mulmed nya terserah mau diputar atau ga.
Sore di hari kedua mereka habiskan di Pantai Balekambang.
Setelah seharian di Museum Angkut dan beberapa tempat wisata lainnya.Seulgi berjalan beriringan di pinggir pantai dengan Jimin disebelahnya, dan tak lupa seperangkat kameranya yang selalu ia bawa kemana-mana.
Dan tak jauh namun berjarak, Irene dan Jeffrey berjalan di belakangnya.
"Gi." Panggil Jimin.
"Hm," Sahut Seulgi, masih dengan fokus pada kameranya.
"Gua tau kok, lu manfaatin itu kamera untuk sesuatu." Pernyataan Jimin membuat Seulgi menatap Jimin sambil mengerutkan keningnya.
Seulgi ketawa kecil, "Iyalah, buat foto, emangnya buat apalagi Jimin..." Heran Seulgi.
Jimin nepuk kepala Seulgi pelan, senyum kecil merekah di wajahnya, "Irene," Lirihnya.
Mereka saling tatap, dan Jimin benar bisa merasakan dari mata itu, sakit karena mencintai.
Dengan volume pelan Jimin berucap, "Dari hari pertama kita jalan, lu sering banget sibuk sama kamera lu. Gua tau Gi, lu cemburu, jangan bohongin diri lu."
Hembusan nafas kasar keluar dari Seulgi, betul, pernyataan Jimin memang fakta.
Seulgi cemburu melihat kemesraan Irene dan pacarnya. Apalagi secara langsung begini.
Dulu kan cuma liat dari snapgram saja sudah sakit.
Mata Seulgi berkaca-kaca, ia lebih memilih menikmati pemandangan yang disajikan semesta.
Sunset.
"Sorry Gi," Ucap Jimin karena melihat air mata yang mengumpul di pelupuk mata Seulgi.
"Gak, untuk apa? Perkataan lu emang bener Min, gak perlu minta maaf." Seulgi menghapus air matanya yang hampir turun, dan setelah itu tertawa, menertawakan dirinya, yang bodoh.
Jimin hanya tersenyum, namun setelahnya ia mengulurkan tangannya di depan Seulgi.
Lewat tatapan matanya, Seulgi bertanya."Jalan sambil pegang tangan gua dan nikmatin sunset- nya." Seulgi tersenyum pada Jimin, lalu menempatkan telapak tangannya di atas telapak tangan lelaki itu.
"Siapa tau perempuan yang di belakang kita cemburu,"Seulgi langsung nengok ke belakang dan ada Irene, yang sedang menatapnya.
---
Hari ketiga.
Dari pagi sampai siang mereka habiskan untuk wisata kuliner Malang, dan sorenya mereka berpisah.
Jeffrey mengajak Irene ke BNS, dan yang lainnya pergi ke taman Selecta.
Seulgi, Jimin dan rombongan pulang-pulang dengan perut yang kekenyangan.
Teman-teman yang lain sudah masuk ke kamarnya, tinggal Jimin dan Seulgi.
Sewaktu Jimin membuka kamarnya, ia kaget. Seulgi pun ikut kaget.Irene yang marah kepada Jeffrey dan air matanya yang mengalir deras.
Penampilan Irene yang berantakan.
Outfit yang tadinya lengkap dengan kemeja,(abaikan name tagnya.)
Dan sekarang kemeja itu entah kemana menyisakan tank topnya.
Jangan bilang....?
Seulgi menggelengkan kepalanya, ditarik masuk oleh Jimin lalu lelaki itu menutup pintunya, takut menganggu yang lain.
"Bang, kenapa?" Tanya Jimin.
"Bukan urusan lu," Jawab Jeffrey acuh. Seulgi hanya tertuju pada Irene yang sedang menangis.
Pasalnya sekarang hatinya juga ikut sakit melihat Irene menangis seperti ini.
"Seul, bawa Irene ke kamar," Titah Jimin.
Seulgi menatap Jimin ragu, akhirnya tangannya dengan berani menarik Irene, namun segera ditepis oleh Jeffrey kasar.
Dan membuat Seulgi meringis kesakitan.
Mata Irene tertuju pada Seulgi saat itu juga."Lu apaan sih bang! Kasar tau gak!" Bentak Jimin pada Jeffrey. "Gapapa Gi?" Seulgi menganggukkan kepalanya.
"Gua bilang gak usah ikut campur Jim," Ucap kekasih Irene itu, "Lu juga, lesbian!"
Seulgi kaget dengan ucapan itu, sakit hati namun itu faktanya.
Jimin dan Irene sama terkejutnya dengan hinaan Jeffrey.
"Jangan kurang ajar ya Jeff! Gak usah jelasin apa-apa ke gua lagi. Udah jelas semuanya." Tegas Irene.
"Seul, udah balik sana, bawa Irene." Titah Jimin sekali lagi.
Seulgi menarik tangan Irene dan tak ada yang menghalangi.
Mereka berdua keluar dari kamar dan saat itu juga Irene memeluk Seulgi. Keduanya terdiam di tempat.
Hangat,
Itu yang Irene rasakan dari pelukan Seulgi.
Walau Seulgi tak membalasnya."Udah yuk ke kamar," Ucap Seulgi gugup.
Seulgi langsung menuju kamar mandi duluan untuk membasuh mukanya dan bersih-bersih sekalian ganti baju.
Ia menempatkan tubuhnya duluan di ranjang. Tak lama Irene keluar dari kamar mandi dengan muka sembabnya dan menyusul Seulgi.
Sama seperti hari sebelumnya mereka tidur berlawanan arah, namun Irene kembali mengulang kejadian di malam pertama mereka tidur bersama, ia menghadap punggung Seulgi.
Irene mau kehangatan itu.
Irene mau peluk tubuh Seulgi lagi.
Tapi, apa Seulgi ingin?
"Seul," Panggil Irene lirih, "Boleh peluk gak? Peluk lu dari belakang aja,"
Sedangkan si pemilik kehangatan hanya diam, termenung, terkejut dengan permintaan Irene.
"Please." Lirih sekali permintaan Irene saat ini.
"Ya," Setuju Seulgi.
Irene mendekatkan dirinya pada tubuh Seulgi. Memeluk punggung lebar tapi ramping itu. Menyandarkan kepalanya di punggung yang penuh kehangatan itu, melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu. Menghirup aroma menenangkan yang melingkupi gadis ini.
Dan Irene kembali menangis, mencengkeram piyama tidur Seulgi tanpa sadar.
"Makasih Seulgi."
aku nulis part ini sambil dgrin lagunya
The Overtunes - I Still Love You,
Gak tau knp lg seneng aja dgr lagu itu sambil baca atau nulis wp, ky relate sm cerita ini.
Makasih guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Short Story[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.