Delapan Belas

2.1K 119 1
                                    

Author's POV

Sinar mentari memancar hangat menerobos jendela kamar, disertai suara ayam berkokok yang tidak kalah menyambut hari itu. Gusna dan Kantia belum juga melepas pelukannya dengan tubuh yang masih dibalut selimbut hangat.

Suara ponsel berdering, mungkin bunyi alarm. Beberapa kali Kantia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan tangan yang berusaha meraba keberadaan ponselnya. Sedangkan Gusna masih belum juga sadar, ia masih meringkuk dengan dengkuran halus.

Kantia berhasil mematikan suara ponselnya yang sedari tadi terus berteriak memaksanya bangun. Lalu ia beranjak duduk dan menggosok sedikit matanya yang masih terasa lengket. Di tatapnya Gusna yang masih tertidur pulas, seketika itu juga senyuman langsung mengembang di wajahnya.

Sebuah keinginan mendorong tubuhnya, sebuah keinginan yang seringkali harus ditahan karena sebuah batasan. Ia dekatkan bibirnya menuju bibir Gusna yang masih terlelap, Kantia berniat memberikan sebuah ciuman pagi kepada orang yang ia cintai.

Kantia terperanjat, niatnya ia urungkan. Dia baru ingat bahwa dirinya belum membersihkan gigi.

"Aku perlu sikat gigi dulu kayaknya" ucapnya bergumam sambil meniup-niup udara lalu menghirupnya.

Kantia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan giginya, sedangkan Gusna semakin meringkuk dengan tubuh terbalut selimbut tebal.

Gusna's POV

Aku mencium aroma mints setiap kali seseorang mengecup bibirku.

"Morning kiss" katanya.

Kukerjapkan mataku beberapa kali karena terasa begitu lengket dan belum sadar sepenuhnya. Penglihatanku masih samar, dan kepala yang masih pusing akibat baru saja bangun tidur.

Pagi ini hal pertama aku lihat adalah Kantia, ya Kantia, dan dia membuatku berhasil merasa begitu bahagia seperti terbang ke angkasa. Kantia menindihku dengan tatapan yang tidak beralih dari mataku, sebenarnya tidak benar-benar menindihku. Tubuhnya ia tumpu oleh kedua sikutnya sendiri.

Kupeluk tubuhnya dan kuubah agar dia berbaring di sampingku. Aku balas mengecup bibirnya.

"Morning kiss too" kataku yang langsung di balas senyuman olehnya.

"emm jadi hari ini kita mau ke mana?"

Aku mulai berpikir untuk beberapa saat "Rencananya aku mau bawa kamu ke sebuah tempat, tapi karena sekarang kayak gini aku jadi males ke mana-mana. Pengen peluk kamu aja" ucapku sambil memeluk tubuhnya dan menggulingkan di sampingku.

"ih Gus, kalau cuma buat peluk-peluk aja terus ngapain dong kita ke jauh-jauh ke rumah nenek kamu. Udah aja nginep di kamar kamu" katanya dengan ucapan yang memang di atas lima puluh persen kebenarannya.

Aku pun beranjak mendudukkan tubuhku di ranjang sambil menggeliat meregangkan tulang dan otot di tubuhku.

"mandi gak ya?" ucapku bergumam sambil berharap Kantia menjawabnya.

Kantia mengangkat bahunya "terserah, tapi kalau gak mandi aku gak akan peluk kamu"

"Aku mandi!" ucapku berteriak sambil menyambar handuk yang menggantung di gantungan kayu.

Aku mandengar kantia terkekeh sambil bergumam "ngedenger ancaman gak akan di peluk sampai semangat gitu buat mandi" yang langsung dilanjutkan lagi dengan gelak tawanya.

"Gak akan mandi bareng?!"teriakku dari dalam kamar mandi.

"Gak!" ujarnya menolakku.

Aku menghela nafas kecewa.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang