Forty One

219 14 1
                                    

"Satu...."

"Dua....."

"Ti.....ga...."

BRAK!!

"Bangsat lo pada! Lo mau bunuh pacar gue! Gila lo ya!"

"Bu-bukan gitu Ndra. G-gue bisa j-jelasin Ndra." Jawab Iren terbata-bata.

"JELASIN APA LAGI HAH? LO MAU JELASIN KALAU KALIAN NGGAK SALAH, GITU?! TERUS KALIAN BAKAL BILANG KALAU VIA YANG MINTA KALIAN BUAT NYIKSA DIA? APA ALASAN LO?! CIH NGGAK GUNA NGOMONG SAMA KALIAN!" Candra marah besar.

"Udah Ndra, mending lo bawa Via ke Rumah Sakit aja, takutnya kenapa-napa. Itu jaitannya juga kayaknya pada kebuka lagi deh." Lerai Aska sambil memandang Via ngeri. Pasalnya baju seragam yang seharusnya putih itu sekarang jadi warna merah semua karena darah Via.

"Iya Ndra, mereka biar kita yang urus." Ucap Alvin semangat. Kenapa? Tentu karena dia akan balas dendam kepada trio lampir. Alvin sangat suka balas dendam.

"Oke, gue percayain mereka sama kalian. Gue cabut." Pamit Candra yang langsung bergegas menuju Rumah Sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, Candra langsung berlari ke brankar dan meletakan Via di atasnya. Candra mendorong brankar itu dibantu para suster dan dokter.

Satu jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan pacar saya dok?"

"Dia tidak apa-apa. Hanya saja kami harus menjahit ulang luka-luka yang terbuka. Saya sarankan pasien sebaiknya jangan melakukan hal-hal berat yang bisa menyebabkan luka nya kembali terbuka. Karena jika lukanya sering terbuka maka itu membahayakan pasien dan ya, jika kamu membawanya sedikit terlambat mungkin dia tidak bisa kami selamatkan karena banyak darah yang keluar. Beruntunglah karena Rumah Sakit masih menyediakan stok darah yang sama dengan pasien. Kalau begitu saya permisi."

"Eh dok, saya udah boleh liat pacar saya kan dok?"

"Iya kamu sudah boleh melihatnya. Tapi untuk sekarang biarkan pasien istirahat terlebih dahulu."

"Terus dia boleh pulangnya kapan dok?"

"Pasien boleh pulang besok."

"Yaudah terimakasih dok." Kata Candra langsung masuk ke dalam ruangan membuat sang dokter geleng-geleng.

Karena Via sedang tidur, Candra pun ikut tiduran di kursi samping Via.

Di tempat lain, trio lampir sedang disekap oleh trio somplak siapa lagi kalu bukan Alvin, Erix dan Aska.

"Lo pada gila apa gimana sih! Kalo sampai Via mati mungkin gue nggak bakal diemin lo pada! Gue habisin lo semua sama temen kesayangan gue. Lo mau tau siapa dia? Nih aku kasih liat. Mau nggak?" Kata Alvin sambil memperlihatkan pisau lipat yang sangat tajam.

"Eh anjir itu kan pisau nya Candra ngapa ada di lo?" Bisik Aska pada Alvin.

"Gue di penjemin Candra tadi." Bisik Alvin juga.

"Lo pada bisik-bisik apa woy! Kok gue nggak di ajak sih." Kesal Erix.

"KEPO!" Kata keduanya.

"Ish yaudah lah lo aja yang ngurus mereka gue cabut." Kata Erix langsung meninggalkan mereka semua.

"Dih baperan! PMS MBAK!" Teriak Alvin.

"Udah, biarin aja. Yang penting kita ngurus mereka."

"Okey jadi---" Ucapan Alvin terpotong karena ada telfon dari Candra.

"Halo Ndra gimana keadaan Via?"

'Lo jenguk aja sendiri entar. Yang penting lo jangan nyakitin mereka sampai terlalu parah. Lo cukup gertak mereka dan pastiin kalo mereka nggak akan ngelakuin hal kayak tadi. Pokoknya bikin mereka bener-bener nyesel karena udah nyakitin Via.'

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang