Dua Puluh Delapan

1.1K 67 4
                                    

Gusna's POV

Kukerjapkan beberapa kali mataku, ponselku yang berdering berhasil menggapaiku dari mimpi indah yang seketika aku lupa detilnya. Ku gosok mataku beberapa kali, terlihat nama Kantia terpampang di layar ponselku.

"Iya halo sayang?" Kataku dengan suara yang masih serak.

"Kamu baru bangun tidur?" Kantia balik bertanya di penghujung telepon.

Aku meng-iya-kan  pertanyaannya.

"Gimana sih yang ulang tahun kok bangunnya siang. Ini udah jam delapan loh"

Aku mengerjapkan lagi mataku, lalu kutengok jam yang menempel di dinding kamarku "Ih kamu bohong, sekarang masih jam enam pagi"

Kantia terkekeh "Selamat ulang tahun ya sayang, harapannya semoga kamu bahagia dalam keadaan apapun, Tuhan memanjangkan umur kamu, dan apa yang kamu inginkan dapat tercapai"

Senyumku seketika mengembang, bahagia sekali rasanya ketika orang yang kita cintai mengucapkan selamat ulang tahun dengan panjatan doa.

"Ada yang kurang nih" kataku.

"Apa yang kurang?" Dia terdengar menerka-nerka.

"Pagi ini gak ada morning kiss. Uh kesal sekali aku" kataku.

"Cuma sehari ini aja kita gak morning kiss, hari ini kan di rumah kamu mau ada acara, orang tua kamu juga lagi pada pulang, masa kamu gak menghargai kehadiran mereka yang gak tiap hari ada" Kantia mencoba meyakinkan, sedangkan aku hanya menghela napas panjang.

"Jadi jam berapa kamu mau datang ke sini?" Tanyaku.

"Jam sepuluh aja bareng sama anak-anak yang lain. Masa aku dateng sendiri nanti aku malah planga-plongo gak jelas di depan keluarga kamu"

Tuk..tuk..tuk..

Pintu kamarku terdengar diketuk oleh seseorang dari luar "Gus bangun, bantu ibu!"

"ya bu"

"Tia, aku harus bantu ibu aku. Udah dulu ya sambung lagi nanti" kataku dengan ponsel yang menempel di telingaku.

"iya oke. Aku sayang kamu Gus" katanya.

"Aku juga sayang kamu, Kantia"

Panggilanpun terputus. kuhela napas cukup panjang, lalu menghembuskannya seakan semua udara yang terlepas dari paru-paruku membawa segala energi buruk dari tubuhku. Aku langsung beranjak dari kasur, mencuci mukaku, lalu menghampiri ibu dan Bi Nani yang tengah sibuk di dapur.

hari ini adalah hari yang baik, empat belas januari, hari dimana umurku menginjak enam belas tahun. Tidak terasa, sudah setengah taun lebih aku duduk di bangku SMA. Ya benar sekali, sekarang aku menginjak semester dua di tahun pertama. Dengan nilai pelajaran yang cukup baik, teman-teman yang baik, dan kisah cinta yang begitu membahagiakan. Walau sejujurnya aku tidak tahu sampai kapan kebahagiaan ini akan berakhir. Biar saja kutunggu hari itu datang.

Ayah dan Ibu hari ini pun terlihat sangat normal seperti orang tua pada umumnya. Syahdu, tanpa percekcokan. Ayah tengah meminum kopi sambil merokok di ruang keluarga. Sedangakan Ibu tengah sibuk di dapur untuk mempersiapkan jamuan teman-temanku yang akan datang hari ini. Sejujurnya tidak banyak yang akan datang, aku bukan tipe orang yang memiliki banyak teman. Mungkin hanya beberapa saja yang orang-orang yang dirasa cukup aku kenal dengan baik.

oh iya hampir aku lupakan, hari ini nenek dari ibu dan nenek dari ayah juga datang. Tapi Entah, aku belum melihat mereka. Mungkin tengah bersantai di taman belakang sambil menikmati perbincangan kecil di pagi hari.

Tiba-tiba saja hidungku seperti ditarik oleh sesuatu, aroma masakan yang selama ini selalu menjadi menu yang paling aku cintai. sepontan aku langsung berlari ke arah dapur.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang