Prolog

11.3K 389 14
                                    

Hidupku akan baik-baik saja bukan?

Mungkin, iya.

Pagi itu, aku bisa melihat cahaya mentari begitu bersinar hangat menerobos jendela kelasku. Aku hanya duduk melamun sambil meneliti setiap orang yang berjalan di depan kelas, semuanya terlihat asing.

Baru beberapa hari aku duduk di SMA ini, sekolah yang sangat aku impikan ketika aku masih duduk di bangku SMP dulu. Walau semuanya memanglah asing, menurutku ini terlihat sama saja, tidak ada seorangpun yang terlihat menarik dan mencolok di mataku.

Namaku Gusna Dwi Sasmita. Aku duduk dikelas Sepuluh Mipa Lima, kebetulan tempat dudukku di posisi samping kiri paling depan menempel ke jendela, jadi dengan bebas aku bisa melihat ke luar dan meneliti segala hal.

Beberapa menit berlalu, semuanya masih terlihat sama, tidak ada yang menarik di mataku. Namun tetap saja, aku tidak bosan melihat setiap murid bergantian melewati depan ruang kelas. Karena hanya itulah yang dapat aku lakukan.

Hari ini aku belum memiliki teman, dan mungkin akan sulit mendapatkannya. Orang-orang di kelas ini terlalu berisik, aku tidak menyukainya.

Sampai entah siapa itu, wajahnya begitu terang tersorot sinar mentari, bahkan ia sedikit mengerutkan kening dan menyipitkan matanya, mungkin saking tidak kuat dengan sinar yang menerobos pupilnya.

Ia melangkah sendiri dengan menggunakan baju sekolah yang terlihat kekecilan di badannya. Pemandangan itu terlihat cukup aneh, karena dengan penampilan seperti itu ia masih saja berjalan dengan begitu percaya diri menuju kelasnya. Ditambah parasnya itu, anak perempuan itu seperti bukan turunan lokal sepenuhnya. Ada potongan mongoloid di wajahnya.

Mongoloid? Maksudku wajah oriental.

Tambahan lagi untuk poin keanehannya.

Dia berjalan sendiri diantara orang yang berjalan bergandengan dengan temannya, wajahnya menyiratkan bahwa ia seperti orang yang tengah kesepian dan dingin.

Entah kenapa, bagiku ia seperti tokoh utamanya di mataku. Pagi itu dialah yang mentari sinari lebih terang dari orang-orang di sekitarnya . Terpikir dalam benakku, "Sepertinya siapapun akan sulit untuk menyelami hatimu yang beku itu."

Yang aku anehkan lagi, ialah satu-satunya orang di pagi hari ini yang aku perhatikan hingga tubuhnya hilang dari pandangan mataku, sedangkan aku belum tahu siapa dia.


Selamat ulang tahun,

Aku tahu ini sudah H+5, tetapi tak apakan? :)

Aku tidak mampu memberikan kado yang mahal, tetapi aku harap kamu bisa menghargai cerita yang aku cicil di hampir setiap waktu luangku. Aku sudah berjanji akan memberikan cerita butut ini sebagai hadiah ulang tahunmu. Walau belum selesai dan masih dalam tahap perbaikan, tetapi percayalah hanya kisah ini yang membuatku begitu semangat untuk menulisnya.

Sekali lagi selamat ulang tahun, semoga kamu selalu bahagia.

NB: Aku publikasikan bukan untuk pamer, aku punya alasan lain.

salam hangat,

AomineTetsuya

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang