Chapter 37.

48 11 0
                                    

-HAPPY READING-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-HAPPY READING-

-•••-

Kita punya dua kelam di malam sepasang sahabat ini. Yang satu menatap nanar ke depan, yang satu masih sibuk mengendalikan butiran-butiran yang luruh terus menerus. Setelah mendapat jawaban, kini terasa seperti ditampar kenyataan. Niat ingin jumpa kembali, justru berakhir dengan kontemplasi. Kejutan dari Tuhan sangat hebat rupanya, terlampau berkesan sampai kalbu bersumpah akan mengingatnya.

Untuk yang kesekian kali, Allea mengusap cepat air matanya dengan punggung tangan. Ia bimbang di diambang pintu bersama Alana. Mendadak ia sengit pada rumah beserta tuan rumahnya. Memori ketika ia begitu bahagia bersama keluarga tinggal di rumah ini dengan sahabat-sahabatnya, tiba-tiba berputar di otaknya. Tawa. Tawa itu seharusnya tak ada diatas penderitaan Andre yang sedang mati-matian mengendalikan mentalnya. Senyuman dirinya dan keluarganya harusnya tidak terukir selebar itu ketika disana Andre sedang dilanda kehancuran.

"Maaf," dan kata ini tak henti-hentinya keluar dari mulut Allea diiringi isak tiap isakan.

Lain hal nya dengan Alana, yang tetap menatap nanar ke depan entah apa yang ada dalam pikiran cewek itu. Saat mendengar fakta bahwa Andre meninggal bunuh diri karena depresi, membuat ia ingin marah, pada mereka yang telah memisahkan persahabatan mereka.

"Gue mau masuk." Alana menarik tangan Allea untuk dibawa masuk ke dalam rumah keluarga Garleta, yang di dalam pasti sudah ada kedua orangtuanya juga.

Pintu terbuka lebar. Empat orang disana menatap kedatangan dua sahabat ini dengan senyuman. Di ruang tamu para orangtua sudah berkumpul, ditemani bermacam hidangan, dan obrolan hangat. Sekarang yang ada di dalam pikiran Alana dan Allea, "Mah! Pah! Apa pantes kalian sesantai ini setelah bikin oranglain menderita?!" Alana berteriak keras dari depan pintu, menatap marah mereka.

Sementara Allea hanya diam dan menunduk tak bersuara selain hanya isak tangisanya.

Orangtua mereka saling lempar tatapan bingung, lantas Rani selaku Mamah Alana itu mendekati putrinya. "Alana kenapa?" Tanyanya penuh kelembutan sambil memegang bahu Alana.

Setelah itu disusul Leona yang juga ikut mendekat, "Iya, kalian kenapa? Lea, masih pusing?"

Segera ia tepis tangan Rani di bahunya. "Udahlah Mah, jangan pura-pura lagi. Kita gak suka diboongin."

Rani masih bingung, dan melirik Leona seperti mempertanyakan apa yang terjadi. Untuk itu, Leona berinisiatif untuk memisahkan Allea dari Alana dulu mengingat sahabat anaknya itu suasana hatinya sedang tidak baik. Tapi ketika tangannya menarik tangan Allea, gadis itu seperti tidak mau beranjak dari tempatnya dan memilih tetap menggenggam tangan sahabatnya.

"Lea, ayo istirahat kamu masih belum sehat." Ucap Leona.

Sama seperti yang dilakukan Alana, Allea pun menepis tangan Leona. Ia mendongak, memperlihatkan wajah sembabnya yang basah air mata dan keringat. Mengundang atensi dari Kevin dan Angga yang langsung ikut mendekat.

Tentang yang Melepas, Dilepas, dan Ikhlas. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang