Tiga Puluh Lima

451 34 7
                                    

Gusna's POV

Hari-hari yang penat, dan membosankan. Kepalaku selalu terasa berat, pola makan dan tidurku begitu berantakan. Wajah dan namanya terus berputar-putar dalam otakku. Hari ini, entah sudah yang keberapa minggu, aku kembali ke rumahku semula.

Rumah yang semakin terasa buruk, beberapa hari yang lalu pun dihebohkan dengan tragedi ayah memukul Aji. Sudah tidak aneh lagi. Aku hanya menatapnya iba dari kejauhan, sedangkan ibu selalu menjadi orang yang paling berusaha untuk menenangkan keadaan.

Hari ini seperti biasa aku harus berangkat sekolah, seburuk apapun keadaanmu kehidupan harus terus berjalan. Dan pagi ini aku dapat kabar, sepulang sekolah aku harus berlatih Basket. Karena bulan depan tim basket kami akan ikut turnamen.

Aku merindukan Kantia, namun aku tahan. Aku tidak tahu akan berapa lama lagi bertahan dengan situasi seperti ini. Sekolah tidak lagi terasa menyenangkan, ekskul pun begitu. Dunia terasa sempit, dia pun terus terlihat menghindar tidak ingin menatap atau bahkan hanya sekedar berpapasan denganku. Begitupun denganku, aku selalu berusaha mencari jalan yang berbeda, memutar arah apabila bertamu dengannya.

"ibu Gusna berangkat sekolah dulu" ucapku pada ibu setelah berhasil memaksa masuk beberapa suap nasi ke dalam mulutku.

Ibu hanya mengangguk pelan, aku menyalami tangannya, sekilas kulihat wajahnya sembab. Aku sudah tidak ingin banyak berpikir, aku yakin masalahnya dengan ayah lagi.

Aji menatapku dari pojok ruang tamu, matanya sedikit lunglai, lalu ayah terlihat melewatinya, seketika Aji langsung masuk ke kamarnya. Aku yakin dia sudah sangat benci.

Lagi-lagi aku menghela napas panjang di pagi hari.

......................................

"Gus" Arya melambaikan tangannya ke hadapanku. Aku terperanjat "lo kelihatan kurus" aku terkekeh "udah sejak lama bukan gue kerempeng". Arya menggeleng "kemarin-kemarin enggak ah, lo kelihatan biasa, ya ideal". Aku memalingkan wajahku lalu beranjak "perasaan lo aja kali"

Aku mendudukkan pantatku di kursi taman, momen yang paling aku tunggu-tunggu ketika aku berada di sekolah. Aku memasang headseet lalu membuka novel, dan mencari dimana pembatasnya berada. Waktu berlalu dengan sedemikian cepatnya, telingaku diiringi oleh musik-musik indah yang begitu aku sukai. Menyedihkan sekaligus menyenangkan, aku merasa bahwa dunia hanya di isi oleh diriku sendiri. Ya aku sendiri.

Bell berbunyi lagi, aku menguap entah untuk yang keberapa kalinya dalam satu jam ini. Mataku beralih tak lagi menatap halaman novel. Aku dapati Kantia tengah duduk di kursi taman yang bersebrangan denganku, matanya menatap intens, dan ekspresinya terlihat tak dapat dideskripsikan.

Aku mengalihkan tatapanku, tidak lagi menatapnya. Aku pikir segalanya memang harus berakhir sampai di sini. Dia selalu benar, perkataannya beberapa minggu lalau dari pertengkaran yang cukup hebat malam itu sangat masuk akal. Sejauh manapun kami memperjuangkan kisah ini, semua akan selalu berakhir kandas, ini dilarang Tuhan, dan ah aku tidak ingin mengingat yang lainnya.

Ponselku berdering, aku merogoh nya di saku rokku yang terasa sempit. Arya mengirimiku sebuah pesan.

Arya : "Gue mau bilang sesuatu sama lo, tapi nanti deh kalau latihan Basket"

Aku : "oke siap"

Dahiku sedikit mengernyit, tidak seperti biasanya dia semacam itu. Jika ada apa-apa biasanya Arya langsung bicara to the point , tanpa harus mencari momen yang pas. Aku tidak ingin memikirkan jauh lebih banyak lagi, paling kutu kupret itu ingin curhat dan bergosip ria seperti biasa.

Pantatku kembali duduk di kursi kepemilikan ku, siang ini pelajaran fisika. Kebetulan bapak kepala plontos yang mendapat jadwal untuk mengajar di kelasku. Bagiku dia sangat panutan sekaligus menyebalkan. Panutannya karena dia memiliki penyampaian yang unik dari pada pengajar yang lain serta memiliki wawasan yang luas. Sedangkan sisi menyebalkan nya yaitu, dia sangat sombong dan killer. Kembali lagi ke sifat dasar manusia. Kita tercipta tidak ada yang sempurna.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang