Forty Eight

185 13 1
                                    

Seharusnya Via sudah pulang hari ini. Namun seperti yang kalian tau bahwa Via itu pecicilannya tidak bisa dihentikan hingga kemarin malam dia kecapean dan berakhir dengan kondisinya yang kembali down. Kemungkinan Via baru boleh pulang jika dia sudah benar-benar sehat kembali.

Saat sedang berjalan-jalan ditemani seorang suster yang mendorong kursi rodanya, Via terhenti di taman. Dia melihat dady nya di sini. Ini bukan halusinasi. Ini nyata. Bahkan berulang kali Via mengucek mata dan hasilnya sama. Itu adalah dady nya. Lalu apa yang dady nya itu lakukan di sini? Keluarganya tidak ada yang tau tentang kondisinya. Apakah ada yang sedang sakit? Segeralah Via menyuruh suster itu untuk meninggalkan taman dan mencari tau tentang hal ini.

Via langsung pergi ke meja resepsionis. Dan langsung bertanya pada penjaga resepsionis itu.

"Permisi mbak, saya mau tanya apakah ada pasien yang bersal dari keluarga Pritam?"

"Maaf mbak, kalau boleh tau pasien yang anda maksud sakit apa?" Tanya suster itu balik.

"Saya tidak tahu mbak."

"Kapan pasien datang mbak?"

"Ish kok jadi mbak yang nanya. Kan mbak bisa cari di jurnal."

"Pasien Rumah Sakit ini tidak hanya satu atau dua perharinya. Jika saya tau tanggal dan hari pasien masuk maka itu akan memudahkan pencarian mbak."

"Saya juga nggak tau kapan masuknya. Tapi kayaknya belum lama ini mbak. Kalau bukan kemarin berarti hari ini mbak."

"Tunggu sebentar ya mbak, biar saya cari."

Resepsionis itu pun mulai mencari dari halaman satu ke halaman lain dengan sangat cermat. Hingga berhentilah dia di salah satu nama.

"Apa namanya Sean Angelo Pritam?"

"What? Abang? Dia kenapa mbak?"

"Pasien mengalami kecelakaan pagi tadi."

Deg!

"Ke-kecelakaan?" Tanya Via yang diangguki petugas itu.

"Sekarang dia dimana mbak?"

"Pasien berada di UGD mbak."

Via melotot setelah mendengarnya. Dengan segera ia mencopot selang infusnya dan menyentak kursirodanya. Via berlari tanpa memperdulikan kondisinya.

"Abang kenapa bisa kecelakaan. Bego banget sih jadi orang! Kalo nggak niat nyetir harusnya nak taksi aja kek atau naik odong-odong." Gerutu Via yang masih sempat-sempatnya mengejek abangnya itu. Sesampainya di sana, Via terdiam mematung saat melihat momy nya duduk sambil menangis memanggil nama abangnya. Di sampingnya sudah terdapat dady nya yang dengan sabar membujuk momy nya itu.

"Mom." Panggil Via dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tidak ada yang menjawab. Hanya saja dady nya itu mulai mendekatinya. Via merentangkan tangannya berharap ia akan mendapat pelukan dari sang dady. Namun yang ia dapatkan adalah...

PLAK!

Ya, tamparan keras itu yang Via dapatkan. Kenapa? Kenapa ia ditampar? Apakah dirinya melakukan kesalahan? Pertanyaan itu terus terngiang di kepala Via.

"Dad."

"Diam kamu! Jangan panggil saya dengan panggilan itu lagi jalang!"

Bagai tersambar petir, Via sungguh sangat terkejut atas ucapan dady nya. Kenapa ayahnya yang selama ini tidak pernah membentaknya sekarang bahkan menamparnya dan mengatakan hal menjijikan seperti itu?

"Apa salah Via dad? Kenapa dady marah?"

"Sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan itu! Saya bukan lagi dady mu! Dady mu sudah mati bersama dengan segala kelakuan busukmu itu Bicth!"

"Cukup! Apa salah Via sebenarnya?! Kenapa dad- eum maaf maksud saya kenapa anda mengatakan hal yang membingungkan seperti ini?"

"Kamu masih tidak sadar huh? Kesalahan pertama kamu adalah kamu sudah berhasil mengecewakan saya dengan menyerahkan keperawanan kamu terhadap orang yang tidak kami kenal. Bahkan kalian belum menikah. Apa itu bukan kelakuan jalang? Yang kedua! Kamu menghilang dan membuat anak saya kecelakaan!" Desis Henry tajam sambil menahan emosinya yang sudah siap meledak kapan saja.

"Apa maksud anda! Saya bukan perempuan murahan seperti yang anda ucapkan. Lagian apa yang membuat anda sangat percaya bahwa saya seperti yang anda katakan?" Henry pun menunjukan foto yang dikirim ke hp nya itu. Via terkejut, bahkan sangat terkejut.

"Ini tidak seperti yang anda fikirkan. Saya bisa jelaskan semuanya."

"JELASKAN APA LAGI HAH? BUKTI SUDAH ADA! TIDAK USAH MENGELAK KAMU! APA KAMU TAU, SAYA MERASA GAGAL MENDIDIK KAMU! KAMU TELAH MENGHANCURKAN KEPERCAYAAN SAYA SELAMA INI! DAN KAMU TELAH MEMPERMALUKAN SAYA SEKARANG!" Bentak Henry.

"KAMU HANYA PARASIT DI KELUARGA SAYA!"

"Cukup mas. Biarkan dia pergi saja." Ucap Citra.

"Tidak! Dia harus saya beri pengertian terlebih dahulu agar dia sadar."

"GARA-GARA KAMU, ANAK SAYA BERADA DI RUANGAN BIADAB INI!" Tuding Henry membuat hati Via sungguh sesak mendengarnya.

"KAMU MEMALUKAN!"

"KAMU HANYA MENJADI BEBAN KELUARGA SAYA!"

"JIKA SAMPAI ANAK SAYA KENAPA-NAPA, JANGAN HARAP KAMU DAPAT BERHADAPAN DENGAN SAYA LAGI!"

"Sebelumnya Via minta maaf. Tapi Via emang bukan orang seperti itu. Dan Via tau kalau Via emang bisanya jadi beban doang. Via juga sadar kalau selama ini Via cuma bisanya nyusahin kalian. Via emang nggak bisa ngapa-ngapain. Via cuma parasit. Via nggak berguna. Iya Via tau semua itu. Tapi Via bukan jalang. Dan maaf karena udah buat bang Sean jadi kaya gini." Kata Via menunduk karena dia berusaha mati-matian untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Mom, apa mom juga nganggep Via jalang?" Tanya Via.

"Kenapa? Kenapa kamu nglakuin ini Vi? Jujur momy kecewa sama kamu. Momy berharap ini cuma halusinasi momy doang, tapi kenyataannya nggak bisa berubah. Momy kecewa Vi." Ucap Citra sambil memalingkan wajahnya. Jujur dia tak tega mengucapkan ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia terlanjur kecewa dengan Via.

Setelah Citra mengucapkan itu, dokter pun keluar.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Henry.

"Begini pak, pasien saat ini sudah sadar tapi saya mohon biarkan dia istirahat terlebih dahulu. Semua luka sudah mendapat penanganan. Namun untuk pemulihan, pasien akan dirawat inap hingga satu bulan kedepan. Dan satu lagi, pasien mengalami amnesia sementara. Kemungkinan dia tidak mengenal siapa pun untuk saat ini. Jadi saya sarankan pihak keluarga untuk membantu pemulihan memori otaknya. Tapi tolong jangan terlalu dipaksakan karena hal itu dapat memicu sakit kepala berlebih pada pasien hingga dapat menyebabkan amnesia jangka panjang atau bahkan bisa selamanya."

"Kami mengerti dok."

"Ngomong-ngomong Via itu siapa?" Tanya dokter.

"Saya pak."

"Pasien dari tadi menyebutkan nama kamu terus. Mungkin kamu sangat penting baginya. Jadi mungkin kamu dapat membantu penyembuhannya."

"Baik dok."

"Kalau begitu saya permisi."

Mereka pun pergi ke ruang inap bersamaan dengan Sean yang dipindahkan juga.

"Ini semua gara-gara kamu tau nggak! Kalau saja kamu tidak melakukan hal biadab itu, pasti anak saya tidak akan seperti sekarang."

"Tapi--"

"Saya tidak ingin melihatmu lagi. Pergilah dari keluarga kami. Kami tidak membutuhkanmu sama sekali."

"Tapi Via--"

"Diam! Saya tidak akan pernah berubah pikiran."

"Baiklah jika itu yang anda mau. Tapi izinkan Via melihat bang Sean untuk yang terakhirkalinya." Ucap Via membuat Citra terkejut.

"Vi."

"Maaf mom ini sudah perintah."

"Baiklah hanya sekali ini saja saya izinkan. Selebihnya jangan harap kamu dapat bertemu dengan anak saya."

"Baiklah."

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang