xiv. ragu

5.2K 562 22
                                    

ksh tau aku kalian mau mereka ke depannya gmn?




























Irene membeku di tempatnya saat Seulgi mengeluarkan pernyataan itu. Hatinya mencelos. Tapi ia tak akan tanya mengapa Seulgi membencinya, karena ia pantas untuk itu.

"Gak, jangan pergi dulu!" Larangnya pada Seulgi saat Seulgi ingin melepaskan pelukannya. Irene memeluk Seulgi lebih lagi. Entah mengapa ia sakit mendengarkan kalimat tadi dari orang yang ia harapkan untuk tetap mencintainya.

"Udah ya, gua mau keluar." Tutur Seulgi lebih lembut kali ini. Seulgi sekarang makin tidak mengerti dengan perlakuan Irene ke dia. Dia tak akan menganggap Irene memberikan harapan kepadanya hanya karena sebuah pelukan, tapi Irene sekarang benar-benar membuat dia bingung.

Irene menggelengkan kepalanya di dalam dekapan Seulgi. "Ini udah larut malam,"

"Apa peduli lu?" Apapun itu yang Seulgi katakan atau lakukan saat ini, untuk membuat perasaannya tak semakin berharap.

"Gua peduli." Sarkas Irene. "Kalau gitu, keluar sama gua."

"Oke." Seulgi luluh sama permintaan Irene kali ini.

---

Irene terus menggosokkan telapak tangannya yang mulai mendingin karena satu jam di jalan tanpa arah. Kadang ia tertinggal karena Seulgi berjalan lebih cepat dan tak terlihat terganggu dengan cuaca dingin kota ini.

"Seulgi sebenernya lu mau kemana?"

"Kalo lu capek, pulang aja." Irene menggelengkan kepalanya.
Saat ini Seulgi hanya khawatir pada gadis itu, Seulgi tau ia kedinginan tapi Seulgi masih ragu ingin melakukan sesuatu untuknya. "Gua gak tau mau kemana, mending lu pulang aja."

"Gak mau!" Tolak Irene, "Lu juga ikut pulang kalau gitu."

Seulgi melanjutkan jalannya yang entah kemana, dan Irene setia mengekori.

Tanpa peringatan, langkah Seulgi terhenti dan ia membalikkan badannya. Keduanya sama terkejutnya karena jarak mereka sangat dekat kali ini. Akhirnya Seulgi memutuskan mundur.
"Ayo balik."

Irene terkejut, bukan hanya karena jarak mereka.
Namun, Seulgi menggenggam salah satu tangannya yang dingin dan memasukkannya ke saku jaketnya.
Dan hangatnya tak hanya berada di tangannya, namun menjalar sampai di dalam dadanya.

Astaga! Erang Irene dalam hati.

Dan malam ini, keduanya habiskan dengan pikiran masing-masing.

Irene yang ragu dengan Seulgi yang membencinya.

Seulgi yang ragu dengan sikap Irene padanya akhir-akhir ini.

---

Hanya untuk hari ini.

Hari terakhir mereka liburan,

Seulgi akan melunak untuk Irene, tapi sedikit. Hanya sedikit.
Karena ia tau, setelah ini ia tak akan berhubungan dengan Irene lagi.
Apa salahnya membuat hatinya bahagia, walau Seulgi tahu itu malah membuatnya jatuh semakin dalam pada Irene.

Dan itu membuat Irene menjadi bingung.
Karena pagi tadi setelah sarapan, Irene meminta atau lebih tepatnya memaksa Seulgi pergi ke minimarket dekat situ bersama. Lalu tanpa penolakan, Seulgi meng-iyakan.

Sesampainya di minimarket, Seulgi lebih memilih berpisah dengan Irene. Tujuannya hanya mencari pringles dan kopi instan.

"Daripada minum kopi, mending lu minum susu." Terdengar suara dari belakang Seulgi, saat ia sedang mengambil kopi instan itu.
Seulgi tak mendengar perkataan Irene. "Makannya micin, minumnya berkafein." Sindir Irene. 

"Biarin."

Irene mengambil dua kotak susu rasa coklat, dan menaruhnya di keranjang.

---

"Buat lu!" Seulgi dipaksa menerima susu yang tadi Irene beli. "Gak terima penolakan!"

"Gak terima pemaksaan!" Balas Seulgi dan hendak mengembalikannya.

Irene kabur ke dalam kamar mandi, "Gak terima pengembalian!" Serunya dari dalam kamar mandi.

Dua kotak susu itu Seulgi terima dengan pasrah. Hanya hari ini Batin Seulgi.

Ya karena mungkin sehabis ini, mereka benar-benar tak berhubungan lagi, mungkin saja rasa penyesalan Irene hanya saat Seulgi berada di dekatnya.

Jadi Seulgi membiarkan dirinya merasa dicintai oleh Irene, walau itu hanya pikirannya belaka.

























drama bgt ㅜㅜ

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang