Empat Belas

2K 124 4
                                    

Gusna's POV

Sial, aku kembali berhasil dikalahkan oleh Kantia.

"Udah ah gue nyerah, dari tadi gue kalah mulu" kataku kesal.

Kantia terkekeh "Hahaha kalau udah kalah jadinya kayak gitu yah"

Aku merengut "Yuk ke depan, kita beli es krim" kataku.

"Loh harus melaksanakan hukuman dulu, kan loh baru aja kalah" ucapnya.

Aku menoleh "loh mau apa dari gue?"

Kantia terdiam dan terlihat berpikir "Jawab gue jujur"

"Apa?" aku enjawab tanpa menatapnya.

"Loh punya cowok yang loh sesali karena udah putusin dia?" tanyanya.

Aku menoleh kepadanya, kulihat tatapannya begitu serius mengintai mataku.

"Dasar tukang kopas!" kataku.

"Terserah gue dong, kan dari awal juga gak ada aturan untuk tidak mengopas pertanyaan"

Aku menghela napas "harus banget gue jawab?"

Kantia mengangguk.

Tidak ada pilihan lain, senjata yang aku buat untuk mengumpulkan informasi darinya, sekarang malah balik melubangi wadah ingatan yang mengharuskanku untuk membocorkan kepada Kantia. Kuhela napas panjang untuk mengumpulkan keberanian, dan aku mulai bicara.

"Saat itu gue punya pacar, namanya Wara. Dia kelihatan bad boy, padahal penampilannya seratus delapan puluh derajat berbeda dengan sikapnya. Dia selalu perhatian, ngajak gue jalan, ngajak gue ngerayain hari jadian, tetapi gue selalu nolak" kataku.

Kantia menatapku, mencoba memahami seluruh ceritaku"kenapa loh selalu nolak?"

"Karena gue lebih milih aktivitas sekolah, hobi, dan nganggep bahwa pacaran itu hal yang gak terlalu penting. Pikiran gue kala itu, gue gak seharusnya terlalu memberi hati dengan hubungan gue sama Wara. Karena sebelumnya gue udah beberapa kali pacaran dan memberikan segenap perasaan gue terhadap hubungan yang gue jalani. Tetapi mereka, para cowok yang udah gue kasih segenap perasaan, malah nyakitin gue dan pergi "

Aku menoleh kepadanya, Kantia terlihat begitu menyimak seluruh kalimatku.

"Intinya dia dateng di saat yang gak tepat. Dan jahatnya gue waktu itu, sekalipun kami berpapasan selagi di sekolah, gue gak pernah nyapa dia. Pernah sih sekali, dan ternyata itu juga yang terakhir. Gue putusin dia karena gue gak enak selalu cuekin dia atas kesibukkan gue ngejar prestasi sekolah dan hobi gue" kataku terkekeh.

"Semenjak loh putusian dia dan ngerasa nyesel, loh pernah jadian lagi sama cowok?"

"Beberapa kali gue jadian, tapi jahatnya gue, semuanya gue jalani tanpa sedikitun perasaan. Semenjak itu gue gak percaya lagi dengan yang namanya cinta, hahaha kedengeran alay ya?"

Kantia terlihat terkekeh dengan pertanyaanku.

"Tapi semua itu memang benar adanya" sambungku.

Kantia's POV

Gusna begitu lahap memakan kripik kentang yang barusan ia beli dari mini market, sedangkan es krim yang baru saja ia makan, sudah lenyap masuk ke dalam pencernaanya. Sore semakin larut, bahkan setengah jam lagi akan segera berganti menjadi malam.

Berkat bermain kartu Uno aku bisa mendapatkan cukup cerita atas masa lalunya, tetapi terlepas dari semua itu akupun harus membayar sesuatu yang sama dan setimpal kepadanya. Tidak kusangka dibalik Gusna yang masa bodo dan dingin, ternyata ia pernah di jatuhkan atas perasaannya kepada lelaki.

Aku harap aku bisa lebih banyak memberi pertanyaan yang terus menimbulkan rasa ingin tahu dalam benakku kepada Gusna. Tetapi yang menjadi biang masalah, aku masih segan. Aku takut jika Gusna malah merasa risi atas segala keingintahuan atas kehidupannya. Jika dipikir lebih dalam, aku hanya orang baru dalam hidupnya, aku tidak memiliki hak atas keingintahuanku terhadap ceritanya.

"loh boleh nanya sesuatu yang loh pingin tahu dari gue"ucapnya sambil tak henti mengunyah keripik kentang di mulutnya.

Oh God. Dia sekan mampu membaca pikiranku saat ini, ah rasanya aku malu. Aku malu atas keinginanku yang tidak tahu diri ini. Tetapi aku harap logika mampu memaafkanku, karena saat ini aku tidak ingin menoleh rasa maluku. Aku ingin terus bertanya, dan mendapatkan sebanyak apapun cerita darinya.

"Bener boleh?" kataku ragu.

"Bertanya itu gak ada yang larang, tetapi kalau masalah menjawab, itu baru semampunya" katanya menekan.

Kuhela napas cukup panjang "Jadi waktu itu loh sakit karena apa?" kataku.

"waktu itu yang mana?"

"yang waktu loh gak sekolah dan gue nengok ke rumah loh"

Gusna terdiam sejenak "Gue? emmm" ucapnya terlihat ragu menjawab pertanyaanku.

"kalau loh ragu buat jawab, loh gak usah jawab" kataku lemah padanya.

Ia terlihat menghela napas panjang "gue abis berantem sama ortu gue, udah gitu gue ngeguyur diri di shower cukup lama. Eh pas subuhnya gue langsung demam" katanya tanpa menatapku sambil kembali memasukkan kripik kentang ke dalam mulutnya.

"Kenapa loh harus ngelakuin itu?" tanyaku kembali dengan rasa iba.

Ia menatapku dengan tatapan yang sulit aku deskripsikan, tangannya perlahan bergerak menyentuh bagian atas dada kirinya " di sini sakit banget, gue gak tahu harus gimana meredakannya selain mendinginkan tubuh gue dengan mengguyur diri di bawah shower"

Aku membisu, lidahku terlalu keluh untuk kembali berucap. Ini sudah semakin dalam, aku tidak bisa masuk terlalu jauh. Harus teliti menggali lubang untuk memperdalam, jika tergesa-gesa mungkin aku bisa tertimbun dengan galianku sendiri. 


Hanya 731 kata, maafkan jika terlalu pendek. Oh ya, senin depan sekitar tanggal 1 April aku akan melaksanakan ujian nasional. Sebentar lagi aku lulus SMA, doakan semoga dimudahkan dan dilancarkan dalam segala hal. Oleh sebab itu, saya selaku author dari 'The Time', mohon maaf yang sebesar-besarnya karena akan sedikit lelet untuk update.


with love,

Ryota-kun

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang