Cuaca sore itu cukup aneh, tepat di atasku langit tertutup awan kelabu. Tapi mentari tetap saja memancarkan sinar indahnya, seakan berusaha untuk tetap bebas diantara segerombolan awan yang hendak mencengkram dan menutup cahaya kehidupannya.
Kegiatan pembelajaran sudah selesai.
Sebagian besar siswa berbondong-bondong menghampiri gerbang sekolah untuk segera pulang, tapi sebagian kecilnya masih banyak yang menetap untuk melakukan aktivitas tambahan di sekolah. Entah itu ekstrakulikuler atau tugas kelompok.
Aku tidak terlalu memperdulikan itu, aku salah satu siswa yang termasuk kedalam golongan kecil, yaitu sebagian siswa yang menetap di sekolah karena suatu kegiatan.
Aku duduk bersama temanku di sebuah kursi taman sekolah, menunggu kegiatan seleksi ekstrakulikuler Basket dimulai.
Kami masih terduduk santai sambil berbicara hal-hal ringan seperti kegiatan sekolah atau seputar ekskul Basket di SMA ini. Sebagai calon anggota Basket baru wajar hal itu aku tanyakan, karena aku butuh dasar pengalaman apabila nanti aku terpilih menjadi anggota di tim Basket.
Sebenarnya dulu saat SMP, selain aku mengikuti ekstrakulikuler Karate, aku juga mengikuti Basket. Terdengar serakah sih, aku mengikuti ekskul olahraga dua sekaligus. Dengarkan dulu penjelasanku. Aku ikut ekskul Karate hanya untuk penjagaan diri saja, jangan sampai aku polos dan tidak mampu bela diri, bukan untuk pertandingan. Sisanya terfokus ke Basket, dan mengikuti pertandingan.
Jika harus memilih antara Karate dan Basket, aku akan pilih Basket. Mungkin saat itu karate hanya sekitar tiga puluh persen, dan sisanya aku gunakan untuk Basket.
Temanku sudah berpengalaman mengikuti ekskul Basket di SMA ini, jadi aku dengan bebas dan atusias menanyakan beberapa hal yang ingin aku ketahui lebih lanjut.
Ia setahun lebih tua dariku, tepatnya kakak kelasku. Mungkin sebagian orang akan merasa canggung bila berbicara dengan orang yang lebih tua darinya, tapi itu tidak lagi. Dia, panggil saja Kak Diah merupakan teman satu komplek sekaligus teman masa kecilku, sampai sekarang kami masih berteman baik. Jadi sudah tidak ada rasa ragu lagi diantara kami.
Sampai suatu ketika, dia mulai membicarakan seorang anggota baru di ekskul Pramukanya. Saat itu, setahuku kak Diah punya dua ekskul, Basket dan Pramuka.
"Lo tau si Kantia anak Pramuka kelas Sepuluh Mipa Empat gak?" katanya lagi.
Aku berpikir sesaat.
Namun entah kenapa, yang aku ingat malah si gadis aneh berwajah mongoloid yang beberapa minggu lalu aku perhatikan di depan kelasku. Tapi aku cukup ragu, tidak terlalu yakin.
Aku menggeleng "gak tau" kataku.
"Itu loh, anak Sepuluh Mipa Empat si Kantia masa kamu gak tau, anak Pramuka!"
Tetapi perasaanku begitu yakin kepada si gadis mongoloid itu.
"Yang sipit kayak cina bukan?" tanyaku.
Kak Diah mengangguk "iya, yang kayak cina gitu wajahnya"
"Terus?" kataku.
"Yah kak Tria ketua OSIS katanya suka sama si Kantia"
"Terus?" kataku lagi.
"Gak terus-terusan sih"
"Kak Tria udah ngungkapin emang?"
"Gak tau sih, tapi kayanya belum"
Aku termenung sesaat.
Rasa ingin tahuku terhadap gadis mongoloid itu semakin menumpuk di dalam pikiranku. Jika seandainya, wanita yang bernama Kantia itu bukanlah si gadis mongoloid yang aku maksud, mungkin aku akan sedikit kecewa. Karena ekspetasi dan harapanku terbalaskan palsu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Time [GirlxGirl] (Editing)
Romance#1 in realstory ( 10 September 2019) #1 in musik ( 17 September 2019) Waktu menyimpan segalanya, termasuk kehidupan yang akan kita lalui kelak. Tapi bagaimana jika waktu mempertemukan dengan hal yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya, Apakah kit...