Lima

3.2K 207 3
                                    

Gusna's POV

Suasana di kamarku begitu canggung.

Genggaman tangan, tatapan mata dan suara deru napasnya yang terdengar jelas di setiap hembusannya. Itulah yang membuatku mati gaya dan tidak tahu harus melakukan apa.

Andai bisa, aku ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk menghilangkan kecanggungan ini. Tapi itu tidak mungkin. Mustahil aku mesti berteriak di depan Kantia. Butuh mengumpulkan banyak keberanian.

Bukankah ini wajar, seperti sahabat dan perempuan pada umumnya. Aku sering melihat mereka saling berpegangan tangan jika pergi ke suatu tempat bersama, berpelukan, atau bahkan berbicara dengan posisi sedekat ini.

Aku harus terbiasa, karena aku ingin bersahabat dengan Kantia. Maklum saja, mungkin karena aku belum pernah menadapatkan sahabat dekat seorang perempuan. Sekarang aku akan mencoba berusaha, bertingkah dan memperlakukan Kantia seperti sahabat pada umumnya.

"Suasananya canggung banget yah!!"Tanpa sadah aku mengucapkan kalimat itu.

Kantia malah menatap ku menyidik.

"Bego Gusna, kenapa loh ngomong kaya gitu!" Batinku

"Mak-maksud gue canggung gituh. Soalnya ini pertamakali lagi gue bawa temen cewek ke rumah" ucapku terbata.

Ia tersenyum "iya gue paham kok" katanya.

Untungnya dia paham, tetapi memang itu faktanya. Aku bukan orang yang pandai untuk bersosialisasi, aku tidak menyukai lingkungan yang semuanya diisi oleh orang-orang baru. Aku benci jika harus berada di tempat yang penuh dengan orang yang tidak aku kenal. Jika aku intropeksi diriku sendiri, sepertinya aku 'social pobic'. Tetapi bukan pobia sosial yang ekstrim, mungkin hanya sekitar empat puluh persen.

"Kantia, gue sendiri aja kompresnya bolehkan?!"

"Emang loh bisa?"

"Bisa lah, masa beginian juga kagak bisa" aku terkekeh.

Sekarang akulah yang memegang kendali atas kepalaku. Suasana di kamarku hening beberapa saat, tanpa topik ataupun sebuah candaan. Kantia beranjak, menghampiri rak buku, mungkin ada sesuatu yang menarik baginya di sana.

"Lihat apaan?"tanyaku

Kantia mengambil salah satu buku "loh hobi baca?"

Aku mengangguk "lumayan"

"Sukanya baca apa?" kantia menoleh ke arahku.

"Sesekali gue baca sejarah tenang peradaban Yunani, Romawi, atau Mesir kuno. Tetapi sebagian besar gue suka baca novel" kataku.

"loh suka sejarah?"

Aku mengangguk "yah, gue suka banget"

"gue sih gak suka"

"Kenapa?" aku penasaran

"karena gue gak suka nginget-nginget sejarah"

Aku diam, sedikit mengerti mungkin banyak hal mengerikan yang terjadi di masa lalunya. Tidak ada yang sempurna, termasuk cerita, pasti, selalu saja, seseorang memiliki sejarah menyakitkan. Bahkan sebagian terlalu pahit untuk diingat, seakan setiap kamu mengingat, di saat itu pula kamu merasa bahwa hatimu sedang diiris-iris.

"kamu suka novel genre apa?"

Aku mulai berpikir "Romance... emmm.. misteri"

"Novel erotis?" Kantia tersenyum.

Aku membalas senyumannya "suka, sesekali kalau lagi stres" aku terkekeh.

Kantia juga ikut terkekeh, seakan tidak bisa menghindarinya.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang