Fifty Seven

248 18 1
                                    

"Lo itu kena banyak luka gini, dan masih bilang lo nggak papa? Gue mulai curiga sama kejiwaan lo. Bisa-bisanya lo nggak kesakitan sama sekali saat bahkan darah yang dikeluarkan dari luka lo itu banyak banget. Ternyata bukan cuma jiwa lo, fisik lo juga bisa segila ini. Gue rasa lo mati rasa deh. Lo bikin gue khawatir tau nggak. Dengan diam lo gini, lo bikin gue takut juga. Iiiiih Vi! Nangis kek atau gimana buat nunjukin ekspresi sakit lo. Gue takut nih kalau muka lo datar gitu." Ya, Melvanda sedang memarahi Via di rumah milik Blazz. Ya, Blazz memang sempat membeli rumah kemarin.

Berhubung Blazz yang entah sedang pergi kemana, jadi Melva yang merawat dan mengobati Via.

"Bacot banget deh Mel. Gue nggak papa kali. Lo nggak usah brisik terus. Gue udah biasa kecelakaan bahkan sampai mau mati. Dan itu ngebuat fisik gue mati rasa mungkin."

"Lo seriusan nggak ada sakit sama sekali?"

'Sakit semua anjir! Tapi gue nggak akan buat lo semakin khawatir sama gue.' Batin Via.

"Hmm."

"Kok cuma hmm? Lo yang serius ih Vi, beneran nggak sakit gitu?"

"Gue bakal beneran sakit kalau lo brisik terus."

"Yeee sialan. Lo itu harusnya berterimakasih karena mempunyai sahabat yang sangat menggemaskan ini."

'Lo bener Mel. Gue bener-bener beruntung ketemu sama lo. Tapi di sini gue udah banyak nyusahin lo, dan gue nggak akan banyak nyusahin lo lagi di akhir-akhir kehidupan gue ini. Gue cuma mau ngukir beberapa kenangan aja. Semoga lo bakal lebih bahagia setelah ini, dan segera dapet jodoh biar nggak gila lagi wkwk. Argh gue jadi nggak tega buat ninggalin nih orang. Badan aja gede, otak bayi.' Batin Via.

"Ckk bukannya menggemaskan, jijik yang ada."

"Lo mah nggak bisa liat gue bahagia dikit deh."

"Iyain deh."

"Dih cuman di iyain doang."

"Terus mau lo apa?"

"Gue mau lo jadi pacar gue."

"Anjir lesbi, jauh-jauh lo dari gue."

"Hahahaha gue nggak segila itu okay, gue masih sadar diri kalau gue cantik dan banyak cowo yang ngantri. So, buat apa harus lesbi."

"Cih sadar diri apaan kayak gitu."

"Tuh kan ah lo mah bikin unmood aja deh. Kesel ah sama Via. Melva mau pergi, bye!"

Tidak. Gadis itu tidak benar-benar kesal kepada Via. Dia keluar hanya untuk membuat makanan.

Karena bosan, akhirnya Via memilih untuk berkutat dengan diary nya. Entah apa yang ia tulis, namun terlihat sangat serius saat menulisnya.

Satu minggu terlewat sudah. Luka-luka Via sudah lebih baik dari sebelumnya. Belum sembuh total memang, tapi setidaknya ini lebih baik.

"VIAAAAA LO ITU BAWA APAAN DI BELAKANG RUMAH!! LO MAU KITA MATI HAH!" Teriak Melva yang lari kalang kabut membuat Via terkekeh.

"Apaan sih brisik banget lo pagi-pagi."

"Lo bilang lo mau melihara kucing. Kenapa yang lo bawa nenek moyang nya."

"Nenek moyang pale lu peyang kali! Lah gue kan emang melihara kucing kan."

"Iya itu kucing raksasa." Balas Blazz yang juga agak kaget setelah melihat halaman belakang rumahnya itu.

Pasalnya, di sana sudah terdapat seekor harimau putih jantan yang besar. Dan yang parahnya adalah, harimau itu sama sekali tidak dikandangi dan tidak diikat. Harimau itu dibiarkan bebas di belakang rumah.

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang