xxxv. sayang?

3.6K 409 29
                                    

"Jadi pacar aku."

Seulgi masih terdiam setelah kata itu keluar beberapa menit lalu. Irene tersenyum kecut melihatnya. "See? Kamu masih ragu kan?" Ujar Irene dengan suara begetar, ia mundur menjauhi Seulgi.

Sebelum semakin jauh, Seulgi kembali menarik tubuh itu mendekat, membawa kembali gadis itu masuk ke dalam dekapannya. "Kata siapa aku masih ragu?"

Seulgi mengangkat dagu Irene perlahan, agar gadis itu dapat menatapnya. Gadis sipit itu menarik nafas dalam-dalam sebelum mengeluarkan suara,

"Ya, aku mau jadi pacar kamu." Jawab Seulgi dengan tulus, tatapan teduhnya balik membalas pada mata Irene yang berkaca-kaca.

"Maafin aku." Seulgi mengelus lembut kedua sisi wajah Irene. "Maafin aku yang selalu raguin kamu."

---

Sudah hampir 30 menit sejak status mereka berubah menjadi sepasang kekasih.

Dan sebagai kekasih yang baik, yang tak tega dengan keadaan pasangannya yang sedang sakit, merawat gadisnya sepenuh hati.

"Kok bisa sakit sih?" Tanya Seulgi sambil menyuapi buah semangka yang telah terpotong-potong ke dalam mulut kekasihnya.

"Kamu tau kan aku ada maag?" Seulgi menganggukan kepalanya. "2 hari lalu maag ku kambuh, gini deh jadinya."
Ucap Irene jelas, lalu kembali memakan semangkanya.

Seulgi yang mendengar itu seketika teringat kejadian dimana maag Irene kambuh waktu itu, "Terus siapa yang rawat kamu kemarin?" Raut khawatir terpatri pada wajah Seulgi.

"Tenang aja, ada Jennie kok."

Tangan Seulgi yang mau nyuapin buahnya lagi, ditahan sama Irene. "Udah ah Gi, kenyang."

"Oke," Mangkok isi buah tinggal beberapa biji itu, si sipit letakin di meja depannya.

"Kamu disini dari kapan?" Giliran Irene yang melempar peetanyaaan pada kekasih barunya ini.

"Eum... Empat atau lima hari lalu kayaknya, aku lupa."

"Disini sampe kapan?" Jujur saja, Irene mengharapkan gadis di depannya bisa lebih lama ada di sini, "Jangan cepet-cepet ya baliknya, aku masih kangen..."

Si lawan bicara cuma tersenyum manis melihat gemasnya Irene, "Aku sampe akhir bulan disini kok. Kalau lama, bisa ampe tahun baru."
Dan Seulgi tambah dibuat gemas dengan reaksi Irene atas jawabannya tadi, gadis itu tersenyum lebar dengan mata yang berbinar.

Perbincangan keduanya terus berlanjut sampai Seulgi menyinggung pasal Irene ditampar oleh ibunya.

Seulgi dengan berani mengelus pipi yang Irene tunjuk, pipi korban dari kejujuran Irene.

"Gak papa ih, udah berlalu juga." Irene gak nampik kalau dia nikmatin hangatnya tangan Seulgi di pipinya itu.

"Udah berlalu, tapi kamu jadi diacuhin kan sama mama kamu sampai sekarang?"

"Biarin itu jadi urusan aku sama mama aku, oke?"

Seulgi cuma menghela nafasnya, rasa bersalah tentu saja masih bersarang di hatinya, "Maaf," Lagi-lagi kata itu keluar dari bibir tipis Seulgi.

"Kamu gak bisa ya berhenti minta maaf? Males tau dengernya. Mending kamu ucapin kalimat lain, yang lebih enak didengar." Keluh Irene, yang sebenarnya gak mau bikin Seulgi berlarut-larut dalam rasa bersalahnya.

"Yang enak didengar?" Bingung Seulgi.

"Iya, kayak...." Sejenak Irene berhenti bicara hanya untuk berpikir, "I love you Irene. Hehehe. Aku belum pernah dengar kamu ngomong begitu langsung loh."

Seulgi mengerutkan dahinya, "Tapi aku selalu bilang 'aku sayang kamu' kan? Apa bedanya?"

Decakan kesal keluar dari perempuan yang lebih tua, "Beda ish, biasanya kamu ngomong gitu lewat telpon atau video call, aku mau lihat langsung, sekarang."

"Yaudah, hadap sini dong mukanya, masa buang muka gitu." Ujar Seulgi halus.

Irene menurut.
Menatap Seulgi yang juga menatapnya penuh kelembutan. Tiba-tiba aja perasaan gugup menyerang dirinya.
"Karena kamu gak mau dengar kata 'maaf', biarin aku bilang makasih ke kamu. Makasih atas perjuangan kamu."

"Justru aku yang haru-"

"I love you,"

Dengan secepat kilat, Seulgi mendaratkan satu kecupan di bibir kekasihnya yang sekarang tersipu malu akibat ungkapan cinta Seulgi dan kecupan singkat tadi.

----

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Irene. Karena memang hari sudah larut dan baru saja Seulgi pamit mau pulang.

"Jimin," Mendengar nama tersebut, terbesit rasa tidak suka pada Irene.

"Kamu beneran ga-"

"Iyaaa ka," Respon Seulgi cepat saat tau arah pertanyaan Irene, gadis itu sedikit terkekeh karena kecemburuan kekasihnya ini. "Malah ya, dia yang terus nyuruh aku selesaiin masalah ini hehehehhe,"

Irene cuma ngangguk mengerti, "Tapi ya dia ngehindar mulu kalau ketemu aku, kan jadi makin yakin kalian pacaran," Ucap Irene.

Seulgi kembali tertawa kecil mendengar penjelasan Irene, kasihan Jimin. "Takut itu sama kamu,"

Seulgi memeriksa ponselnya ketika bunyi notifikasi berdenting dari ponselnya. "Kak, Jimin udah nyampe nih,"

"Aku anter ampe luar ya,"

Keduanya keluar dari rumah Irene sampai tepat di depan pintu masuk "Sampe sini aja." Kata Seulgi, "Langsung tidur ya?"

Irene mengangguk patuh, "Tapi kamu kabarin aku dulu kalau udah sampe,"

"Siap!"

Setelahnya gadis sipit itu meninggalkan kekasihnya, namun baru beberapa langkah tubuhnya berbalik dan kembali menghampiri Irene.

"Ada yang kelupaan? Biar aku ambilin,"

Sayangnya Seulgi gak ngerespon pertanyaan Irene tadi, malah mendekap tubuh mungil pacarnya dengan erat.

"Cepet sembuh,







...Sayang"
Bisik Seulgi tepat pada indra pendengaran Irene.

Akibat dari perkataan Seulgi barusan, wajah Irene merona hebat. Dan jahatnya lagi Seulgi langsung meninggalkannya sambil tertawa kecil.

Haish...


















yaampun maapin ini cringe bgt 😭, hiksss.....

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang