Fifty Two

201 15 2
                                    

Tiga bulan berlalu. Via menjalani hidupnya dengan baik. Tiga bulan ini Via tidak terlalu memikirkan masalahnya. Namun hari ini, ia harus kembali memikirkannya. Hari ini Via akan kembali dengan segala rencananya.

"Lo yakin mau pergi sekarang Vi?" Tanya Melvanda.

"Iya Mel, gue udah fikirin ini dari semalam. Dan ini keputusannya. Kalian tenang aja, gue pasti bakal baik-baik aja kok."

"Kita ikut ya Vi." Pinta Blazz.

"Nggak bang. Kalian harus tetep di sini. Gimana pun juga, Via nggak mau kalian ikut ke dalam masalah ini. Dan satu hal yang harus kalian inget. Gue bakal balik ke sini saat urusan gue selesai dan gue harap di hari itu kalian yang nyambut gue di depan rumah."

"Tapi kondisi lo---" Ucapan Blazz terpotong saat Via menempelkan telunjuknya ke bibir Blazz.

"Via nggak papa. Kalian percaya kan sama Via? Via bakal jaga diri di sana. Berhubung gue harus pergi sekarang, kalian harus jaga diri baik-baik dan nggak usah nyusul-nyusulan segala. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumssalam."

Via pun berangkat saat itu juga. Tak peduli dengan hasilnya, yang Via pedulikan adalah usahanya. Setidaknya gue udah berusaha buat nunjukin yang sebenarnya sama mereka. Itulah yang Via pikirkan.

"I'm back Indonesia." Pekik Via saat berada di bandara.

Tujuannya sekarang adalah apartemen milik Blazz. Yap, Via akan tinggal di apartemen Blazz. Dia tidak mungkin tinggal di apartemennya karena itu pasti sangat mudah untuk dicari oleh keluarga maupun sahabatnya.

Tuuuut.... tuuuut....
"Halo bos."

"Gue datang. Siapin semuanya."
Tut.

Via menelfon anak buahnya agar menyiapkan keperluan rencananya.

Setelah selesai berkemas di apartemen, Via bergegas pergi ke markas anak buahnya. Untuk kali ini, Via akan selalu mengenakan pakaian tertutup dan serba hitam. Jika biasanya dia urakan, kali ini berbeda. Via menggunakan gamis hitam panjang bahkan mengenakan cadar. Bukan hanya untuk penyamaran, Via berniat untuk berhijrah dan memperbaiki diri.

"Gimana perkembangannya?"

"Aman bos. Mereka hidup tentram mungkin saat ini."

"Hanya untuk saat ini dan tidak untuk besok. Penghianatan bukanlah hal yang gue sukai. Dan mereka melakukannya? Cih mereka salah lawan."

"Lalu apa yang akan bos lakukan?"

"Lo nggak perlu tau. Gue bakal kasih lo perintah kalo gue butuh aja. Kali ini gue akan langsung turun tangan."

"Maaf bos, tapi apa itu nggak terlalu beresiko?"

"Gue udah nggak mikirin resiko apapun."

"Baik bos."

Via langsung pergi dari sana. Rencananya ia akan pergi ke cafe yang dulu selalu ia datangi. Ia akan merefreshkan pikirannya terlebih dahulu.

"Masih sama dengan terakhir kali." Gumam Via. Dia pun memilih tempat duduk di belakang. Via melambaikan tangannya pada salah satu pelayan.

"Cocholatte satu sama cocholava cake satu."

"Ada tambahan mbak?"

"Nggak ada."

Seperginya pelayan tadi, Via membuka novel yang ia bawa dan membacanya. Saat sedang fokus membaca, tiba-tiba fokusnya terpecah dengan kedatangan tiga orang berbeda umur. Mereka tak menyadari kehadiran Via yang dari tadi mengawasinya.

"Dad Sean kangen Via." Ucap seseorang yang paling muda diantara yang lain. Ya, mereka adalah keluarga Pritam. Momy, Dady, dan abang nya.

"Diam Se, lupakan jalang itu. Dady tidak mau mendengarnya lagi."

VIANDRA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang