Chapter 26

47 25 1
                                    

Gemrisik dedaunan yang tertiup anginMengisi kehampaan suasana dinginMembawaku ikut bersamanyaMengikuti angin, di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemrisik dedaunan yang tertiup angin
Mengisi kehampaan suasana dingin
Membawaku ikut bersamanya
Mengikuti angin, di malam hari

Aku meringkuk memeluk lutut
Sepi gelapnya langit, sama denganku
Berpeluk selimut, aku tersenyum
"Tak apa, masih ada esok hari"

Hari ini, kembali didatangi kesedihan
Menagih tangisan
Malam ini, kembali didatangi kesepian
Menagih keramaian
Menagih pendamping.

Aku masih menunggu, masih sabar pula
Masih ada harapan
Kalau tidak hari ini, masih ada hari esok
Kalau tidak sekarang, maka besok.

Dengan seriring tungguku atau tunggumu, semua sama saja. Kita sama-sama menunggu harapan yang terucap kemarin, untuk dikabulkan besok.

♪Hopes for tomorrow: oleh wanita beruntung, Sejeong♪

-HAPPY READING-

-•••-

Disana, didepan komplek perumahan elite, gadis berhoodie putih sedang berdiri dengan senyuman lebar. Sambil mengayun-ayunkan kantong kain yang berisikan makanan ringan, ia terus menatap kanan kiri, menatap jalanan seperti sedang mencari seseorang. Berkali-kali ia melirik jam tangan berwarna coklat, berbahan kulit yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Meski sudah menunggu hampir dua puluh menit, dirinya tetap tidak melunturkan senyumannya.

Mata binar Allea terlihat senang, penantiannya berakhir ketika melihat seorang pemuda tampan sedang berlari menghampirinya dengan lambaian tangan. "Hai." Andre menyapa dengan senyuman, menampilkan kedua lesung pipinya, memberi kesan manis.

"Maaf ya lama." Andre melontarkan maaf tapi wajahnya tidak terlihat menyesal, sedari tadi yang ia tampakkan hanya senyuman lebar dan lesung pipinya.

Walaupun begitu, Allea tidak peduli. Ia hanya mengangguk lalu menjawab, "Gapapa, eh kamu gak bareng Alana?" Begitu nama sahabat satunya lagi disebutkan, Andre baru mengedarkan pandangannya kesekitar. Benar juga, tidak ada Alana.

"Lah kukira udah bareng kamu, gak kabarin aku juga."

Allea manggut-manggut paham, "Yaudah, nunggu lagi." Ucapnya.

"Yah, lama lagi dong." Andre mengeluh, terlihat sangat menyesal, dan sudah tidak sabar ingin asik bermain-main dengan kedua sahabatnya.

"Kamu 'kan baru sampe, harusnya aku yang ngeluh, karna aku yang nunggu dari tadi. Nih makan aja dulu, kalo habis kamu beliin buat kita lagi." Allea menyondorkan kantong berwarna merah kepada Andre.

Dengan cengirannya, Andre menerima kantongnya.
"Iya deh iya. Coba telfon deh tuh anak, jadwalnya jam berapa, datengnya jam berapa."

Allea terkekeh, "Gak sadar diri emang." Gumamnya menyindir Andre.

Tentang yang Melepas, Dilepas, dan Ikhlas. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang