Kantia's POV
Januari, aku sangat berterimakasih kepadanya, terutama terimakasih karena telah melahirkan manusia yang begitu aku cintai di bulan Januari. Manusia yang seakan menjadi pusat hidupku, kebutuhanku, dan segala kebahagiaanku sekarang.
Kemarau telah tiba, dan di perjalanan pulang malam ini aku bisa melihat rembulan begitu merekah indah. Kemarau seakan pameran terbaik untuk segala penghuni langit. Mereka terlalu elok, hingga membuat rasaku lebih berdesir hangat ketika merangkul tubuhnya.
Setelah banyak rengekan dan keluh kesah beberapa menit lalu akibat seluruh rasa malunya, sekarang Gusna hanya terdiam, begitu fokus memperhatikan jalan, dan aku yakin dia sama menikmati malam yang hangat ini juga.
"Bulannya terang banget, bintangnya banyak. Aku suka" ucap Gusna menengadah ke angkasa, dan sedikit menghiraukan jalan yang sedang ia lewati.
Aku mencubit pinggangnya "yang serius setirnya, jangan sampai malam yang indah ini rusak gara-gara tragedi jatuh yang kurang mengenakkan"
"heh, ucapan adalah doa, jangan ngomong kayak gitu. Dicatet keh ku malaikat (nanti dicatat sama malaikat)" Gusna kembali serius melihat jalanan.
Aku hanya menenggelamkan wajah ke pundaknya dan memeluknya lebih erat lagi. Ia menambah laju motornya, seakan tidak ingin ada satupun orang yang bisa melihat rangkulanku kepadanya.
...................................
Setelah menggantung seragam sekolahnya, dan menyimpannya ke dalam lemari, Gusna bergegas untuk mandi. Dia terlihat sangat terburu-buru, seakan sel kulit mati di tubuhnya sudah menggelitiki setiap inci kulitnya. Tidak lama dari itu, aku sudah bisa mendengar gemericik air di kamar mandi, ditambah suara teriakan frustasi Gusna.
Gusna mandi begitu lama, entah apa saja yang ia gosok, aku sudah membayangkan yang terkelupas bukan hanya sel kulit matinya saja, melainkan seluruh sel kulit hidup, yang tinggal menyisakan daging dan tulangnya saja.
Beberapa menit sekali aku bisa mendengar teriakan-teriakan frustasi menggelikan itu lagi dari dalam kamar mandi, seperti "aaaaarrghh Kantiaaaa aku maluuu, aku gak mau lagi ketemu sama bapak!!", atau "aku gak mau lagi jajan ke tempat ramen itu, soalnya pelayannya tetap sama, enggak gantiii!!" dan juga "Tuhaaaan ganti wajah akuuu, biar bapak dan orang lain gak tahu aku yang memalukan ini", lalu dia melanjutkan "wajah aku ubah jadi Anya Geraldine aja Tuhaaan gak apa-apa, aku relaaaa!!", lalu berikutnya "Tuhaaaaan aku mau jadi orang papua ajaaaa, namaku udah tercoreng di Indonesiaaa" dan kemungkinan ini yang terakhir, karena telingaku sudah panas mendengarnya "Tuhaaaan maafin aku, aku lupa kalau papuaa masih Indonesiaaa!!!!"
Dua puluh menit kemudian Gusna sudah keluar dari kamar mandi, bibirnya sedikit membiru karena terlalu banyak mengguyur diri. "udah puas teriaknya?" aku sedikit menahan tawa, mengingat semua kelakuannya hari ini.
Gusna mengangguk, lalu meggosok rambutnya dengan handuk "selama dua puluh menit gosok apa aja?" tanyaku.
"Rambut. dengan harapan aku bisa lupa setiap detil hal memalukan yang aku lakukan hari ini dan kejadian memalukan di seluruh umurku ke belakang" jelas Gusna.
"Gak rontok rambutnya?"
Gusna menggeleng sambil menyeringai "Akar rambutku udah dipondasi sama pondasi ceker ayam"
"hah?" aku melongo, kurang paham dengan apa yang ia katakan. (Buka aja di google guys kalau sama melongonya. wkwk)
"ah udahlah lupakan, aku mau pakai baju dulu" Gusna masuk ke dalam kamar, dan menutup pintunya rapat. Aku lalu mengambil handukku dan bergegas mandi. Oh shit,aku hampir tidak percaya,ini sangat di luar nalar dan akal sehat. Manusia gila mana yang menghabiskan satu botol sampo dalam sekali pakai. Dan sampo ini baru saja aku beli dua hari lalu, ah Tuhan, kegilaanya berghasil menular padaku. Bedanya ia gila dengan segala kejadian memalukannya, sedangkan aku gila dengan tingkahnya yang memuakkan ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/116341725-288-k609293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time [GirlxGirl] (Editing)
Romance#1 in realstory ( 10 September 2019) #1 in musik ( 17 September 2019) Waktu menyimpan segalanya, termasuk kehidupan yang akan kita lalui kelak. Tapi bagaimana jika waktu mempertemukan dengan hal yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya, Apakah kit...