"Lagi tidur ya kamu?" Tanya Seulgi setelah 10 menitan nunggu di luar dan pencet bel beberapa kali. Kalaupun memang tadi kekasihnya itu sedang tidur, salah dia sendiri sih sebenarnya, karena ia bertandang ke rumah Irene pukul 9 pagi, rajin banget kan ngapelnya pagi-pagi gitu. Sudah gak bisa nahan rindu katanya sih.
"Gak, lagi nyuci aku," Mendengar jawaban Irene, raut khawatir muncul pada wajahnya.
"Kamu udah sembuh emangnya? Kerja berat segala," Salah satu telapak tangan gadis sipit itu menempel di dahi Irene, sudah tak sehangat waktu kemarin ia kesini.
"Udah kok, cuma pusing dikit aja ini. Lagian aku juga nyucinya pake mesin cuci, gak capek banget."
Seulgi menghela napas pelan,"Kamu udah selesai nyuci nya?"
Gelengan kepala yang Irene berikan cukup untuk membuat Seulgi mengambil keputusan. Ia melepas hoodie biru langit miliknya dengan segera, meninggalkan tubuh bagian atasnya yang berbalut kaos sehari-harinya "Gak pake penolakan, ayo sini aku bantu."
---
Selesai Seulgi menjemur pakaian yang dicuci tadi, tubuhnya ia rebahkan pada salah satu sofa panjang di ruang tengah.
"Seul, kalau mau tidur di kamar aku aja," Kelopak mata Seulgi terbuka begitu pendengarannya menangkap suara Irene, yang baru aja datang setelah ganti baju sebentar.
"Mau rebahan aja aku kak, disini juga enak," Rasa canggung menghinggapi Seulgi, walau sudah beberapa kali pernah tidur sekamar dengan perempuan di hadapannya ini, tapi setelah status yang berbeda dan sempat ada kerenggangan dalam hubungan mereka sebelumnya Seulgi jadi sedikit sungkan.
"E-eh ngapain?" Irene tiba-tiba ikut tidur pada sisa ruang di sofa yang Seulgi rebahin, bikin Seulgi otomatis menggeser tubuhnya, memberi space lebih untuk gadisnya. "Kamu kalau mau istirahat, di kamar kamu aja."
Irene malah makin nempel ke Seulgi, sambil memeluk erat kekasihnya itu. Omong-omong, dia lumayan rindu mendekap gadis sipit ini, "Maunya sama kamu~" Rengek Irene dalam dekapan Seulgi.
Hati Seulgi berdesir senang melihat bagaimana manjanya perempuan ini, yang berakhir bikin dia ngalah karena rengekan itu.
----
Mata sipit Seulgi tak sengaja melihat benda yang cukup tak asing bagi dirinya. Ia mendekati nakas di samping ranjang Irene, mengambil album yang saat itu sempat ia tolak ambil. "Kamu masih gunain kamera dari aku itu?"
Irene mengganguk sembari naik ke ranjang, dudukin dirinya dengan menyandar pada kepala ranjang. "Sini seul,"
Seulgi mendekat ke ranjang, tapi yang dilakukannya itu membuat Irene mendengus kesal. "Ngapain duduk di pinggir situ? Tadi mau rebahan kan katanya, sini..." Titah Irene dengan tangannya yang menepuk sebelahnya yang masih kosong.
"Siniii," Lengan Seulgi ditarik dengan paksa sama Irene, mau gak mau Seulgi nurut saja kalau Irene sudah memaksa pake banget gini.
"Kenapa sih?"
"Malu..." Cicit Seulgi.
Irene yang tak bisa nahan gemesnya ke Seulgi itu, melampiaskannya dengan mencubit hidung mancung kekasihnya itu,"Kayak gak pernah tidur seranjang sama aku aja, pake malu segalaaa..."
"Yah kan udah lama itu kak,"
"Makanya dibiasain lagi dong," Irene mengikis jarak antar mereka, "Sini deketan, mau peluk lagi!"
Gak tunggu lama, Seulgi yang narik pelan tubuh mungil Irene untuk masuk dalam dekapan hangatnya. Sembari sesekali tangannya itu mengelus surai hitam Irene.
"Kamu belum lihat-lihat kan isi album itu?" Irene mengajukan pertanyaan itu setelah melihat album miliknya itu digenggaman tangan Seulgi satunya.
"Belom, makanya ini mau dilihat,"
Baru juga lihat polaroid yang pertama, Seulgi dibuat ketawa. "Ini kenapa sih? Lagi nangis kok difoto,"
Irene mencibik kesal, itu kan foto yang sama di hari keberangkatan Seulgi waktu itu, tanpa perpisahan secara langsung pula, "Diem ya kamu, aku nangis tuh juga gara-gara kamu."
"Loh kok aku?"
"Ya emang kamu. Aku udah siap-siap tau mau anterin kamu ke bandara waktu itu, kamunya malah gak ngabarin. Tau-tau udah mau berangkat aja. Gimana gak kesel! Udah gitu cuma lewat telepon aja lagi, ih!"
Tawa Seulgi kembali terdengar mendengar alasan itu dan ekspresi kesal Irene menurut dirinya menggemaskan, "Yaudah maap,"
Seulgi beralih ke halaman berikutnya, "Orang tua kamu kapan pulang?"
"4 hari lagi paling,"
"Cantik banget sih," Puji Seulgi melihat foto itu.
Selama melihat lembar demi lembar album tersebut, tangan Seulgi yang lainnya gak berhenti mengelus kepala Irene. Yang menyebabkan empunya diserang rasa kantuk perlahan, "Tidur aja yuk bentar, sekalian kamu istirahat."
Mereka melepas sejenak dekapan itu, sekedar untuk membaringkan tubuh masing-masing. Tapi tak lama kemudian, tubuh Seulgi sudah di peluk dengan erat saja sama Irene. Seulgi cuma tersenyum tipis karenanya.
"Manja banget sih," Gemas Seulgi.
"Aku manja juga gara-gara kamu ya!"
"Kok aku lagi?"
"Aku manja karena kangen tau ga, kangen banget. Ngerti?"
"Iya-iya sayangku~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Short Story[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.