Fifty Five

196 14 0
                                    

Ting tong....

Bel berbunyi nyaring di kediaman Pritam mengganggu family time mereka.

"Huft ganggu aja. Siapa sih yang bertamu sore-sore gini!" Gerutu Henry.

"Sudah mas, biar aku bukain pintu dulu ya." Ucapnya menenangkan Henry. Lalu Citra pun melangkah untuk membuka pintunya.

Cklek.

Deg.

"Momy."

"Siapa yang datang sayang--" Ucapan Henry seketika terhenti saat melihat sang tamu.

"Ngapain kamu kembali HAH! Tidak puaskah kamu membuat kami menderita selama ini? Tidak puaskah kamu membuat kami MALU!? Jalang sepertimu tak pantas menginjakkan kaki di kediamanku. PERGI KAMU!"

"Dia siapa dad?"

Deg!

Apalagi ini? Abangnya sudah melupakannya? Semudah itu? Huh, benar-benar tak ada lagi alasan Via bertahan.

"Dia adalah JALANG tak tahu diri Se. Dia yang membuat kita malu. DIA-PE-LA-CUR!"

PLAK!

"Jadi lo orang yang selama ini ngaku-ngaku jadi adik gue Huh? Cuih, jalang kayak lo nggak pantes buat jadi adik gue."

"Biar Via jelasin semua---"

"Kita nggak perlu penjelasan apapun! Kita udah nggak peduli sama kamu. Dan satu lagi, KAMU BUKAN ANGGOTA DARI KAMI! DAN ANGGAP SAJA KITA TIDAK SALING KENAL! Karena apa??" Tanya Henry.

"KAMI MEMBENCIMU BITCH!!" Teriak kedua orangtuanya beserta abangnya.

Sungguh hati Via sesak, sakit sekali rasanya. Pasokan udara tiba-tiba menipis. Matanya panas, cukup! Via sudah tak kuat lagi.

"Baiklah. Kalian memang sudah berhasil melupakan saya. Tapi tidak dengan saya. Saya akan pergi dari kalian. Benar-benar pergi. Dan tidak akan mengganggu kalian lagi."

"So, kenapa masih di sini?" Sarkas Sean.

"Tapi satu yang harus kalian tau. Setelah ini, kalian nggak akan pernah tau tentang diriku. Apapun itu. Entah tempat tinggal, kabar, atau apapun. Sekalipun kalian melacaknya dengan teknologi yang kalian punya."

"Jujur Via kecewa. Kalian lebih percaya pada kabar sialan itu dan malah membenciku. Via akan benar-benar pergi. Via harap kalian bahagia. Oh aku lupa, jika kalian memang sudah bahagia sejak kepergianku. Aku hanya penghalang bagi kalian. Aku hanya beban di sini. Aku tidak di harapkan kehadirannya bukan? Huh, anak macam apa aku ini yang mengecewakan keluarganya."

"Baiklah, Via pamit. Jaga kesehatan kalian dan jika semua masalah ini selesai dan terbongkar kebenarannya, aku harap kalian tidak menyesal. Karena apa? Karena kalian sudah MEMBENCIKU. Aku yakin kalian tidak akan menyesalinya bukan? Sudahlah, aku malas berbicara lagi. Thank's for everything and sorry. Via pamit. Assalamu'alaikum."

"Oh iya satu lagi. Abang kalau udah inget sama Via jangan kangen ya. Via sayang abang. I Love You More My Prince. Don't forget to me." Via pun berlari dengan air mata yang berjatuhan.

Ia tak sanggup lagi. Kepalanya kembali berdenyut. Sakit sekali. Pandangannya mulai buram, tapi Via mencoba menahannya.

Dengan tangan gemetar, Via mengambil obat di slingbag nya. Ditelannya obat tersebut. Kepalanya kembali pusing, bahkan kali ini lima kali lebih sakit dari yang tadi. Namun tak berselang lama, pandangannya membaik, kepalanya memang masih pusing, tapi tak sesakit tadi.

Via pun melanjutkan jalannya. Ia menunggu bus di halte. Naas, bus nya baru saja pergi meninggalkan halte. Itu artinya, ia harus menunggu kurang lebih duapuluh menit lagi untuk kedatangan bus selanjutnya.

Via duduk sendirian di halte tersebut. Kenangan-kenangan yang dulu Via rasakan kembali terulang di otaknya.

Kenangan saat kebersamaannya denga Sean.

"Hai bang, hai mom, hai dad, morning everybody." Kata Via sambil mencium kedua pipi orang tuanya itu.

"Morning Princess." Balas ayahnya dan dilanjutkan dengan mencium anaknya itu.

"Princess dari Hongkong! Mana ada Princess kebo kayak dia." Kata Sean yang dibalas kekehan dari kedua orang tuanya dan pelototan dari Via.

"Biarin gue ngebo. Sirik aja jadi orang." Balas Via.

"Udah -udah nggak usah berantem mulu. Kalian itu udah besar loh, masa kelakuan kalian kayak anak kecil gini." Kata Citra menengahi kedua anaknya itu.

"Iya mom."Jawab mereka berdua bersamaan.

Via kembali teringat perdebatan unfaedah mereka. Sungguh Via rindu masa-masa itu.

Tak terasa, duapuluh menit sudah ia lewati. Bus sudah datang. Akhirnya Via beranjak dari sana.

Kini, tujuan Via adalah caffe dekat sekolahnya dulu. Ia hanya ingin menenangkan dirinya di sana.

Untuk kesekian kalianya Via menduduki kursi caffe ini lagi. Suasananya tidak berubah sama sekali. Masih indah dan nyaman.

Kembali dirinya mengenang masa indahnya itu.

"Jadi gitu ceritanya..."Kata Via.

"WHAT!! JADI LO UDAH KENALAN SAMA MEREKA DAN LO NGGAK NGASIH TA---Awww"Teriak Jesika dan langsung dikasih cubitan keras dari Via.

"Lo itu kenapa sih, harusnya yang nyubit itu gue ke lo.Tapi kok malah kebalik?! Sakit tau." Kata Jesika tidak terima lengannya di cubit keras.

"Heh suminem lo sadar nggak? Kita itu di Cafe, dan lo tadi teriak-teriak sampe jadi pusat perhatian tau. Makanya gue cubit aja lo dari pada lo lanjut teriak."Jawab Via.

"Hehehe, ya maaf rileks soal---"

"REFLEKS ogeb!!" Kata ketiganya dan di sambut cengiran watados oleh Jesika.

"Ya maksud gue itu. Refleks soalnya Via kenalan sama cogan, tapi nggak bilang-bilang sama kita."

"Ya, namanya juga lupa. Hehehe:)"

Via merindukan mereka. Apakabar mereka sekarang? Pasti bahagia banget nggak ada Via. Itu yang Via pikirkan.

"Oke mari lancarkan aksi ini dengan sempurna." Kata Via pada dirinya sendiri sambil mengendap-endap ke arah trio somplak itu.

"Satu..... Dua......" setelah itu terdengarlah suara

BANJIR!!!! BANJIIIIRRRRR!!!! TENG...TENG...TENG....TENG...

Teriak Via dengan suara kencang bersautan dengan suara panci itu membuat ketiganya terlonjak kaget dan lari tunggang langgang.

"Mana banjir woyy bangun banjir....banjir...." Kata Aska sambil lari-lari di rooftop dalam keadaan belum sadar sepenuhnya.

"Wah anjir ada banjir..... banjir...."
GUBRAK!!!!

Suara Alvin yang jatoh dari sofa dan langsung ikutan lari-larian bareng Aska dan disusul Erix yang terjungkal dari tidur duduknya hingga tak sadar jika hp nya sudah melayang dan mendarat di tangan Via. Ketiganya berlarian kesana kemari dengan jiwa yang belum sepenuhnya sadar.

"Buahahahahahahahaha....... anjir kalian koplak banget hahahaha...... gila... parah... hahaha.." Kata Via sambil tertawa kencang membuat ketiganya sadar dan berhenti dari acara lari-larian tadi dan berganti menatap Via garang sehingga mereka bertiga mengejar Via yang lari keluar dari rooftop, dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara trio somplak dengan Via yang masih memegang panci dan hp milik Erik.

Benar-benar, Via ingin memutar waktu rasanya. Kini air matanya mulai meluruh.

Sekarang, ia sendiri. Semuanya menjauh. Tak ada yang mengingatnya mungkin. Dia sudah terlupakan. Huh, benar-benar miris nasibnya ini.

Karena terus melamun, Via tak sadar jika ada seseorang yang menghampirinya.

BUGH!

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang