Sixty Two

403 16 1
                                    

Kini hari-hari mereka dilewati dengan segala penyesalan dan rasa bersalah. Sean dan Candra kini menjadi seperti kulkas berjalan. Tak ada sepatah kata yang terlontar dari mulut mereka. Tatapan mata yang kosong tersirat akan luka yang sangat dalam. Tak ada aktivitas yang mereka lakukan selain mengurung diri di kamar. Bahkan mereka tak makan maupun tidur sejak kemarin. Mereka terus melamun lalu menangis dan tertawa sendiri.

Citra sendiri lebih parah dari kedua cowo itu. Ia bahkan sudah mendapat surat positif dari Rumah Sakit Jiwa. Kejiwaan Citra yang terguncang membuatnya gila. Citra selalu menangis dan berteriak. Tak jarang pula ia hendak melukai dirinya dengan alasan ingin menyusul Via dan meminta maaf langsung padanya.

Henry yang melihat keluarganya seperti itu merasa sangat tertekan. Penyesalan itu belum kunjung pergi. Bayang-bayang kesalahannya terhadap Via selalu menghantuinya setiap detik. Ia sungguh stres menjalani kehidupannya sekarang. Rumah yang selalu ramai dengan canda dan tawa kini sunyi bagaikan tak berpenghuni. Ia merasa hidup sendiri di sini.

Meskipun ada Sean, namun anak itu bahkan tak mau keluar dari kamarnya. Semua usaha sudah ia lakukan untuk membujuk dan menenangkan putranya itu namun semua sia-sia. Tak ada respon sama sekali dari Sean.

Istrinya sudah di bawa ke RSJ. Dan putrinya? Mengingat itu membuatnya kembali merasakan kesedihan yang mendalam. Tak jarang ia membenturkan kepalanya di saat benar-benar merasakan penyesalan itu.

Sahabat Candra juga sama. Mereka seperti kulkas berjalan sekarang. Bedanya, mereka masih mau melakukan aktivitas seperti biasanya. Tentu dengan suasana yang berbeda. Mereka menganggap Via sudah seperti adik mereka. Mereka sangat menyayangi Via. Namun ternyata, mereka ikut andil dalam menyakitinya juga. Huh sahabat macam apa mereka ini.

Ayu? Jangan tanyakan kabarnya. Ia sudah seperti Citra. Kandungannya gugur karena stres yang berlebih. Itu juga yang membuatnya semakin terpuruk dan membuatnya harus mendekam di RSJ.

Sementara Jesika, Siska, dan Jennie, mereka telah berada di  karena melakukan pembunuhan berencana.

Blazz, Melvanda, dan Iren. Mereka sedang bernostalgia dengan pikiran mereka. Raga mereka memang berkumpul di tempat yang sama. Namun pikiran mereka berkelana entah kemana. Hingga Blazz yang lebih dulu tersadar dari lamunannya.

"Kita pergi minggu depan." Kata Blazz tiba-tiba.

"Hah?" Bingung keduanya. Setengah pikiran mereka belum kembali ternyata. Mereka masih mencoba mencerna ucapan Blazz hingga...

"APA!? Kalian mau pergi? Kemana? Terus gue sama siapa di sini? Kalian tau sendiri gue udah nggak ada siapapun sekarang." Kata Iren lesu.

Sedikit info, orang tua Iren meninggal satu minggu sebelum Via. Mereka mengalami kecelakaan sepulang meeting dengan klien.

"Lo mau ikut?" Tawar Melvanda.

"Emang boleh?"

"Boleh. Nanti kalian lanjut kuliah bareng. Biar abang yang kerja." Kata Blazz.

"Tapi gue udah banyak ngrepotin kalian. Masa harus ngrepotin lagi." Kata Iren yang tak enak hati.

"Lo udah kita anggep keluarga. Kita sama-sama nggak punya orang tua. Lo emang nggak bisa gantiin posisi Via di hati kita. Tapi seenggaknya lo adalah orang baru yang mulai memasuki kehidupan kita. Kita keluarga mulai sekarang." Kata Melvanda membuat mata Iren berkaca-kaca karena sangat terharu atas apa yang Melvanda ucapkan.

"Makasih banyak. Kalian udah mau nerima gue di sini. Gue emang nggak akan bisa jadi Via. Tapi gue akan berusaha buat jadi pribadi yang lebih baik untuk kalian."

Mereka pun berpelukan layaknya teletubis.

"Oh iya bang, bukannya Via nitip kotak ke kita waktu itu? Dia bilang buka kotaknya kalau dia udah pergi jauh. Apa dia emang udah ada firasat bakalan ninggalin kita?"

"Maybe yes, maybe no. Gue nggak tau lah lo pikir gue cenayang bisa tau apa aja yang orang pikirin."

"Kok sewot!"

"Serah gue. Gimana kalau kita buka sekarang?" Tanya Blazz.

"Sip. Sana ambilin. Kan lo yang nyimpen kotaknya."

"Anjir kek babu gue." Gerutu Blazz.

Blazz pun mengambil kotak hitam di kamarnya. Kotak itu sangat indah. Dengan warna dasar hitam dan terdapat garis melintang berwarna emas. Di dekat garis itu terdapat tulisan 'Dear You:)'

"Ini nggapapa kalau kita buka?" Tanya Iren ragu.

"Ya nggak papa lah. Emang kenapa?"

"Ya takut aja gitu."

"Via nggak akan macem-macem, lo tenang aja."

Akhirnya Blazz membuka kotak itu. Setelah di buka, terpampanglah berbagai amplop surat dengan nama penerima yang berbeda dan juga terdapat satu dvd.

"Ini dvd buat siapa?" Bingung Melvanda.

"Liat deh di belakangnya ada tulisan 'Via sayang semua'. Mungkin untuk kita semua. Jadi aku saranin kita nonton ini bareng aja." Saran Blazz diangguki keduanya.

"Berarti kita balik lagi ke rumah itu?" Kata Melvanda malas.

"Hmm enggak deh kayaknya. Soalnya di sini suratnya juga ada yang buat para guru. Jadi kita ngumpul di sekolah aja." Kata Iren yang sedang membolak balik isi kotak itu.

"Heh bego! Malah di acak-acak isinya. Ntar kalau rusak gimana anjir." Geram Melvanda.

"Ya selow anjir."

"Ren, lo hubungi semua nama yang ada di surat itu. Suruh kumpul di sekolah."

"Sekarang bang?" Tanya Iren.

"Enggak. Nunggu lebaran monyet!"

"Emang ada?" Tanya Iren polos.

"Astaga Ireeen. Gue tau lo bego, tapi nggak gini juga yalord."

"Maksudnya gimana Mel?"

"Au ah gelap."

"Dihubungi sekarang Ireeen." Kesal Blazz.

Dan akhirnya Iren pun menghubungi semua orang yang terdapat namanya di surat-surat itu. Ada keluarga Pritam, Candra dan kawan-kawan, Desta, Bu Wirna dan Bu Suraya, dan terakhir Bapak Kepsek. Sebenarnya ada Ayu dan sepupunya juga, namun berhubung mereka sedang di penjara jadilah mereka tak diundang.

"Jadi gimana? Udah semua?" Tanya Melvanda.

"Belum Mel. Kontak Candra nggak bisa gue hubungi. Abangnya Via juga. Dan gue nggak punya kontak keluarganya." Kata Iren.

"Yaudah lo bilang aja ke temennya Candra suruh jemput mereka." Saran Blazz.

"Good."

PENGHIANATVIA:)

IrenCans
Temen kalian yang satu nggak bisa gue hubungi. Kalian jemput dia!

Alvinjvn
Candra?

IrenCans
Hmm

Askarung
Y.

IrenCans
Sekalian keluarganya Via

"Udah nih. Sekarang berangkatnya?" Tanya Iren diangguki kakak beradik itu.

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang