Forty Four

183 15 2
                                    

Satu minggu setelah acara nonton drakor di ruang BK itu sudah terlewati. Hari-hari yang dilalui Via berjalan seperti biasa. Hanya saja Via merasa ada yang janggal. Entah apa itu, tapi Via merasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Bel istirahat sudah berbunyi membuat seluruh siswa berbondong-bondong pergi ke kantin. Berbeda dengan Via yang diharuskan pergi ke perpustakaan untuk menjalani hukumannya karena dia berangkat telat tadi pagi.

"Gila sumpah! Ini gue disuruh bersihin perpustakaan segede ini sendirian? Mau sampai besok juga nggak bakalan selesai ini mah." Gerutu Via. Suaranya terdengar sangat jelas diruangan sepi itu.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki membuat bulu kuduk Via merinding. Bukan! Via bukanlah seorang penakut. Tapi dia sedang waspada.

Tap tap tap tap tap

Langkah kaki itu terdengar semakin mendekat dan mendekat. Via berusaha untuk tetap positive thinking mungkin itu hanya siswa kutu buku yang akan bergulat dengan ruangan biadab ini.

Tap tap tap tap

Tidak. Dugaan Via sangat salah. Pasalnya orang tersebut sekarang tengah berdiri dibelakang Via. Jujur Via takut jika dia adalah orang jahat. Karena terlalu sibuk memikirkan hal tidak penting itu akhirnya....

"DOR!"

"Anjir! Kaget gue. Kirain orang jahat. Ternyata lo Des. Bisa nggak sih jangan bikin orang jantungan. Kalo gue tiba-tiba mati di sini gimana? Terus kalo arwah gue gentayangan gimana?!" Kesal Via yang hanya dibalasi cengiran tak berdosa dari Desta. Ya, orang yang membuat Via terkejut adalah Desta si Ketua Osis. Apa kalian lupa?
(Huhuhu kasian lu Des dilupain readers noh wkwkwk)

"Ya maaf Vi, gue khilaf tadi."

"Khilaf pala lu peang! Lo ngapain ke sini? Kalo nggak ada kerjaan mending lo bantuin gue beresin buku-buku sialan ini."

"Yaudah deh sebagai permintaan maaf gue bakal bantuin lo."

Pekerjaan mereka selesai saat bel sudah berbunyi sekitar dua puluh menit. Itu pun karena mereka dengan terburu-buru membersihkannya karena takut di kunciin dari luar.

Saat sedang memakai sepatunya, tiba-tiba telfon Via berbunyi. Candra menelfonnya.

'Vi kamu kok pulang duluan nggak bilang-bilang sih.'

"Aduh maaf Ndra tadi aku lagi jalanin hukuman dari bu Wirna. Aku di suruh beresin perpustakaan tadi. Dan aku ini baru mau pulang."

'Yah aku udah pulang Vi. Kamu minta jemput sopir kamu aja ya atau naik bus. Maaf Vi.'
Tut.

Panggilan diputuskan sepihak oleh Candra. Lagi-lagi hal aneh terjadi. Jika biasanya Candra akan selalu ada duapuluh empat jam untuk Via, kenapa sekarang dia nampak bodo amat? Bahkan dia tidak mencarinya terlebih dahulu saat pulang tadi.

"Kalo gitu gue duluan ya Des. Thanks buat bantuannya. Maaf jadi ngrepotin lo." Ujar Via tak enak hati pada Desta. Pasalnya cowo itu bahkan bolos pelajaran demi membantunya tanpa peduli dengan jabatan ketua osisnya itu.

"Udahlah sans aja kali sama gue mah."

"Yaudah bye Des."

"Bye juga Vi."

Via pun memilih menunggu bus di halte. Saat berjalan di parkiran Via melewati beberapa adik kelas yang sepertinya baru pulang dari ekskul itu entah mengapa Via tertarik untuk mendengarkan gibahan mereka.

"Eh lo tau nggak sih, tadi sekolah heboh loh."

"Ada apaan emangnya?"

"Lo tau Ayu si culun itu kan? Masa tadi dia pingsan kan abis itu dianter sama kak Candra pulangnya. Tapi yang bikin heboh lagi. Nggak tau kenapa saat sadar tuh Ayu kayak biasa-biasa aja gitu. Seolah kaya bukan abis pingsan. Bahkan nggak ada lemes-lemesnya sama sekali. Yang ada segar bugar kek es dawet depan komplek."

"Malah ngelawak. Lagian mana ada es dawet itu segar bugar. Yang ada itu cuma segernya doang nggak ada bugarnya peak!" Kumpulan itu pun pergi diiringi gelak tawa mereka.

"Jadi, Candra nggak nyariin gue karena nganterin si Ayu. Nggak papa lah mungkin emang kondisinya mengkhawatirkan jadi Candra kasihan sama si Ayu." Kata Via mencoba positive thinking.

Tin tin....

"Woy kok belum pulang? Nungguin gue kan lo?" Tanya Desta yang memberhentikan motornya di samping Via.

"Sory ya, gue sama sekali nggak nungguin lo! Gue di sini cuma abis ngambil kunci rumah gue yang jatoh tadi." Ucap Via berbohong.

"Kumaha sia weh aing mah. Dari pada lo berdiri di sini kek tukang parkir, mending gue anter lo pulang kuy." Ajak Desta.

"Emang boleh?" Tanya Via polos.

"Enggak! Kalau gue nawarin berarti boleh lah! Ngapain juga kalau nawarin tapi malah nggak boleh."

"Ya kan siapa tau lo cuma mau basa-basi doang."

"Udah nggak usah banyak bacot lo. Cepet naik."

Akhirnya Via mengikuti tawaran Desta. Lumayan ngirit ongkos. Sekaya apa pun Via, dia tetap harus berhemat. Karena jika sewaktu-waktu dia membutuhkan uang banyak maka dia tak perlu pusing karena sudah mempunyai tabungan.

"Loh Des kok berhenti di sini?" Tanya Via bingung. Pasalnya, Desta memberhentikan motornya di depan masjid.

"Gue mau solat dulu abisnya tadi belum solat. Sekalian mau buang air kecil. Dah kebelet banget nih." Ujar Desta tanpa malu sedikitpun. Inilah hal yang banyak orang sukai dari seorang Desta yakni selalu apa adanya.

"Berhubung gue juga belum solat, kita solat berjamaah ya Des, lo jadi imamnya." Kata Via.

"Okey lah siap." Ujar Desta dengan semangat.

Duapuluh menit kemudian mereka sudah selesai menunaikan ibadahnya itu.

"Abis ini kita pulang kan?" Tanya Desta.

"Ya pulang lah, emang lo mau kemana lagi?"

"Ya kan siapa tau lo mau ke gramed dulu kek atau ke mall. Kan biasanya cewe suka kaya gitu."

"Pulang aja deh capek gue." Kata Via diangguki Desta.

Selesainya mengantar Via, Desta langsung melesat pergi.

Kini Via sedang mengamati sekitarnya. Sejak mereka berada di parkiran, Via merasa seperti ada yang mengikutinya. Dan benar saja, saat melihat ke arah pohon mangga di depan rumah tetangganya itu, Via mendapati seorang dengan baju serba putih sedang mengamatinya. Bukan. Itu bukanlah hantu dan sejenisnya. Via yakin orang itu yang sejak tadi mengikutinya.
(Kenapa bukan baju serba hitam? Terserah dia saja lah ya author nggak peduli)

Dengan cepat Via berlari mengejar paparazi itu. Sadar jika dirinya dalam bahaya, orang itu pun ikut berlari kencang  menghindari Via. Ia sangat tau jika Via itu kecepatan berlarinya bisa mengalahkan pembalap internasional jika sedang dalam bahaya.

Saat sampai di depan komplek rumahnya, Via kehilangan jejak si penguntit. Jujur Via sangat kesal dibuatnya. Sudah capek-capek abis ngurusin perpus dan tadi harus mengejar penguntit sialan itu, kalo kena itu tidak masalah, lah ini boro-boro kena. Ilang yang ada.

Dengan gontai, Via beranjak kembali ke rumahnya.

Saat sedang berjalan, tiba-tiba.......


Hayoloh siapa yang udah lupa sama Desta dan Ayu?
Mereka balik lagi loh ini, nggak ada sambutan gitu?
Nggak lah, bercanda akutuh.
Jangan lupa votmentnya guys😉

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang