Dua Puluh Dua

1.8K 107 7
                                    

Gusna's POV

Sekitar satu minggu lagi aku akan berjumpa dengan tanggal lima, tanggal peringatan tepat sebulan ketika aku mengungkapkan perasaan cintaku kepada Kantia. Aku dan Kantia memang tidak menjalin ikatan yang bisa orang sebut dengan "Pacaran", namun tetap saja aku sudah menganggap tanggal lima sebagai tanggal yang sakral.

Terlintas dalam benakku bahwa aku harus memberikannya sedikit hadiah kecil. Aku sangat bahagia jika bisa membuatnya senang, dan mungkin jika aku memberikannya sebuah hadiah, Kantia akan menyukainya.

Pagi tadi aku tidak sengaja membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang kisah Sadako Sasaki seorang gadis asal jepang yang berusaha sembuh dari penyakit leukimia yang dideritanya sebagai dampak radiasi bom atom Hirosima di perang dunia dua.

Saat itu Sadako dan teman-temannya berusaha membuat seribu origami burung bangau, yang konon katanya jika berhasil membuat seribu burung bangau satu keinginan dapat terkabulkan. Mereka berharap dengan terbentuknya seribu burung bangau, Tuhan bisa mengebukan keinginan mereka agar Sodako sembuh dari penyakitnya. Namun ternyata misi mereka gagal, Sodako Sasaki meninggal ketika origami mereka baru menjacapai jumlah enam ratus empat puluh empat.

Hatiku tersentuh ketika membaca artikel tersebut, sampai sebuah ide terlintas dalam benakku. Aku ingin membuatkan origami burung bangau untuk Kantia, dengan harapan keinginan yang tidak bisa aku wujudkan dengannya bisa tercapai. Mungkin tidak akan mencapai seribu, tetapi aku berjanji akan mengucapkan doaku kepada Tuhan setiap satu burung bangau selesai.

Sorenya aku segera mempelajari tutoria di Internet, perlu kalian tahu membuat kerajinan tangan bukanlah sebuah 'fasion-ku', aku termasuk orang yang payah dalam seni rupa. Namun demi membuat senang orang yang aku cintai, aku akan melakukan apapun untuknya. Setelah aku berhasil mengikuti tutorial dengan menggunakan kertas biasa, malamnya aku pergi membeli kertas origami, benang, dan kebutuhan lainnya ke Toserba terdekat.

Malamnya aku mulai bertempur, hingga aku bergadang sampai larut malam. Membuat origami, lalu menggantung-gantungkannya dengan benang hingga tersusun rapi. Satu susun benang, aku isi dengan lima origami burung bangau.

Semuanya tidak berhasil dengan sempurna, ada yang sobek, ada yang lecek, dan terpaksa aku harus membuat lagi origami yang baru. Aku merasa bahwa mataku sudah tidak kuat lagi menahan kantuk, ditambah lagi dengan jemariku yang perih karena lecet terus membuat origami. kuputuskan untuk melanjutkannya esok hari sepulang sekolah.

........................................

Setiap pulang sekolah, setelah mengantarkan Kantia pulang, aku sering mampir bolak-baik ke Toserba terdekat untuk kembali membeli kertas origami yang kurang akibat kegagalan saat aku melipat. Punggungku rasanya sudah sakit, tiap hari selama kurun waktu tiga hari aku tidak berhenti berjuang membuat origami.

Seringkali setiap pulang sekolah Kantia meneleponku, dia menanyakan kegiatan yang tengah aku lakukan. Awalnya aku hanya bilang tengah melakukan sesuatu, sampai suatu ketika pertanyaannya terus berantai. Dan bodohnya aku, aku orang yang selalu terjebak dengan pertanyaan Kantia. Bahkan untuk memberikan kejutan pun aku selalu gagal, pada ujungnya aku selalu berhasil terbuka.

"Kamu selama tiga hari ini pasti buru-buru pulang, gak pernah main dulu ke rumah aku, atau bahkan ngajak aku main ke rumah kamu. Kalau aku tanya alasannya, pasti kamu bilang 'aku lagi bikin sesuatu', sampai tengah malem pula"

"ini rahasia, aku gak bisa bilang" kataku sambil menjepit ponsel di pundakku dengan tangan yang masih saja melipat origami.

"iya apa?" Kantia kembali bertanya.

"Tebak!" kataku lagi.

Kantia mulai menyebutkan satu persatu, mencoba menebak apa yang tengah aku buat. Sampai suatu ketika aku menyerah, dia berhasil menebak apa yang tengah aku buat.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang