Awkward.
Itu yang Irene dan Seulgi rasakan.
Irene memasuki kamar itu, tapi tak ada Seulgi di situ, mungkin ia di kamar mandi, karena bisa ia dengar gemericik air dari sana.
Seulgi memang sedang di kamar mandi, mencuci mukanya. Ia tau pasti nanti ia akan gugup, jadi dia berusaha untuk menguatkan diri dan tidak kabur kembali. Dan ia juga tau, Irene telah di dalam.
Seulgi menghela nafas berat.
Akhirnya ia keluar, dan membuat atensi Irene yang sedang memainkan ponselnya di sopa yang tersedia tertuju pada Seulgi. Mereka sempat kontak mata, namun Seulgi kembali memutuskannya.
Seulgi duduk di pinggir ranjang, memeriksa ponselnya kembali. Berpura-pura, hanya untuk menahan kakinya agar tidak kabur dari kamar itu sekarang.
Tok Tok Tok
Kepala kedua gadis itu menoleh ke pintu kamar yang terketuk.
Kepala Jimin mengintip sebentar, lalu ia tersenyum. "Gi, mau makan lagi gak?"Seulgi langsung senyum girang, padahal sekarang sudah hampir jam 11 malam, tapi untuk makan, ia gak kenal batas. "Mau..." Jawab Seulgi dengan keimutannya.
Irene yang mendengarnya tersenyum kecil, iya, dia gemas sama Seulgi.
"Gua tunggu di luar Gi," Jimin menutup pintu kamar itu.
Sedang Seulgi bersiap, Irene pergi ke kamar mandi.
Seulgi ingin nitip kuncinya ke Irene, tapi ia gugup mau ngomongnya. Yaudah, dia tungguin Irene.
Irene baru saja keluar. Seulgi bangkit dari duduknya, dengan keberanian maksimal akhirnya mulutnya berucap, "Kalo lu mau keluar, kamarnya kunci, nih." Ia menaruh kuncinya di ranjang. Ia lalu berjalan menuju pintu.
"Seulgi,"
Seulgi cuma menolehkan kepalanya sebagai jawaban. "Lu gak pakai sweater? Malang kalo malem dingin,"
Maksud Irene ngomong gini tuh apa?Akhirnya Seulgi ngambil jaket kulitnya. Dan pergi tanpa omongan lagi.
----
Jimin & Seulgi pulang menyusuri jalan ke hotel berdua, tak menggunakan kendaraan apapun.
"Jadi gimana?" Tanya Jimin, Seulgi yang pertama bingung tapi setelah lihat tatapan jahil Jimin langsung ngerti.
"Fine-fine aja."
"Really?"
"Hmm,"
Sedangkan Irene hanya tiduran di ranjangnya, tadi Jeffrey chat, nawarin makan, tapi Irene sudah malas gerak dari ranjang.
Mata Irene makin lama makin berat, pertanda tak lama lagi ia akan terlelap.
----
Seulgi sudah ketok-ketok pintunya berkali-kali tapi tak kunjung dibuka, Irene kemana?
Jalan sama Jeffrey mungkin, pikir Seulgi.
Selang waktu beberapa menit, pintu akhirnya terbuka dan menampilkan Irene yang khawatir dengan muka bantalnya. "Sorry, sorry Seul, gua ketiduran." Sesalnya diambang pintu.
"Gapapa," Habis itu Seulgi masuk diikuti Irene yang mundur dan mengunci pintunya lagi.
Melihat muka datar Seulgi, entah kenapa ia jadi takut. "Sekali lagi sorry ya Seul,"
"Hm,"
Mereka berdua sama-sama sudah berbaring berlawanan arah di ranjang sejak satu jam yang lalu. Namun belum ada yang terlelap juga. Padahal tadi Irene mengantuk sekali. Tapi sekarang pikirannya melayang-layang entah kemana.
Seulgi?
Kalian tau lah Seulgi gimana.
Berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup tak karuan.Dan Seulgi makin gugup waktu merasa Irene membalikkan badannya dan punggungnya berhadapan dengan Irene.
Walaupun ada jarak, tetap saja Seulgi tuh begini.Irene natap punggung tegap Seulgi, dia masih gak nyangka akan ketemu gadis ini lagi. Irene mau maki Seulgi, tapi dia gak bisa, karena Seulgi korban juga di masalah kemarin.
Tangan Irene menggapai selimut yang agak menyimpang dan membenarkannya.
Dan tak lupa membenarkan selimut di bagian yang Seulgi pakai juga.
Mengulas senyum sebelum tidur sambil menatap Seulgi di hadapannya.
Setidaknya Irene senang, bahwa ia bertemu Seulgi dengan keadaannya yang baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Conto[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.