xxxvii. berbunga-bunga

2K 264 12
                                    

awas, cringe abis nie part...











Siang ini Seulgi baru bisa ngunjungin pacarnya lagi, setelah dari pagi ia pergi ke rumah omanya. Biasa, masuk bulan Desember Seulgi sekeluarga bakal sibuk untuk merayakan Natal.

 Irene - Pacar

kak|
udah makan siang?|

|blm gi
|ini baru mau pesen
|kamu kesini kpn?
|udh balik dari rumah oma mu?
|kangeeenn :(

lah, harusnya kamu ga boleh telat loh makannya|
udah ga usah pesen|
baru balik ini aku|
aku otw rumah kamu, bwa makanan|
jgn gemesin gini deh ka :')|

|iya maaf :(
|yauda dehh
|aku tggu
|kesini naik apa gi?

motor kak|
oke, aku otw dulu ya|
nyampe 15 menit lg|

|hati-hati
|jangan ngebut seulgi!

Seulgi cuma ngebaca balasan terakhir dari Irene sambil tersenyum kecil, sebelum ngambil kunci motor dan paper bag yang berisi makanan untuk kekasihnya tersebut.

-----
Lima belas menit Seulgi habiskan di jalanan untuk mencapai rumah Irene. Jarak antar rumah bunda dan rumah Irene tidak begitu jauh, namun tak bisa dibilang dekat. Seulgi langsung saja disambut oleh kekasihnya di depan gerbang, wajah kedunya seketika berubah sumringah ketika tatapan mereka saling bertemu satu sama lain. Seulgi gak akan nyangka sampai ditungguin di depan gerbang begitu sama gadisnya, makin sayang kan jadinya...

"Atas nama Irene Victoria?" Begitu sampai di hadapannya, Seulgi mematikan motornya. Mengambil ponselnya dan berlakon layaknya abang ojek online yang sedang mengantarkan pesanan.

"Ya, saya sendiri," jawab Irene diakhiri dengan kekehan kecil.

"Ini sesuai pesanan ya mba," Seulgi memberi satu totebag berisikan makanan yang ia siapkan untuk Irene. Sembari memberi tangan Seulgi curi-curi kesempatan untuk mengelus sekilas tangan si pemesan pura-pura nya, modus. 

"Makasih mba," ujar Irene yang masih mengikuti skenario dadakan pacarnya itu, "Eh tapi salah pesanan deh mba kayaknya," timpal Irene kembali.

"Lah?"

"Saya pesannya Seulgi Noelsa, bukan ini deh," Tangan Irene mengangkat totebag yang barusan ia terima sebagai pesanan salah, lalu menatap jahil balik pada Seulgi yang saat ini lagi kesemsem akibat gombalan receh Irene. "Udah ah drama ojolnya~" rengek Irene tiba-tiba menghentikan skenario palsu tadi, jari-jemarinya sudah menarik kecil lengan hoodie yang Seulgi pakai.

Keduanya kini telah masuk di kediaman Irene dan melangkah langsung ke dapur. "Ini supnya masih hangat nih, langsung dimakan aja," ucap Seulgi sembari tangannya cekatan mengeluarkan segala isi dalam totebag yang ia bawa tadi. 

"Gi?"

"Hm.."

"Kenapa bawa kastengel juga? Ada bolu gulung juga lagi,"  Yang pastinya Irene bingung karena pacarnya harusnya cuma bawa makan, kan dia jadi agak gak enak, sisanya sih kesenangan jadi ada cemilan habis makan. 

"Bawel ah, makan aja dulu ini keburu dingin."

Akhirnya Irene makan ditemani dengan kehadiran Seulgi yang sibuk bercerita saat tadi ia pergi ke rumah omanya, sesekali Irene ikut nimbrung. Sampai makanan di piringnya tandas, mulut Seulgi masih belum kehabisan kata-kata untuk bercerita pada Irene. Hah... sangat senang melihat Seulgi di hadapannya sekarang, nyata dan dengan status mereka yang terkadang Irene masih tak bisa percaya, Seulgi,-pacarnya, semakin melebarkan senyumnya hari ini.

"Jadi, kita mau keluar atau di sini aja?"

"Pilihan kedua lebih bagus, aku pingin berdua sama kamu aja. Nge-date di luarnya kapan-kapan aja,"

"Oke sip, sayang," Dengan nada centil dan satu kedipan salah satu matanya (yang agak gagal) Seulgi menjawab perintah mutlak kekasihnya itu. 


___

Pilihan kedua, home-date. 

Keduanya habiskan dengan list film yang Irene sangat ingin nonton. Sudah dua film tercapai, Irene memberi usul untuk jeda sebentar karena sebenarnya badannya sudah pegel-pegel kelamaan duduk.

"Gi, ke minimarket depan yuk?" ajak Irene sembari merapikan sisa-sisa cemilan mereka tadi yang berserakan di meja ruang tengahnya.

"Masih mau ngemil?"

Irene mengangguk, mematikan tv-nya tanpa basa-basi lagi menarik tangan Seulgi ke luar dari rumahnya. "Buat nemenin 2 film lagi, gak papa ya?" Irene menatap Seulgi dengan mata memelasnya. Seulgi menghela napas pelan, lalu tertawa geli, bahkan seharian pun bisa Seulgi temenin asalkan itu dengan Irene. Tangannya mengusap kecil kepala gadis yang lebih pendek itu, "Gak usah gemesin, bisa?"

"Emang gemes dari sananya sie," jawab Irene penuh percaya diri.


___


Sepasang kekasih itu baru kembali ke rumah saat hampir maghrib, bukan karena kelamaan milih di minimarketnya. Ini anak dua memang sengaja memperlambat jalannya, layaknya yang punya jalan keduanya berjalan dengan tangan mengapit satu sama lain, obrolan kecil yang banyakan cerita receh Seulgi. Ya maklum, baru jadian empat hari, masih berbunga-bunganya. 

Ketika dua anak manusia itu sudah sampai depan gerbang, salah satunya dibuat bingung karena pintu rumah terbuka, Irene yakin sebelum mereka keluar ia telah mengunci pintu rumahnya. "Pintunya kebuka, kak?" tanya Seulgi yang ikut menotis ke-anehan itu. 

Dengan cepat mereka berlari memasuki kediaman Irene, takut-takut apa yang dikhawatirkan terjadi, maling maksudnya. Tapi bukan maling ataupun orang jahat lainnya, yang ini lebih membuat keduanya terkejut bukan kepalang.

"Mama Papa!?"


BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang