Chapter 17.

71 42 0
                                    

-HAPPY READING-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-HAPPY READING-

-•••-

Niat ingin memisahkan, malah pertengkarannya semakin ricuh tentang Raja yang melawan dua pria pemalak. Setelah tadi--

"ALLEA!" Tubuh si cewek terdorong kencang sampai membentur meja warung yang otomatis membuat tubuhnya jatuh ke tanah, lantas Allea pun merintih kesakitan. Hal itu tidak menghentikan Raja untuk bertarung, melihat Allea yang kesakitan tentu saja malah membuat amarahnya semakin meluap.

"KURANG AJAR!" Pekik Raja yang langsung memukuli kedua pira itu lagi tanpa ampun.

Sedangkan Allea kembali bangkit sambil memegangi pinggulnya yang sedikit pegal, kembali ia lerai ketiganya namun kali ini dengan sangat hati-hati. "Raja stop." Allea sudah mencekal tangan Raja untuk menghentikan pergerakannya, namun lagi-lagi tangannya ditepis.

Bisa Allea lihat, banyaknya memar dan darah yang sudah mulai keluar dari hidung dan ujung bibir Raja, membuat Allea semakin khawatir. "Raja udah." Untuk yang kesekian kalinya, Allea diabaikan lagi. Kalau bukan Raja yang menghentikan terlebih dahulu, Allea yakin pasti ini tidak akan ada hentinya sampai salah satu pihak ada yang kalah.

Allea semakin khawatir, salah satu pria pemalak sudah tergeletak lemas di tanah, dan yang satunya lagi masih melawan Raja dengan segenap tenaganya. Kapan ini akan berhenti? Luka Raja pun juga sudah banyak. Allea takut kalau si pria membawa benda tajam.

Air mata Allea sudah membendung, siap untuk dikeluarkan. "Raja udah. Kita pergi aja." Digenggamnya erat tangan Raja yang sudah diudara hendak melayangkan pukulan.

Raja diam tidak bergeming dengan nafas yang tidak teratur akibat marah, begitu juga dengan pria yang sudah menahan sakit sedari tadi. Kesempatan ini, ia gunakan untuk melarikan diri bersama temannya tadi. "WOI JANGAN KABUR LO! BANCI ANJING!" Begitu umpatnya setelah melihat lawannya pergi sebelum mendapat imbalan yang setimpal.

"Raja udah." Allea kembali berucap lirih sambil menghentakkan satu kakinya kesal dan pasrah ketika Raja baru saja akan mengejar kedua pria tersebut. Air matanya kini turun membasahi pipinya, membuat Raja terkejut dan langsung reflek menangkup kedua pipi gadis tersebut untuk menghapus air matanya.

"Jangan nangis, Lea. Kenapa? Ada yang luka? Sakit banget, ya?"

Allea tidak menjawab, matanya masih terpaku kepada wajah Raja yang banyak memar disana. Isakan tiap isakan tidak bisa ditahan lagi oleh Allea, tangisannya pun masih berlanjut membuat Raja juga semakin bingung, "Al--"

"Mas, Mba... Ini saya ada betadine sama obat yang lainnya, diobatin dulu lukanya." Tawar Ibu warung menyondorkan kotak P3K. Melihat itupun Raja memegang sendiri lukanya diujung bibir, yang menimbulkan suara desisan yang asalnya dari dirinya sendiri.

Baru saja Raja akan menerima kotak tersebut, tangannya sudah ditarik oleh Allea menuju mobil, meninggalkan Ibu warung dan kotak P3K tanpa pamit. "Buka terus masuk." Kata Allea sambil menyeka air matanya dan berlalu jalan ke arah pintu penumpang.

Tentang yang Melepas, Dilepas, dan Ikhlas. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang