Sesuai janji Jimin, ia akan mengganti pringles-pringles Seulgi yang ia embat kemarin.
"Tumbenan lu baik gini, biasa juga pelit." Seulgi mendorong keranjang belanjaannya.
"Lagi banyak uang ya?""Kagak, sekalian lu bantuin gua beli belanja bulanan di rumah gua, ART gua pulkam." Jelas Jimin pada Seulgi "Nih," Jimin memberi kertas berisi list barang-barang dan bahan-bahan apa saja yang perlu di beli .
"Ck, licik lu," Sebal Seulgi sambil membaca kertas yang diberikan padanya.
"Please lah bantuin gua, biasa juga gua bantuin lu. Lu kan perempuan pasti lebih ngerti." Jimin memegang kedua sisi bahu Seulgi "Dah ya sekarang lu ambil tuh apa aja yg di list, beli juga pringles lu berapa aja. Gua mau keliling."
Seulgi memberontak dari sentuhan Jimin, "Iya ah bawel, kalau bukan karena pringles gua, mana mau begini. Heuh...." Seulgi meninggalkan Jimin.
Jimin mengambil keranjang yang lebih kecil, yang biasa dipegang. Mengambil beberapa cemilan, kemudian berjalan mengambil susu, dan ia berhenti di freezer ice cream. Ketika tangannya ingin menggeser untuk membuka seseorang memanggil namanya, "Eh, bang Jeff, sendiri aja,"
\\\\\\\\\
"Pengharum pakaian, sabun cuci piring, deterjen," Seulgi mencari-cari blok yang berisi barang-barang terakhir yang ia cari.
"Sabun cuci piring," Sebutnya sambil memasukkan ke dalam keranjang,
"Deterjen,"
"Pengharum pakaian?" Matanya mencari letak pengharum pakaian, dan berada di baris ketiga dari atas. Seulgi berpikir sebentar, memilih merk terbaik. Seseorang di sebelah Seulgi sedari tadi sibuk mencium-cium wangi beberapa pengharum pakaian.
Tangan Seulgi menggapai salah satu merk pengharum pakaian yang kata orang-orang memiliki wangi yang sangat harum, mata Seulgi menangkap tangan lain juga mengikuti arah tangannya dan tak sengaja tangan mereka bersentuhan.
Seulgi menoleh ke samping,
Deg!
Tangannya segera mengambil pengharum pakaian yang tadi ingin diambil, melemparnya ke trolinya dan berusaha pergi secepatnya dari hadapan orang itu.
"Seulgi!" Panggil orang itu.
\\\\\\\\
Seulgi buru-buru mencari keberadaan Jimin, dan akhirnya ketemu, untung gak jauh. "Jim, udah nih. Ayo buruan. Mama gua tiba-tiba suruh pulang."
Jimin sedikit terkejut tiba-tiba Seulgi datang dengan wajah khawatir. "Kenapa Seul?"
"Ck, udah ayo!" Seulgi menghentakkan kakinya kesal.
"Eh Rene, udah milihnya?"
Seulgi menggigit bibir bawahnya kesal, kenapa gadis itu malah mengikutinya? Dan Irene berada tak jauh di belakangnya.
"I-iya," Irene maju ke depan dan menghampiri kekasihnya.
Seulgi ingat sekali wajah lelaki ini dan ternyata mereka langgeng juga.
"Gak mau dikenalin?" Tanya Jeffrey pada Jimin sambil menunjuk Seulgi dengan matanya.
"Temen gua bang," Jawab Jimin disertai senyum paksa, Jimin sekarang mengerti mengapa tiba-tiba Seulgi meminta pulang.
"Serius cuma temen?" Godanya.
Seulgi hanya menatap pada keranjang belanjaannya tadi, tak ingin sedikit pun menatap di depannya."Serius, dah ya bang. Gua ke kasir duluan," Pamit Jimin lalu mengambil alih untuk mendorong troli belanjanya itu dan menarik tangan Seulgi.
Irene menatap kedua insan yang pergi itu dengan tatapan sulit diungkapkan.
Dan ia pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, untuk apa ia mengejar Seulgi?
Tubuhnya yang otomatis mengejar Seulgi saat untuk pertama kalinya melihat Seulgi kembali.actually, akupun gak ngerti isi hati dan perasaan irene ke seulgi di cerita ini. ehe.
dia tuh kaya hate tapi ga bisa bener2 benci.
Dan ini yang kadang bikin aku bingung waktu nulis dari sisi Irene.Vote & comment-nya, maksa!
wkwkw
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Short Story[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.