25|Awal Dari Semuanya

556 91 28
                                    

Mereka semua melihat rumah tok Aba persis di depan mata mereka. Mereka lalu membuka pintu tersebut dan terlihatlah para ke-7 kuasa elemental Boboiboy. Umur mereka bisa di katakan lebih muda dari yang saat ini. Tok Aba tidak berada di sana, mungkin sudah pergi membuka kedai.

"Baiklah, sekarang aku akan membagikan tugas kalian." Perintah Gempa kepada kelima saudaranya.

"Blaze dan Ice, bertugas untuk mencuci. Cuci pakaian, cuci baju dan berbagai hal yang harus di cuci." Ucap Gempa lagi.

(Author: Cuci darah? Cuci otak ada nggak? Supaya otak bersih Kembali :)
Gempa: Eh...Entahlah...)

"Solar dan Thorn, kalian bertugas membersihkan rumah, baik di dalam rumah maupun di halaman."

"Halilintar dan juga Taufan, kalian bertugas untuk berbelanja sedangkan aku bertugas untuk memasak." Ucap Gempa mengakhiri percakapan.

Tiba-tiba Taufan muncul dan membuat sebuah keributan, "Hah Apa?! Taufan akan pergi berbelanja bersama dengan Tiang Listrik? (maksudnya Halilintar)"

"Tiang Listrik?" Semua saudaranya kebingungan. "Iya, saudaraku yang mempunyai kekuatan elemen petir ini." Jawab Taufan sambil menghadap ke arah Halilintar.

"Apa katamu?! Aku Tiang Listrik? Kemari kesini kau, Taufan!" Hali mulai kesal dan berusaha menangkap Taufan. "Hahaha....Awoqawoq. Gempa aku pergi dulu, ya." Pamit Taufan sambil pergi berlari. Taufan membuka pintu rumah meninggalkan Halilintar yang mengejarnya.

"Aduh mereka berdua ini selalu saja." Ujar Gempa sambil memegang kepalanya.

Halilintar tidak tinggal diam. Dia segera melakukan gerakan kilat dan sekarang sudah berada di hadapan, Taufan.

"Mau lari kemana lagi, Taufan." Ucap Hali dengan smirk kemenangannya. Taufan memberhentikan lariannya, "Huh...sudahlah capek, aku nyerah." Pasrahnya.

Bzzttt!

Halilintar dan Taufan sudah sampai di tempat perbelanjaan. Taufan habis sudah di serang oleh Hali.

"Kau pergi cari barang kearah sana dan aku cari barang ke arah situ." Taufan mengiyakan perkataan Hali dengan lesu. Mereka segera mulai mencari barang yang di tuju.

"Si Gledek nyebelin, nggak bisa di ajak bercanda apa? Dikit-dikit marah...dikit-dikit nyetrum. Kan nggak lucu." Gerutu Taufan di dalam misi berbelanjanya.

"Ah sudahlah, lebih baik aku mulai mencari saja." Taufan mulai mencari barang-barangnya, namun tanpa disadari Taufan, ada sebuah kaleng yang terjatuh di hadapannya.

"Eh...eh...gubrakk!" Taufan terjatuh dengan gaya split. "Aduh, hari ini aku sial banget, sumpah!" Rengeknya sambil memegang kakinya.

Blaze, Thorn, Solar dan kedua teman lainnya menertawakan Taufan kecil saat terjatuh, sedangkan yang lain hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka.

Taufan berusaha bangkit, ia mulai berdiri perlahan-lahan. "Mungkin ini ketulah, karena menggerutu terus. Sudahlah, nggak jadi nyari barang deh kalau gini terus." Taufan mulai mengambil satu persatu barang yang di carinya.

Taufan tidak menyadari bahwa ada yang mengawasinya dari tadi. Bukan Halilintar yang mengawasinya, melainkan seorang lelaki menggunakan jubah hitam yang mengawasinya dari kejauhan.

"Apa dia anaknya, Tuan?" Tanya lelaki tersebut di dalam percakapan teleponnya. "Iya, awasi dia kemana pun dia pergi. Saat dia lengah cepat bawa dia kesini." Perintah orang yang menjawab telpon tersebut. Lelaki berjubah hitam itu mematikan teleponnya dan dengan hati-hati mengawasi Taufan.

"Kau sudah dapat semua barang-barangnya?" Tanya Halilintar yang ternyata sudah selesai berbelanja. "Tentu saja sudah." Jawab Taufan dengan antusias.

𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐚𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang