Twenty Nine

283 23 0
                                    

"Assalamu'alaikum, bucinnya Ceye comeback nich." Teriak Via saat memasuki ruang tamunya. Ya, dia sudah pulang kerumahnya, begitu pula Candra.

"Brisik lo kutil anoa!! Ini rumah bukan hutan! Ah ya lupa rumah lo kan di hutan, bukan di sini! Sana balik ke habitat asal lo!" Usir Sean yang datang dari arah ruang keluarga.

"Apaan deh, lo kali tuh yang habitatnya di hutan, secara lo tuh kan suka banget makan pisang. Kembaran lo juga pada suka makan pisang. So, siapa yang lebih pantes tinggal di hutan?" Ujar Via tak mau kalah.

"Maksud lo gue kembarannya monyet gitu!!???" Kata Sean tak terima.

"Itu lo yang ngomong bukan gue."

"Ada apa sih kok rame banget kayaknya, boleh dong momy gabung?" Kata Citra yang datang dari arah dapur.

"Eh mom, mendingan momy bersih-bersih dulu deh, itu tepungnya udah kemana-mana. Muka momy juga item-item gitu kena pantat panci deh kayaknya." Kata Via kepada Citra.

"Emang iya? Yaudah deh momy mau mandi dulu, entar gabung lagi. Kamu juga bersih-bersih Vi, kan abis dari luar."

"Iya momy ku, Via pasti mandi kok abis ini."

"Eh lo mau kemana Vi??" Kata Sean melihat adiknya nyelonong gitu aja.

"Kata momy, Via harus mandi, jadi sekarang gue mau ngapain lagi??"

"Mandi."

"Nah itu tau, yaudah bye bye kembarannya onyet." Kata Via sambil tertawa.

"Onyat onyet pala lo penyet kali." Oke itu ngga ada hubungannya sama sekali Sean!

Di kediaman Dirgantara, seorang cowo memasuki rumahnya itu dengan perasaan yang bahagia. Ya, ternyata acara menembak Via dadakan itu tidak terlalu buruk baginya. Ya, cowo itu Candra. Dia memasuki ruang tamu dengan sesekali bersiul dan terkekeh, jika ada yang melihat mungkin mereka mengira Candra sudah gila. Ya, dia memang gila semenjak resmi menjadi pacar Via. Bagaimana tidak, sekarang dia suka sekali tersenyum bahkan tertawa sendiri. Biarlah itu menjadi urusan Candra.

"Aduh kenapa sih nih rumah gede banget tapi sepinya minta ampun. Lama-lama gue jual sekalian nih rumah. Eh jangan deng, entar bokap marah kan bahaya. Entar gue diusir, mau tinggal dimana gue. Alah bodo amat lagian siapa juga yang bakal jual nih rumah. Ah jadi kangen Dilan, lagi ngapain ya? Telfon apa enggak? Kalo di telfon entar geer lagi. Tapi dari pada gabut."

Tuuuuut..... tuuuuut....
'Halo bang ada apa? Tumben telfon.'

"Eh mom, Dilannya mana? Candra kangen nih."

'Tumben banget kamu ngangenin Dilan, biasanya aja ngajakin berantem.'

"Nah itu dia mom, Candra kangen berantem sama dia hehehe."

'Ealah nih anak, yaudah bentar mom panggil dulu Dilannya.'

"Iya mom."

'Paan bang?'

"Heh bocil! Lo kapan pulang? Sepi nih rumah kagak ada lo."

'Kangen??'

"Nggak juga sih, cuma bosen aja sendirian, kan biasanya kalo ada lo bisa berantem."

'Nggak penting banget deh telfon kayak gini. Matiin aja ya.'

"Eh eh eh tunggu dulu cil, gue belom selesai tau ngomongnya."

'Yaudah cepetan.'

"Ealah nggak sabaran banget lo dasar adek laknat lo!!"

'Jadi nggak nih??'

"Iya iya nih jadi, lo kapan balik?"

'Nggak tau.'

"Cepet balik cil, gue kangen lo."

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang