Tiga Puluh Dua

770 46 5
                                    

Author's POV

Kantia terbangun dari malam panjangnya, malam yang telah membuktikan bahwa mereka begitu mabuk dan saling mencintai. Gusna masih terlelap dengan tangan yang melingkar dengan kuat di pinggang Kantia. Tubuh mereka polos tanpa sehelai benang pun, hanya selembar selimbut yang membalut sebagai penahan dingin malam itu.

Kantia berbalik, menatap wajah Gusna beberapa saat. Dikecupnya sekilas pipi Gusna dengan penuh kasih, lalu jemarinya mengusap lembut puncak kepala Gusna. Pikirannya melayang beberapa saat, berbagai prediksi muncul dalam benaknya. Tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Kantia menggelengkan kepala, mencoba mengusir segala hiruk pikuk pikiran yang mulai merasuki otaknya. Matanya mulai menjelajah tembok-tembok disekitarnya, jam di dinding menunjukkan pukul 04.30 dini hari.

Kantia lalu beranjak, melepas pelukan Gusna dengan lembut, lalu menghampiri cermin besar yang terdapat di lemari kamarnya. Dengan keadaan naked ia bercermin, memperhatikan wajah dan bagian tubuh yang lainnya. Sampai suatu ketika matanya menangkap sebuah tanda kepemilikan yang Gusna buat di bagian dadanya. Kantia meraba tanda merah itu, sambil mengingat kejadian saat Gusna mengatakan bahwa dia miliknya.

Kantia menghela napas sambil memejamkan mata untuk beberapa saat, "aku harus mandi, mungkin pikiranku bisa sedikit terjernihkan atas kejadian gila semalam"

Gusna's POV

Alarm ponselku berdering. Ah berat sekali rasanya walau hanya sekedar bangun pagi, "Pagi sayang!" ucapku kepada Kantia sambil menggeliat merenggangkan otot tubuhku yang masih terasa kaku. Aku menoleh tempat tidur di sampingku, kosong, Kantia sudah bangun lebih awal. Aku terkekeh, menyadari bahwa ternyata aku berbicara sendiri pagi ini.

Aku lalu beranjak hendak mengambil pakaian di lemari, karena aku sekarang masih dalam keadaan naked. "holy shit!" mataku terbuka lebih lebar. Aku melihat kamarku seperti baru saja dijatuhi asteroid, bajuku dan kantia yang berserakan di atas lantai, dan beberapa benda lainnya yang berterbaran dengan abastrak. Ah sungguh malam tadi aku telah kehilangan kendali.

Ups!

Otakku kembali bekerja secara sadar, bayangan kejadian semalam kembali terputar dalam kepalaku. Wajahku terasa memanas, dan aku yakin jika seseorang tengah melihatku mungkin mereka akan mendapati pipiku memerah seperti buah apel yang matang. Aku menggelengkan kepalaku, lalu berlari menuju wastafel di dapur untuk mencuci mukaku.

Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, aku lalu menghampiri dan mengetuk pintunya.

Tuk..tuk..tuk!

Seketika gemericik air di dalam kamar mandi berhenti "iya sayang?" jawab Kantia samar dari dalam ruangan.

"eemm.. I just want to say, good morning baby!" kataku sambil sedikit berteriak agar Kantia bisa mendengarnya.

Kantia terkekeh "Aku kira apa, Good morning juga sayang" senyumku mengembang mendengar kalimatnya.

Aku masih berdiri di depan pintu kamar mandinya "Gak akan moring kiss kah?" tanyaku lagi.

Krieeett!

Pintu kamar mandi terbuka sedikit, Kantia menyembunyikan tubuhnya di belakang pintu. Dan sekarang aku hanya bisa melihat wajah dengan rambutnya yang putih dengan buih sampo. "masih belum puaskah semalem?" tanyanya.

Aku menggeleng "yang semalem dan sekarang beda" jawabku.

Kantia terkekeh "ah terserah" aku menyentuh kedua pipinya lalu mengecup bibirnya untuk beberapa detik lamanya.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang