Fifty Three

217 14 1
                                    

Satu bulan tiga hari Via koma, dan kini dia masih menjalani masa pemulihan. Hal yang sangat menegangkan saat beberapa kali Via hampir meregang nyawa namun semua itu sudah berakhir berkat doa dan kehendak dari Tuhan. Selama ini yang selalu di sisinya hanyalah Blazz dan Melvanda. Anak buah nya itu hanya datang saat dibutuhkan saja. Sebenarnya dia sangat ingin menemani Via namun Blazz dan adiknya melarangnya dan menyuruhnya agar fokus saja pada penyelesaian masalah Via.

"Vi, gue mau pulang buat ambil baju dulu. Bang Blazz juga lagi ada keperluan. Apa perlu gue panggil anak buah lo itu buat jagain lo?"

"Nggak usah. Gue bisa jaga diri baik-baik kok. Lagian lo cuman ambil baju doang nggak bakal lama kali."

"Beneran?"

"Iya bener, udahlah sana lo pergi."

"Yeee malah ngusir lo."

"Bomat."

"Yaudah deh gue pulang dulu. Awas aja kalo gue balik lo udah ilang. Gue mutilasi lo."

"Bacot banget deh lo. Lo kira gue bocah apa gimana sampe ilang."

"Ya gue mana tau. Lo kan dulu hobinya ngilang mulu. Siapa tau lo masih gitu kan."

"Udahlah pergi ae lo sono. Sekalian kalau ke sini bawain gue salad buah sama salad sayur sama strawberry milky."

"Banyak mau lo." Akhirnya Melvanda pun pergi meninggalkan Via.

Baru lima menit Melvanda pergi, Via sudah bosan saja.

"Nyesel gue biarin Melva pulang. Tau gini gue nunggu bang Blazz aja tadi. Apa gue jalan-jalan aja kali ya." Pikir Via. Lalu ia pun memanggil suster untuk membawakan kursi roda.

"Sus sekalian dorongin ya. Gue males soalnya kalo harus dorong sendiri."

"Iya mbak."

Via pun mulai menelusuri Rumah Sakit dengan dibantu suster. Kini dia akan pergi ke taman. Saat melewati ruang pertama, Via melihat Candra dan Ayu. Sepertinya Ayu ditemani Candra untuk periksa kandungan. Miris melihatnya, saat di sini Via masih sangat mencintai cowo itu. Tapi kenyataannya cowo yang dicintainya kini sudah memiliki calon istrinya.

"Apa ada masalah mbak?"

"Ah tidak ada, ayo kita lanjutkan saja."

"Baiklah."

Bahkan saat ini Via tak fokus pada jalan-jalannya. Via hanya memikirkan Candra dan Ayu. Karena terlalu keras berfikir, kini Via sudah masuk fase overthinking. Dia mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Dia terus berfikir hingga kepalanya pusing.

Baru saja sampai di taman, hidung Via langsung mengeluarkan cairan merah pekat hingga mengotori bajunya. Bahkan karena masih memikirkan kejadian itu, Via tak sadar jika bajunya sudah berlumuran darah. Dia terus melamun dengan fikiran yang sudah jauh berkelana kemana-mana.

Hingga akhirnya sang suster yang sadar akan hal itu. Dia sangat terkejut dan khawatir. Pasalnya, darah itu terus mengalir meskipun sudah banyak keluar.

"Mbak kita langsung kembali ke ruangan ya, itu mbak mimisan banyak banget. Mbak harus ganti baju dan istirahat mbak. Saya takut mbak malah down."

"Nggak apa-apa kok sus. Via baik-baik aja." Kata Via yang tak peduli dengan kondisinya itu.

Karena kalang kabut sendiri, akhirnya sang suster langsung mendorong kursi roda yang Via tumpangi. Namun dengan cepat Via mengerem lalu menguncinya agar kursi roda itu tidak bergerak.

"Jangan. Biarin Via kayak gini dulu. Via butuh udara segar. Di ruangan sumpek sus." Kata Via dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya. Meski tak sederas tadi, namun tetap saja darah itu mengalir tanpa henti.

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang