Sepuluh

2.4K 148 4
                                    

Gusna's POV

Hari ini aku malas sekolah, keadaan tubuhku cukup buruk akibat kemarin berjam-jam mengguyur diri di bawah shower. Dengan keadaan masih menggunakan pakaian, dan terus-terusan menangis hingga air mataku kering.

Tubuhku masih terbalut dengan selimbut, aku tidak tahu jam berapa sekarang. Yang jelas mentari sudah benar-benar terang benderang menerobos jendelaku.

Ayah dan ibuku mungkin sudah pergi, jelas sekali karena rumah kembali terasa sepi. Tadi subuh saat Bi Nani mengetuk kamarku, aku bilang padanya bahwa aku tidak enak badan dan tidak akan pergi sekolah. Sepertinya Bi Nani juga paham, karena mataku sangat sembab saat aku berbicara dengannya.

Aku memaksakan diriku bangun, walau sebagian diriku tidak ingin beranjak dari atas kasur. Lalu berjalan menuju dapur dan meneguk segelas penuh air putih. Jam dinding yang berdetik membuaktu tidak bisa menolak untuk menatap ke arahnya. Ah ternyata pukul delapan pagi.

Untuk beberapa lama aku menghabiskan waktu untuk melamun sambil duduk di kursi meja makan. Mengingat kejadian semalam, terutama suara ayahku yang masih terdengar menggema dalam telinga. Semuanya telalu jelas.

"baru bangun?" tanya bi Nani.

Aku mengangguk "iya bi"

"sarapan dulu, terus minum obat"

"iya. aku ke kamar mandi dulu sebentar" ucapku sambil beranjak.

Jika kupaksakan diriku untuk sekolah, itu sangat tidak memungkinkan. Mataku sembab, hidung beringus, suhu tubuhku tidak normal, dan suasana hati yang sedang sangat buruk. Datang ke sekolah hanya akan menjadi ajang untuk mendapatkan tatapan seribu tanya dari teman sekelasku. Jelas sekali, itu akan semakin memperburuk keadaanku.

Kubasuh mukaku dengan air yang keluar dari kran, setidaknya itu bisa membuat wajahku tidak begitu kaku. Sebaiknya aku segara makan dan minum obat, lalu kembali melanjutkan hibernasi di kamar gelapku.

Aku rasa hari ini akan menjadi hari yang membosankan, tetapi aku tidak perduli. Tiba-tiba saja aku teringat Kantia, entah tetapi hatiku berkata bahwa aku merindukannya.

Kantia's POV

Hari ini aku tidak melihat Gusna di sekolah, perasaanku sangat tidak enak. Biasanya setiap hari jika sedang waktu senggang, ia akan duduk di kursi taman dengan buku novelnya. Tetapi hari ini benar-benar nihil. Aku tidak menemukan Gusna di manapun.

Aku meberanikan diri untuk datang ke kelasnya, sepertinya aku perlu menanyakan Gusna kepada teman sekelasnya. Tetapi semoga saja aku bisa menemukan Gusna di sana.

Aku tidak menemukannya, bahkan kursi yang biasa ia tempati terlihat kosong, tidak ada apapun di sana. Perasaanku begitu campur aduk, aku begitu kesal karena hari ini tidak bertemu dengannya. Atau mendapatan kabar walau sekedar pesan masuk ke dalam ponselku.

"Cari siapa?" tanya seseorang mengagetkanku.

Wajahnya tidak asing, anak lelaki tinggi tegap yang sering aku lihat saat latihan basket. Kalau tidak salah namanya Arya, yah Arya Pamungkas. Orang yang begitu akrab jika tengah berbicara dengan Gusna. Mungkin menanyakan kepadanya mengenai kemana Gusna hari ini merupakan hal yang tepat.

"Eh, loh Arya kan?"

Arya mengangguk "iya, gue Arya"

"Emm, loh tau hari ini Gusna ke mana?" tanyaku

"Oh Gusna?" ekspresinya berubah saat aku menanyakan Gusna

"Hari ini dia gak masuk, guru piket bilangnya sih dia sakit"

Aku terperangah "sakit apaan?"

"kurang tau sih, loh chatting aja dia, tanyain langsung ke orangnya" ucap Arya.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang