidur. Karena tidak kuat, Taufan harus terkena gas itu.
"Bagaimana kalau anak ini kita cuci otaknya."
Sillico membawa Taufan kembali pulang ke bumi.
"Uh..." Taufan membuka matanya. Ruangannya gelap, tidak ada lampu. "Apa ini di desa Cyaberaya. Kenapa sangat gelap? Bukannya sudah ku buatkan lampu?"
Seorang lelaki datang ke kamar di mana Taufan berada sekarang. Taufan segera berdiri, ia ketakutan melihat orang misterius di depannya ini.
"Apa kau ingin pulang?" Tanya pria tersebut. Taufan tidak menjawab. "Namaku Shotter. Jawab pertanyaanku?!" Pria tersebut agak membentak. Taufan hampir menangis. Taufan bingung kepada dirinya sendiri. Kenapa dirinya selalu di culik?
"Sudah tentu kau mau pulang kan." Pria itu berkata lagi. "Kalau kau ingin pulang, kau harus bekerja keras disini terlebih dahulu. Apa kau mau?" Lanjutnya.
"Bekerja...?" Kata Taufan tidak percaya. "Mau tidak mau...kau harus mau. Kalau tidak akan ku penggal kepalamu...di tempat ini...sekarang juga. Jadi kau mau?" Orang tersebut mengancam sehingga membuat Taufan tambah ketakutan.
"I...iya...A-aku mau..." Jawab Taufan dengan gemetar. Taufan sangat terpaksa mengiyakan kalau kepalanya tidak ingin di penggal.
"Syarat kau bekerja disini adalah...Ikuti semua perintahku dan jangan ada bantahan."
'Kejam...tempat ini...berisi para penjahat...pembunuh...pencuri...' Gumam Taufan yang sudah mulai menangis.
"Kalau begitu ikuti perintahku di mulai dari saat ini..." Shotter mengambil sesuatu dari atas meja. "Kau akan beraksi dengan menggunakan 2 senjata utama ini...senapan dan pisau."
Glupp!
'Orang gila...psikopat...aku disuruh membunuh kah?'
"Kau tidak boleh memakai pakaian berwarna seperti ini. Kau harus memakai pakaian berwarna gelap. Ganti pakaianmu! Cari di lemari itu!" Perintahnya dengan tegas. Shotter keluar dari ruangan Taufan dan menutup pintunya dengan kasar.
Taufan berjalan pelan sambil melihat ke arah jendela. Sekarang pukul 03:27 pagi. Langit masih nampak gelap dengan awan malam yang tebal.
Taufan menangis melihat keadaannya saat ini. Ingin rasanya dia berteriak, tapi tidak mampu. Di luar kamar terdapat banyak pohon-pohon jati yang tinggi. Burung hantu, kelelawar, dan hewan malam lainnya mereka mengisi malam agak lebih sempurna.
"Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku tidak ingin jadi pengkhianat. Kalau mereka tau...pasti mereka sangat kecewa dan juga kesal."
Taufan kembali duduk di lantai menikmati kesunyian dan keheningan di dalam kamarnya.
"Taufan..." Panggil Reverse sambil mendekati Taufan. Taufan menoleh ke arah Reverse. Reverse merasa prihatin saat ini. Taufan membalas tersenyum simpul seolah-olah semoga semuanya pasti akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐚𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭
Fantasy#1 Taufan (Tahun 2021) #1 Blaze (Tahun 2020) #1 Boboiboy (Tahun 2021) #1 Letter (Tahun 2021) #1 Superhero (Tahun 2021) Berusaha bangkit dari keterpurukan. Mengubah kegelapan menjadi cahaya Adalah jalan tujuannya. Boboiboy Story (Indonesia Langue) B...