Chapter 34.

42 14 1
                                    

-HAPPY READING-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-HAPPY READING-

-•••-

"BANGSAT! WOI! KALO NGAJAK BERANTEM MAJU SINI LO!" Alana berteriak kesal sedari tadi. Mengeluarkan sumpah serapah berharap Liza mendapat ganjaran yang setimpal atas kelakuannya yang tak kunjung dihentikan.

Allea yang sejak tadi sudah menahan-nahan Alana untuk tidak mengejar Liza pun sampai kewalahan. "La udah dong. Aku gapapa kok."

Alana menepis tangan Allea kasar, "Gapapa gimana? Kalo tadi lo ga pegangan sama tembok, lo bisa celaka, Lea." Alana sudah tak mengerti lagi dengan sahabatnya yang satu ini. Iya Allea memang baik, tapi baiknya sudah keterlaluan. Iya Allea juga sabar, tapi sabarnya kelewat batas.

"Tapi aku gapapa 'kan? Buktinya aku gak jatuh."

"Ya tapi seenggaknya gue kasih pelajaran buat Liza, biar dia kapok."

Allea menghembuskan nafasnya, lalu menatap ke arah jalan yang dilalui Liza tadi, "Rasa-rasanya dia gak akan kapok, La. Aku malah takut dia ambil jalan yang salah."

Alana berdecak lalu menendang tembok, "Lah lo ngapain peduliin dia, cantik?! Mau jalan apapun yang dia ambil, toh itu udah jadi takdir dia. Lo gak bisa ngerubah itu."

Allea kembali menatap Alana, "Mau celaka atau engga, toh itu juga takdir aku. Kamu gak bisa halangin itu." Setelahnya Allea tak peduli lagi Alana akan berbuat apa, rasa-rasanya Allea lebih memilih tidur di kelas sejenak sembari menunggu guru selesai rapat.

Alana bungkam melihat kepergian Allea.

"Minta digunting tuh mulut." Umpat Alana kemudian menyusul Allea.

***

Liza sampai di kelasnya yang ricuh.

Ia duduk di bangku paling belakang barisan tengah. Ia tak mempedulikan teman kelasnya yang juga tak mempedulikannya. Liza lebih memilih meletakkan kepalanya di lipatan tangan dan memejamkan matanya disana. Liza tidak memiliki teman bukan karena ia dikucilkan, tapi karena teman kelasnya takut kepadanya yang terlalu kejam.

Tak apa, toh Liza juga tidak butuh teman.

Tapi percayalah, terkadang ia iri melihat seseorang yang mempunyai teman.

Hari ini, sama seperti hari-hari Liza yang lainnya. Menyakitkan.

Tiada hari tanpa melihat Raja tidak bersama Allea. Meski itu hari libur, bayang-bayang canda tawa mereka selalu berputar di kepala Liza. Liza benci itu. Tapi saat ini ia tak bisa berbuat apa-apa untuk mengganti kehancuran menjadi kebahagiaan. Iya, Liza hancur setelah tau kebenaran bahwa Allea benar-benar pacar Raja.

Apa daya Liza? Hanya cewek yang pernah membodohi cowok, membohongi cowok, dan mengkhianati cowok hanya demi kebahagiaan diri sendiri. Hanya cewek yang terabaikan setelah mengabaikan. Hanya cewek yang sekarang sudah mencinta sendiri. Dan hanya seorang cewek yang perjuangannya selalu terbaikan. Seolah-olah Liza memang tidak pernah dianggap berharga kehadirannya.

Tentang yang Melepas, Dilepas, dan Ikhlas. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang