Seulgi mengendarai motornya dengan perasaan ketar-ketir campur senang. Akibat campur-aduknya perasaan dia sekarang, rasa mual memuncak sekali sekarang. Dia menaikkan kecepatan kendaraanya, berharap tidak ada kendala selama perjalanan, agar ia cepat sampai di rumahnya sekarang.
Tarik napas - keluar - tarik lagi - keluarin lagi.
Entah mengapa nervous- nya masih kebawa. Iya, tadi akhirnya untuk pertama kali Seulgi bertatap muka dengan kedua orangtua Irene. Jantungnya berdegup begitu cepat, tangannya tiba-tiba saja terasa dingin, belum lagi keringat dingin melengkapi kegugupan Seulgi saat itu.
Seulgi terus merapalkan kata-kata dalam hatinya untuk tidak menunduk takut dan terlihat seperti orang bodoh. Hah, pertemuan tiba-tiba ini benar-benar mencampur-adukkan perasaan Seulgi.
Saat ini keempat orang itu duduk di ruang tengah, dengan orang tua Irene di duduk berpisah di sisi kanan dan kiri, lalu Irene yang berdampingan dengan Seulgi. "Kenalin dong Rene temannya, belum pernah Papa lihat kayaknya," akhirnya satu-satunya lelaki di situ yang angkat bicara terlebih dahulu.
Seulgi yang merasa terpanggil pun tersenyum pada kedua orangtua itu, "Kenalin om tante, aku Seulgi, tem-"
"Pacarku," potong Irene cepat, suaranya terdengar tegas dan lantang, tak ada sedikitpun getar ketakutan pada nada bicara gadis itu. Tatapan ketiga orang lainnya segera beralih ke Irene, terkhusus Papa dan Mama Irene. Namun lain reaksi yang diberikan oleh sepasang suami itu, ekspresi datar yang sejak tadi terpampang malah semakin datar dan Irene maupun Seulgi tak bisa menebak apa yang dirasakan Mama Irene pada pernyataan Irene barusan. Lain hal pada Papa Irene, lelaki berumur itu sempat terdiam sejenak sebelum kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum. Namun, Seulgi bisa lihat tatapan sendu tercermin di sepasang mata lelaki itu.
Entah dimenit keberapa keheningan itu berhenti dengan Papa Irene yang mengajak Seulgi mengobrol dan Mama Irene yang secara tak terduga lebih memilih pergi menuju kamarnya. Dirinya khawatir apa yang akan dihadapi Irene selanjutnya sesudah ia melenggang keluar dari rumah itu.
-----
Tujuh hari berlalu sejak kejadian hari itu, Seulgi masih sering berkunjung ke rumah Irene hanya saja Papa Irene-lah yang lebih sering Seulgi temui, sedangkan ibunda dari kekasihnya itu sama sekali belum Seulgi lihat sejak hari itu. Irene bilang, Mamanya lebih banyak menghabiskan waktunya di kamarnya, perempuan itu hanya keluar jika perlu saja. Irene tak lelah mengajak mama-nya untuk tetap berinteraksi dengannya. Irene tak memungkiri kali ini rasa sedihnya lebih besar jika dibandingkan hari dimana ia memutuskan untuk 'terbuka' pada kedua orangtunya. Tamparan hari itu tak seberapa dengan Mama-nya yang terlihat murung selalu.
Kepulangannya disambut oleh kegelapan di rumah itu, sepertinya kedua orangtuanya telah istirahat. Jam di pergelangan tangannya telah menunjuk pukul 9, sebenarnya ini terlalu cepat untuk jam tidur Papa dan Mama-nya. Kakinya melangkah menuju dapur rumahnya, sekaligus ia ingin mengintip sekilas ke kamar orangtua-nya, memastikan bahwa keduanya telah tertidur.
Tangannya baru saja mendarat di gagang pintu, tapi pendengarannya sudah lebih dulu mendengar isak tangis wanita, dan pasti itu adalah ibunya. Dibuat penasaran, akhirnya Irene membuka pelan pintu kamar itu, hanya sedikit, setidaknya ia tetap dapat tau apa yang terjadi di dalam sana tanpa ketahuan.
Mama-nya di sana sedang menangis dalam pelukan sang suami, "Aku sayang Irene, Pa," lirihan itu, pertama kalinya dalam hidup Irene mendengar Mama-nya bicara dengan suara selemah itu. Irene terbiasa mendengar omelan atau ucapan tegas dari mulut ibunya, tapi tadi suara itu menyentuh hatinya tepat sasaran. Air mata terbendung begitu saja, Irene belum tahu persoalan apa yang sampai membuat mama-nya menangis tersedu-sedu seperti itu sembari membawa namanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Short Story[sequel of Euphoria] Seulgi yang kembali ke kehidupan Irene? Atau Irene yang kembali ke kehidupan Seulgi? Sama saja, intinya benang merah mereka belum terputus dan masih akan terus menyambung. [!!!] better read Euphoria first.