Twenty Seven

269 23 0
                                    

Pagi ini, Via sudah sembuh dari demamnya, tapi tentu belum bisa berangkat sekolah karena larangan Candra dan keluarganya.

"Ish mom, Via berangkat aja ya. Lagian juga Via udah nggak papa kok. Nih liat! Udah sehatkan? Jadi boleh berangkat ya??" Bujuk Via di sela-sela sarapannya.

"Ngga ada berangkat-berangkatan! Kamu emang udah membaik, tapi kamu masih lemas, jadi kamu bakal tetep di rumah. Nggak ada tawar menawar lagi!!" Final Citra.

"Via mau ke atas aja. Males di sini bikin mood ancur aja."

"Yaudah sana!! Siapa suruh turun? Kan tadi udah di suruh makan di kamar aja, tapi malah maksa makan di sini."

"Diem ya mom! Via lagi males ngomong sama momy."

"Siapa juga yang mau ngomong sama kamu."

"Udah-udah kalian itu berisik aja deh. Saya mau makan aja jadi nggak tenang. Nggak ibu nggak anak, sama aja kelakuannya." Kata Henry.

"Yaudah Dad, mom, Sean juga mau ke atas, udah selesai soalnya."

"Kamu kan lagi makan, bukan lagi ulangan. Kok yang abis soalnya bukan makanannya??" Bingung Henry.

"Ih Dady, maksudnya itu habis soal makannya. Bukan soal ulangan."

"Emang di ulangan kamu ada soal-soal makan?"

"Au ah, ternyata di rumah ini cuma Sean yang waras."

"Loh kalo yang lain nggak ada yang waras kecuali kamu berarti kamu beda sendiri dong dibanding kita." Kata Citra.

"KAMU SIAPA~~~ KAMU SIAPA~~" Kata Henry sambil bersenandung.

"Bye!! Bye!! Anak pungut!! Hahahaha." Tawa Via dari atas.

"Argh... kalian semua kok jadi gini sih sama Sean?? Apa salah Sean? Sungguh teganya kalian, Huhuhu sedih Hayati." Kata Sean mendramatisir.

"Se, kamu itu....... LEBAYYY!!" Kata Citra lalu pergi dari meja makan dan diikuti oleh Hendry di belakangnya. Bagaimana dengan Sean? Lupakan saja, dia sudah merajuk sendirian di meja makan bak anak kecil.

Seperti yang Citra perintahkan, Via izin. Sungguh moment seperti inilah yang sangat ia benci. Kenapa? Tentu karena gabutnya bukan main. Bagaimana bisa seorang Silvia Angelina Pritam yang notabenya pentolan sekolah yang tidak bisa diam sekarang diharuskan untuk mendekam di rumah tanpa boleh keluar rumah. Oh ayolah, apakah tidak ada yang berniat mengajaknya kabur dari sini? Dia sungguh sudah bosan sekali. Dari tadi kerjaannya hanya guling-guling di kasur tanpa melakukan apa pun. Bahkan keadaan kamarnya saat ini bisa dibilang jauh dari kata baik-baik saja.

"Apa gue kabur aja? Kalo kelamaan kaya gini yang ada gue bakal stres di kamar ini."

Setelah difikir-fikir, akhirnya Via memutuskan pergi dengan cara menyelinap. Dia hanya menggunakan celana jeans hitam yang robek di bagian lutut, hoddie hitam polos, topi putih, masker hitam, dan snakers putih.

Dengan tak tik ninja nya, Via berhasil keluar dari rumah dengan aman. Dengan segera Via mengambil motornya di bagasi. Untunglah bagasinya tidak ditutup. Dengan perlahan namun pasti, didoronglah motor ninja hitam kesayangannya itu keluar gerbang.

"Non Via mau kemana?" Tanya satpam di rumah Via itu.

"Ish bapak ngagetin saya aja!! Via mau keluar, tapi nggak boleh sama momy, jadi Via kabur. Bapak jangan bilang ke siapa-siapa ya pak! Pliss!" Kata Via dengan puppy eyes nya.

"Iya non saya usahain, kalo gitu ati-ati ya non."

"Okey pak, yaudah makasih ya pak, bye bye pak." Kata Via lalu langsung melesat dengan motornya.

"Huft, akhirnya lolos juga gue. Gila suntuk banget gue di sana. Untung gue pinter." Kata Via dengan bangganya. Tunggu! Apa tadi dia bilang? Pintar? Ya, dia memang sangatlah pintar dalam hal kabur atau menghilang.

Kini Via sedang berada di salah satu Cafe yang tak jauh dari sekolahnya. Suasana di sini sangat nyaman menurutnya. Karena bukan hanya Cafe biasa namun sebuah Cafe yang dilengkapi dengan ruang baca seperti perpustakaan.

Saat sedang enak-enaknya menyesap machiato latte dan membaca sebuah novel yang diambil dari salah satu rak, tiba-tiba ia mendengar suara yang menurutnya tidak asing baginya, tapi Via masih sulit dan ragu untuk menyimpulkan. Dia juga tidak berani menghadap ke belakang karena jika ada yang melihatnya maka dia akan berakhir dengan ceramah panjang momy nya itu. Jadi lebih baik diam dan cukup mendengarkan saja.

"Nggak nyangka bego juga tuh anak. Mau-maunya kita kibulin hahaha." Ucap salah satu di antara mereka.

"Tujuan kita juga bentar lagi bakal kesampaian. Dan dengan bodohnya dia nggak sadar sama sekali." Ujar yang lainnya.

"Udah lah biarin aja, kita lanjutin aja scenario nya, entar kalo udah waktunya kita bikin ancur aja sekalian. Ngga bakal sadar juga dia." Imbuh yang terakhir dengan tenang namun terdapat makna tersendiri di setiap ucapannya itu.

Deg.

'Apa itu mereka? Tapi siapa yang di maksud bodoh? Apa gue? Nggak!! Pasti gue salah ngira. Nggak mungkin mereka berbuat sampe segitunya. Lagian ada masalah apa mereka sama gue? Selama ini cuma masalah kecil doang palingan. Ngga ada yang perlu lo cemasin Vi. Mereka lagi bilang orang lain kali.' Ucapnya di dalam hati.

Saat ingin memastikan lagi, ke tiga orang tadi sudah menghilang dari Cafe itu. Beberapa kemungkinan-kemungkinan buruk terus berputar di otaknya saat ini. Bahkan kegiatannya membaca novel pun terhenti karena ia tak dapat berkonsentrasi dengan benar. Perasaannya mulai tidak enak. Dengan cepat dia menghapus kemungkinan buruk itu, dan berusaha melupakannya. Mungkin suara itu hanya mirip dengan mereka. Saat sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba Via di kagetkan dengan dering telfonnya sendiri.

'Vi, lo di mana? Tadi abang lo nelfon gue katanya lo kabur dari rumah. Emang lo pergi ke mana sih?? Heran gue punya temen hobi nya ilang mulu.' Gerutu si penelfon di sebrang sana.

"Elah, gue cuma keluar nyari angin doang kali. Lebay amat deh."

"Eh Vi asal lo tau aja ya, di sini dari tadi abang lo nanya-nanya mulu padahal udah tau kalo kita lagi di sekolah dan lo jelas ngga bakal ke sini. Dan ini lagi, kak Candra udah ketar ketir ngga guna banget.'

"Ngapa dia ngga telfon gue aja?"

'Eh woy Jes!! Siniin telfonnya gue juga mau ngomong sama Via.' Suara Candra terdengar dari telfon Jesika. Ya, penelfon itu adalah Jesika.

'Elah bentar dulu, gue juga belum selesai ngomong kali kak. Makanya tuh hp di cas dulu kalo nge drop. Nggak nyusahin orang gini kan.' Okey sepertinya mereka sedang berebut di sana.

"Woy cepetan elah!! Keburu pulsa gue abis nih!!" Ancam Via yang tentu saja tidak akan terjadi.

'Eh Vi ini gue Candra. Lo di mana sekarang? Kok kabur sih? Kan udah di bilangin diem di rumah!!'

"Lo cuma mau ceramah doang? Gue tutup kalo gitu."

'Eh eh, lo kasih tau dulu lo di mana. Abis itu gue matiin ni telfon.'

"Gue sharelock di hp lo aja."

'Tapi hp gue baru berapa persen batrai nya. Yaudah ngga papa lah yang penting gue tau. Pokoknya lo jangan pergi-pergi sebelum gue sampai. Kalo sampai sana lo udah ngga ada, lo bakal tau akibatnya nanti.' Ancam Candra.

"Hmmm nggak janji."
.
.
Tut. Panggilan langsung diputuskan sepihak oleh Via.

Hola guys👋🏻
Gimana sama part ini?
Kira" siapa sih tiga orang itu??
Mereka ngomongin siapa tadi?
Kepo nggak?? Enggak ya? :(
Pokoknya pantengin terus ya wkwk
Jangan lupa senggol dikit tuh bintang, kasian di anggurin😂
Semoga terhibur😊

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang