xvi. 'hari lain'

4.4K 555 30
                                    

sxxlgi

seulgi|

mau makan siang bareng?|

Sebenarnya ini masih 2 jam sebelum jam makan siang umumnya, tapi Irene hanya hati-hati saja, takut Seulgi menolaknya karena membujuk Seulgi lumayan sulit.
Membalas chat dari Irene saja, kadang lama sekali.

Irene membereskan buku-bukunya dan akhirnya ada notif datang di handphonenya.

Jeffrey?

Lelaki itu terus menghubungi dirinya sejak 3 hari lalu, dan entah kenapa dirinya belum berani untuk memblokir nomor mantannya itu.

Desahan pelan terdengar dari dirinya, hatinya terlanjur sakit dengan pengkhianatan Jeffrey, tapi...

"Rene?" Sebuah suara membangun Irene dari lamunannya, "Mantan lu nyariin lu, di kantin."

"Eum, Jen. Langsung pulang aja yuk." Irene menggandeng lengan Jennie untuk menuntunnya langsung ke parkiran.

"Serius gak mau samperin bentar aja?" Tanya Jennie kembali.

Dan haluan mereka berubah, menuju kantin, Irene berhenti saat mereka sudah hampir masuk area kantin.

Dari situ saja matanya sudah menangkap lelaki yang masih menggunakan seragam dinasnya. "Gua ada janji sama orang," Irene membalikkan badannya diikuti oleh Jennie di belakang.

"Sama? Cowok baru lu ya?"

Irene memberikan tatapan tajam pada gadis bermata kucing itu, "Gila lu ya."

---

"Nanti malem lu beneran ikut?" Tanya Jennie memastikan dan mendapat anggukan kepala dari Irene. "Eh?"

"Hmm,"

"Lu mau jalan ama siapa?"

"Temen gua."

"Serius?"

"Serius, Jennie! Turun dah lu! Nanti malem gua jemput."

"Oke, bye babe!"

Sebelumnya, Irene kembali memeriksa ponselnya,

sxxlgi

|oke

Cuma 'oke' saja?
Serius Irene mau ngakak aja, waktu seperti sedang memutarbalikkan saat dulu Irene suka menjawab Seulgi singkat-singkat.
Sekarang Irene merasakan seperti apa gak enaknya.

sxxlgi

gua jemput 30 mnt lagi ya|

|gak usah

|kasih tau aja tempatnya

no|

gua jemput pokoknya|

gak ada penolakan|

Habis itu cuma Seulgi read.
Masih ada waktu gak ya untuk minta maaf ke Seulgi?
Yang Irene tahu, Seulgi sebulan disini sampai dia nentuin untuk stay or leave.
Dan berarti tinggal seminggu lagi, Irene bingung harus melakukan apa lagi.

----

Hening.

Di dalam mobil, mereka hanya diam saja. Pikiran Irene penuh dengan mantan kekasihnya itu, sakitnya terasa banget padahal ia berusaha untuk melupakan, walau tak mudah.

Seulgi juga sama diamnya. Hanya ia bisa merasakan raut sedih ; sedikit, di wajah Irene.

Bunyi ringtone ponsel Irene memecah keheningan tersebut, Irene sedikit menengok untuk melihat tasnya yang dikursi penumpang belakang. Seulgi mengerti keadaan, berinisiatif menawarkan untuk mengambilkan.
"Gak usah, gak penting paling," Jawab Irene, yang ia ketahui pasti itu dari Jeffrey.

Mereka makan di suatu restoran yang berada di sebuah mall besar, tempat Irene biasa nongkrong bareng teman-temannya.

Tanpa sengaja, matanya menangkap sosok yang ia hindari sekarang ; sedang makan dengan seorang perempuan yang Irene tebak adalah tunangannya.

Dia berusaha untuk tegar, tapi lagi-lagi ada saja cobaannya.

Setelah memesan, Irene hanya diam dengan matanya yang masih terpaku pada Jeffrey di seberang sana, membelakanginya, duduk bersama seorang perempuan. "Gi, gua toilet bentar ya," Ucapnya.

Seulgi menoleh ke belakang, melihat apa yang sedari tadi mencuri perhatian Irene.
Helaan nafas keluar dari bibirnya setelah mengetahui penyebab mata Irene berkaca-kaca tadi sebelum izin.
Dia gak tega melihat Irene tersakiti seperti itu.

Akhirnya saat pesanan mereka tiba namun Irene belum datang juga, Seulgi lebih memilih menunggu walau ia khawatir.
"Kok belum di makan?" Irene datang. Senyumnya lebih baik dari sebelumnya.
"Terus kenapa lu duduk di kursi gua?" Tanya Irene lagi, bingung.

"Mau aja di sini," Jawab Seulgi acuh, kemudian mengambil sendok untuk mulai makan diikuti dengan Irene yang duduk di kursi Seulgi sebelumnya walau masih sedikit heran dengan perlakuan Seulgi.

Hal sederhana yang Seulgi lakukan hanya untuk tak membiarkan sakit Irene lebih dalam sekarang.











Tanpa Seulgi sadari, sedari tadi Irene memperhatikan dirinya yang sedang makan, ya karena Irene telah selesai lebih dahulu.

Dalam hati, Irene benar-benar memuja pipi gembul Seulgi yang gemesin.

"Mau nonton gak?" Mata sipit Seulgi bertemu dengan milik gadis di hadapannya dan malah Seulgi yang gugup.

"Boleh," Senyum kecil tercetak di wajahnya melihat kegugupan Seulgi.

Keduanya berjalan keluar dari situ dan menuju ke bioskop di mall itu, "Mau nonton apa, Gi?"

"Terserah,"

"Kalau horor? Lu takut gak?"

"Gak lah," Irene tertawa mendengar jawaban ketus Seulgi, gadis monolid itu seperti kesal karena diremehkan.

"Oke,"

Dan kalian tau, selama film berlangsung Seulgi yang paling gak mau lihat ke layar di depannya karena terlalu banyak jumpscare. Paling sering kaget, dan beberapa kali Irene nangkap Seulgi gunain telapak tangannya untuk menghalangi pandangan pada layar besar di depan mereka saat film mulai menunjukkan tanda-tanda akan muncul hantunya.

Fokus Irene teralih ke Seulgi, kembali.

Sepanjang film berlangsung, yang ia tonton hanya Seulgi, reaksi Seulgi saat takut.

Setidaknya, ia tak teringat rasa sakitnya saat ini, dan itu membuat Irene bahagia.






































it's been a long time and i miss u guys!
[aww malu bgt]
wkwk.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang