Epilog

1K 35 3
                                    

Seseorang dan Payung Berlubang

Oleh: Gusna Dwi Sasmita

Selama ini seseorang selalu berlindung dibalik payung berlubang.

Setiap hujan payung berlubang selalu bersamanya dan ia bawa kemanapun ia pergi

Berselah waktu cukup lama, di hari dengan hujan yang lebat. Diperempatan jalan, ia memperhatikan lubang-lubang payung itu. Terlihat banyak air menetes membasahi rambut dan pakaiannya.

Dalam hati ia berbicara, "Aku selalu menggunakan payung ini untuk melindungiku ketika hujan. Tetapi saat pulang aku selalu basah kuyup dan malamnya terserang demam"

Tiba-iba sebuah ide hadir dalam benaknya. Setelah sampai di rumah ia akan menutup bagian yang berlubang dengan pita perekat.

Hari berikutnya tiba, dengan hujan yang tidak kalah lebatnya dari kemarin. Ia pergi kesuatu tempat dengan payung yang terlihat baru baginya. Dengan percaya diri ia yakin hujan tidak akan lolos lagi.

Beberapa puluh langkah mungkin masih bertahan. Namun saat mencapai beberapa ratus langkah, air hujan berhasil melumpuhkan pita perekat yang hampir sepenuhnya terlepas.

Hatinya bergumam sedih, "payung adalah pelindungku dari air hujan. Tetapi payung ini tidak melindungiku, air hujan selalu berhasil lolos dan membasahi tubuhku"

Ia mulai memegang payung berlubang dengan lemah. Entah dari mana datangnya, angin berhenbus kencang meniup payung berlubang, membawanya terbang, dan menjatuhkannya tepat di permukaan genangan air.

Ia terkejut melihat pemandangan itu. Awalnya ia hendak mengambilnya kembali, tetapi sebuah dorongan membuanya mengurungkan niat itu.

Tatapannya tertuju kea rah langit, dengan tangan yang juga menengadah. Tetesan air hujan terlihat menerjangnya.

Untuk beberapa saat ia menatap payung berlubang yang tergeletak. Tetapi tidak lama dari itu, ia malah berbalik dan meneruskan langkahnya. Meninggalkan payung berlubang yang selama ini selalu bersamanya.


Teruntuk Payung Berlubang


Dunia menciptakan payung

Tidak lain untuk melindungi si pemiliknya.

Tetapi tidak denganmu.


Beberapa kali kupertahankan,

Beberapa kali kuperbaiki,

Semua itu tidak bisa membuatmu lebih baik.


Yang ada,

Kau malah membuatku basah kuyup dan jatuh sakit


Maafkan aku, aku pikir aku harus meninggalkanmu.


Doakan saja,

Semoga Tuhan mempertemukanku dengan payung yang sebenarnya,

Atau menguatkan kulitku agar mampu menerobos hujan sendirian.


Aku menutup lembar terakhir dari sebuah prosa yang pernah Gusna tulis, dan aku temukan beberapa bulan lalu terselip diantara buku tulisku. Dimanapun kamu berada, semoga Tuhan menguatkan kamu.

Gusna, aku harap setelah ini kamu bahagia. Kamu harus bahagia dengan kebahagiaan yang sesunggunya, tidak semu seperti kebahagianmu denganku. Aku harap Tuhan membalas segala luka kamu, aku yakin seiring dengan waktu luka kamu sembuh. Dan aku yakin suatu hari kamu bisa bebas dengan semua belenggu ini.

Selamat tinggal. Aku masih saja mencintai kamu hingga detik ini, padahal akulah yang telah memutuskan untuk beralih dari pelukan kamu.

Percayalah, dibalik kalimat 'selamat tinggal' yang aku ucapkan untukmu, aku selipkan juga sebuah kalimat 'sampai jumpa'. Aku berharap suatu hari kita bisa berjumpa lagi, dan jika boleh, izinkan aku untuk memperbaiki semuanya. Tidak sebagai payung baru dengan pita perekat, tetapi sebagai payung yang sebenar-benarnya baru tanpa kecacatan sama sekali.

Gusna, aku rindu.

Tak seharusnya aku kehilanganmu
Tak seharusnya aku merindu
Biarkan aku pergi, melawan hati
Terpuruk dan hancur tanpamu

-Fiersa Besari 

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang