xix. healer

4.3K 546 39
                                    

kalian kenapa sih julid aja Seulgi ngebucin, biarin atuh, jangan iri.
Iya, aku tau kalian mau dibucinin juga sama Seulgi.

Tau, iri aja, jomblo. - Irene milik Seulgi.



















"Gua gak pernah benar-benar benci sama lu Irene, bahkan sampai sekarang rasa suka gua masih lebih kuat, mungkin telah berganti jadi rasa cinta."

Keduanya terdiam masih dengan tatapan mata terkunci satu sama lain. "Gua selalu berharap lu gak ngerasain patah hati hebat yang kaya gua rasain. Gua gak suka lihat lu disakitin gini, awal pacaran sama cowok itu, lu keliatan seneng banget, dan itu yang ngebuat gua nyimpulin lu udah ketemu kebahagiaan lu. Dan buat gua makin nyerah, karena gua gak bakal maksa perasaan gua ke elu." Lirih Seulgi, "Gak akan." Bisiknya tanpa sadar satu tetes air mata Seulgi turun.

Hati Irene seperti dicubit rasanya mendengar pengakuan Seulgi, se-cinta itukah Seulgi padanya?
Bahkan matanya juga ikut menyalurkan semua perasaan Seulgi tadi saat ia berbicara.

Dengan perlahan, tangan milik Irene mengusap pipi Seulgi yang dibasahi air mata itu, menghapusnya lembut.
Kembali membawa Seulgi ke dekapannya, memeluknya begitu erat. Bersyukur akan ketulusan hati Seulgi padanya.

Cup!

Benda kenyal itu menyentuh pipi berisi Seulgi, bahkan Irene menempelkannya cukup lama.

Seulgi serasa terhipnotis oleh kecupan itu, jiwanya entah kemana selama beberapa detik.

"Gua gak tau mau bersyukur atau menyesal kali ini, gua udah nyakitin hati lu Gi, tapi tetep aja lu masih mau membagi cinta lu ke gua, gua bersyukur banget akan itu, tapi tetap aja gua udah nyakitin lu begitu dalem." Jari-jari Irene tak berhenti mengelus wajah Seulgi, menatapnya lembut dan dalam, "Maafin gua, gua gak peduli kalau lu gak pernah bener-bener benci sama gua, tapi tetep masih ada rasa sesal karena ngebuat hidup lu hancur. Jadi please maafin gua,"

"Ya, tentu." Seulgi kali ini membalas dekapan Irene, memberikan kehangatan untuk gadis di dalam dekapannya itu, memberikan belaian lembut di punggungnya pada gadis itu.

Detik-detik selanjutnya mereka habiskan hanya untuk berpelukan.

----

Sepasang mata gadis sipit terbuka lebih dahulu, kemudian membentuk bulan sabit, Seulgi tersenyum, hanya karena alasan kecil. Ia dan Irene kembali tidur bersama pada satu ranjang dengan berpelukan, tak ada kejadian apapun kemarin, hanya berpelukan saja.

Ia pergi ke dapur sambil mengikat rambutnya asal. Mengambil ponselnya untuk memeriksa pesan ataupun hal lainnya, dan nama yang dia lihat pertama adalah Sunmi.

Bahkan sepagi ini, gadis itu telah menghubunginya.

Ka Sunmi

|Seulgiiiii

|Jangan lupa bsk

|Gua nunggu lu pokoknya

|Luv u ❣️❣️❣️

iya ka|

gua gak bakal lupa kok|

Menyiapkan bumbu dan mengolahnya, Seulgi hanya membuat dua piring nasi goreng dengan telor ceplok diatasnya.
Dan jangan lupakan dua gelas susu hangat rasa vanilla, bagi Seulgi apapun makannya, minumnya ya susu.

Sambil menyiapkan susunya, tiba-tiba saja handphonenya berdering.

Bunda

"Ya Bun," Seulgi mengaktifkan loud speaker, karena tangannya masih sibuk.

"Gi, gak ke rumah?"

"Hari ini aku ke rumah kok, sekalian minta bunda temenin aku cari kado,"





Kelopak mata Irene terbuka perlahan, melihat sekitar dan tak menemukan Seulgi di dalam kamar ini, tirai kamar itu saja masih tertutup, sepertinya Seulgi tak ingin mengganggu tidurnya.

Matanya melirik pada jam di nakas samping kasur, jam 7 pagi. Belum ada niatan untuk bangkit, matanya memindai sudut-sudut kamar Seulgi. Gadis itu cukup rapi, tapi hanya satu tempat yang tak rapi, meja belajarnya mungkin, karena meja itu ditaruh banyak buku-buku dan beberapa kertas.

Akhirnya tidurnya nyenyak kali ini setelah melewati beberapa malam menangis karena patah hatinya, ia harus berterimakasih kasih pada Seulgi dan pelukannya yang mujarab itu.

Saatnya mencari Seulgi, Irene bisa mendengar kebisingan dari luar kamar. Ia pergi ke ambang pintu dan melangkahkan kakinya menuju suara itu.

Hampir dekat, namun langkahnya terhenti. Untuk mendengar pembicaraan itu, biar saja Irene tak sopan, namun ini penting.

"Jadi keputusan kamu gimana? Udah hampir sebulan loh Gi,"

"Belum tau Bun,"

"Bunda berharapnya kamu tetap disini, tapi tiap ditanya kamu selalu jawab gitu, jawaban kamu kayak bilang kamu gak mau tinggal di sini, secara halus."

Helaan nafas keluar dari gadis monolid itu "Bunda jangan nyimpulin semuanya sendiri ya, aku kan belum kasih jawaban pastinya,"

Seulgi menata dengan rapi kedua piring dan gelas itu di meja makan.

"Oke, kamu ngapain sekarang?"

"Mau sarapan Bun,"

"Makan yang bener, biar kamu bisa ambil keputusan yang bener juga,"

Seulgi sedikit terkekeh akan lontaran bundanya, "Iya Bun, nanti ya bahas di rumah aja."


Irene masih ditempat yang sama, hatinya gundah sekarang, bagaimana jika Seulgi benar-benar pergi?
Bahkan Irene telah menyebut Seulgi sebagai healer nya.
Bagaimana jika healer nya pergi disaat ia membutuhkan?


































































padahal bsk aku remed biologi, tapi males belajar :') eneg + mumet sumpah bacanya.










BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang