xxxi. you, clouds, rain

4K 539 72
                                    

"Maaf."

Bukan itu yang Irene harapkan. Ia tak butuh maaf Seulgi. Seulgi cukup mengucapkan banyak kata yang menenangkan rindunya saja, itu yang ia butuhkan.

Sebut saja Irene cengeng, hanya karena jarang mendengar suara Seulgi atau melihat wajah menggemaskan itu lewat vc, ia menangis.

Sewaktu akhirnya Seulgi menerima panggilannya saja, ia ingin menangis lebih lagi. Sebenarnya ada apa dengan Seulgi?

"Kamu kenapa Gi?" Tanya dirinya, setelah menenangkan nafasnya karena menangis tadi. "Kamu sibuk apa?"

"Ya biasa kak. Kampus aja. Jangan terlalu khawatir sama aku."

"Gimana aku gak khawatir, kamu jadi susah dihubungin gini, kadang bales pesan aku aja lama. Kamu kalo ada masalah ngomong sama aku." Ujar Irene. "Seulgi..." Panggil Irene lagi, gadis itu belum mengeluarkan suaranya daritadi.

"Harusnya kamu yang ngomong ke aku kalau ada masalah. Dari dua minggu lalu kamu juga susah dihubungin. Karena aku takut ganggu kamu, yauda, gitu deh..."

Irene mencengkeram ponsel di genggamannya. Sedikit sakit mendengar perkataan Seulgi tadi, karena Irene terus membohongi gadis itu.

"Seulgi..." Panggilnya.

"Ya,"

"Perasaan kamu masih samakan untuk aku?"

"Ya, tentu." Jawab Seulgi langsung, namun yang tak disadari Irene, suara Seulgi sedikit bergetar mengucapkan itu.
"Kak, tolong beritahu aku, tentang hati kamu, saat ini sama aku."

Irene terdiam sebentar. Ada apa Seulgi bertanya seperti itu?

"Aku sayang sama kamu, Seulgi." Jawabnya langsung.

"Aku sayang sama kamu, Seulgi."
Seulgi sudah gak tau untuk keberapa kalinya ia kalah akan perasaannya sendiri ketika mendengar kalimat macam ini keluar dari mulut Irene.

"Sayang sebagai apa?"

Di seberang sana masih diam. Seulgi hanya ingin gadis itu jujur akan perasaannya sendiri.
"Gak usah di jawab kalau ga bisa. Aku ngerti."

"Aku mohon Seul, jangan kaya gini lagi. Aku sayang sama kamu. Aku gak suka kamu tiba-tiba kaya ngejauh gini dari aku."

"Tapi kan kita emang jauh, kak." Masih sempat-sempatnya Seulgi bergurau.

"Kamu tau maksud aku, Seulgi."

Tapi, memang kita jauh. Lebih tepatnya hati kita. Batin Seulgi pilu. Bahkan Seulgi gak tau hati Irene sebenarnya untuk siapa.

"Aku tidur dulu ya. Have a nice day, kak."

"Seulgi."

"Ya?"

"Aku sayang kamu." Setelahnya panggilan itu dimatikan langsung oleh Irene.

Seulgi menundukkan kepalanya, terasa sedikit pening.

Ia membenci dirinya, yang selalu lemah jika berurusan dengan Irene.

Seulgi terlalu takut untuk menyakiti gadis itu.

-----

Sepertinya hari ini Irene terlihat sangat senang berbanding terbalik dengan keadaan di luar, langit sore ini terlihat mendung dan mungkin tak lama lagi akan turun hujan.
Banyak hal dan keputusan yang Irene lakukan dua minggu ini untuk meyakinkan hatinya. Termasuk booking tiket untuk nyusul Seulgi.
Ia tersenyum kecil mengingatnya. 

Dan sudah saatnya jujur pada Seulgi, ia tak ingin terus membohongi perempuan itu dan memberikan sebuah kepastian.

Tak ingin Seulgi nantinya tersakiti akan ulahnya.

Panggilannya akhirnya diangkat.

"Kamu baru pulang?"

"Iya,"

"Seul, aku mau ngomong sesuatu." Ia menggigit bibir bawahnya, gugup seketika melandanya.

"Ngomong aja,"

"...Seul"

"Iya, kenapa? Ngomong aja."

"Maaf udah bohongin kamu sebulan ini, alasan aku waktu itu jarang terima telepon kamu atau lama bales pesan kamu, aku pacaran sama seseorang. Maafin aku, aku sekarang udah yakin sama perasaan aku. Kalau aku-"




Gak, Seulgi gak sanggup untuk dengar kelanjutannya. Pikirannya sudah kemana-mana sejak awal Irene terdengar gugup.

"Maaf udah bohongin kamu sebulan ini, alasan aku waktu itu jarang terima telepon kamu atau lama bales pesan kamu, aku pacaran sama seseorang. Maafin aku, tapi aku sekarang udah yakin sama perasaan aku. Kalau aku-"

"Aku udah tau semuanya kak. Kan aku udah pernah bilang itu cuma perasaan sesaat, perasaan kamu ke aku cuma mampir doang. Kamu sekarang udah ketemu orang yang tepat kan? Lanjutin aja. Makasih untuk harapan yang kamu kasih ke aku. Atau akunya aja yang terlalu berharap?" Tanpa sadar Seulgi meneteskan air matanya. Sesakit ini cintanya.

"Seulgi, aku belum selesai ngomong. Kamu potong aja, bisa dengerin aku dulu ga?"

"Dengerin apa? Perkataan aku bener kan. Aku gapapa kalo kamu pacaran sama dia. Aku juga yang bilang gak bakal ngekang kamu di sana. Aku yang minta kamu yakinin perasaan kamu ke aku. Dan sekarang ini jawabannya kan? Itu cuma perasaan sesaat. Aku udah pernah bilang, aku gak bakal maksa kamu untuk bales perasaan aku. Udah ya."

"Seulgi, dengerin aku dulu!"



Apa-apaan Seulgi ini, menyimpulkan semuanya sendiri. Perasaan Irene semakin dibuat kalut oleh kalimat-kalimat yang ia dengar.

"Seulgi, dengerin aku dulu!"

"Oh ya, satu lagi, tolong jangan hubungin aku dulu ya. Sampai aku yang hubungin kamu."

Tut!

Panggilan dimatikan sepihak oleh Seulgi. Irene tak percaya akan semua ini.

Ia kembali mencoba menghubungi Seulgi, berkali-kali namun sepertinya Seulgi sengaja mematikan ponselnya.

Hatinya berdenyut sakit.

Hujan turun, begitupula dengan air mata Irene, turun perlahan-lahan.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang