"Bun," Seulgi masuk ke dalam mobil bundanya, terus langsung meluk bundanya. Bundanya hari ini ngajak makan siang bareng, makanya bundanya ngejemput dia apartemen.
Tapi sebelum itu mereka ke restoran bunda dulu, untuk memeriksa sesuatu katanya.
Selama di perjalanan bunda ngajak ngobrol mulu, salah satunya adalah ngebujuk Seulgi tinggal di rumah bareng.
"Lagian bunda bingung sama kamu, kamu cuma sebulan kok di sini, kenapa mohon-mohon tinggal di apartemen?" Ujar bundanya,"Ya kan kalo aku mutusin untuk tetap di sini aku bisa tinggal di apartemen aku Bun. Aku juga mau ngerasain tinggal sendiri dan mandiri," Jawab Seulgi, sebenarnya yang paling utama adalah, dia mau bebas sebentar saja, selama dia di Belanda, serius, ayahnya overprotektif banget, Seulgi mau diperhatiin tapi jangan berlebihan banget.
"Ya kamu percuma juga, apartemen kamu sama rumah kita aja, masih di satu wilayah, kalau apa-apa pasti juga kamu balik ke rumah," Seulgi mendelikkan matanya mendengar ucapan bundanya.
"Ih, Bun. Anaknya mau jadi lebih baik kok diremehin mulu," Rajuk Seulgi. Sedangkan bundanya cuma ketawa kecil.
Mereka sudah sampai di restoran bundanya, dan kelihatan ramai banget, ramai karena seperti sedang mempersiapkan sesuatu "Aku kira bakal makan di sini Bun,"
"Udah di booking Gi hari ini, kita makan di restoran dekat sekolah Eca yang baru buka, bunda penasaran."
Seulgi ngekorin bundanya masuk ke restorannya, bundanya sibuk sama handphonenya, karena Seulgi lebih tinggi dari bundanya, akhirnya ia ngintip, 'Pa Kambey'.
Seulgi ambil tempat untuk duduk sambil mainin ponselnya, ngelihatin bundanya yang sibuk mengkoordinasi kerja karyawan-karyawatinya. Kayaknya si Pa Kambey itu yang booking deh, kelihatan juga seperti orang penting.
Gak sampai 30 menit, bundanya ngajak Seulgi pergi dari situ, jemput Eca, dan pergi makan siang.
---
"Bye bye ka!" Seulgi ikut melambai saat adiknya mengucapkan itu.
Baru mau masuk ke lift, teleponnya berdering.
Jimin
"Halo Gi,"
"Euy,"
"Temenin gw kuy,"
Seulgi mikir bentar, pokoknya dia gak mau ketemu Irene lagi. Karena biasanya kalau Seulgi jalan sama Jimin, ada saja ketemu sama Irene.
"Ke?"
"Beli kado,"
"Jemput, 5 menit. Lewat, batal." Ucap Seulgi singkat, padat, jelas.
----
"Lu mau kado kaya apa?" Seulgi ngelihatin barang-barang di toko itu. Barang-barang vintage. "Buat siapa sih?"
"Rose," Seulgi terdiam mendengar nama itu, Seulgi baru ingat, dia bahkan gak tau kabar terbaru sahabat-sahabatnya itu.
"Owh,"
"Itu sebabnya gua ngajak lu, siapa tau lu masih inget kesukaan dia."
"Gimana kabarnya?"
"Ya gitu, lagi deket sama katingnya," Jawab Jimin dengan lesuh.
"Perjuangin dong, dia tau cerita sebenarnya gak?" Jimin nganggukin kepalanya, setelah kepergian Seulgi saat itu, semuanya terkuak, cerita sebenarnya diantara mereka.
"Gi, ga gerah apa lu pakai baju lengan panjang mulu, gua yang ngeliat aja gerah sendiri," Protes Jimin ngelihat ootd Seulgi dari pulang ke sini selalu kaya gitu, apapun yang berlengan panjang.
"Gua waktu di sono pake baju kaya gini mulu,"
"Beda Gi, beda! Gua tau lu pake baju modelan gini, untuk nutupin bekas itu kan?" Jimin ngekorin Seulgi yang lagi keliling, milih-milih.
Seulgi langsung melotot ke Jimin karena kalimat terakhirnya. Jimin cuma cengengesan doang."Ck, terus kabarnya si Siti sama Nabilah?"
Bohong kalau Seulgi benci sama mereka, Seulgi masih peduli kok, ya cuma karena masalah kemarin jadi ada space diantara mereka."Mereka keterima di PTN loh, bertiga, bareng." Seulgi tersenyum kecil, cita-cita mereka dahulu terkabulkan, masuk PTN yang sama, ngekost bareng. Ada rasa iri dalam dirinya, dia juga ingin, ingin bareng-bareng mereka.
"Dimana?"
"Masih di Jakarta sih, tau lah lu," Jawab Jimin. "Terus kalo lu gimana kemarin waktu ketemu Irene terus?" Godanya.
"Bangsat."
sebenernya aku mau up semalem, cuman ketiduran :"
aku cuma becanda kok up next-nya tahun dpn ehehe.
Makasih 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Conto[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.