|♪| 𝐎𝐧𝐞 𝐅𝐢𝐧𝐞 𝐄𝐯𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐒𝐞𝐚𝐧

591 91 120
                                    

Note : the story and all the characters in this story are fictional.

Keramaian di sekitar nyatanya tidak berhasil mengalihkan Arin. Pikirannya masih tenggelam pada kejadian beberapa saat lalu. Memang sebenarnya Arin tidak berhak untuk mencari tahu apakah benar lagu yang dibawakan Sean dan teman-temannya sengaja dinyanyikan untuk Sasha yang katanya menyukai lagu itu, atau entahlah—Arin tidak mau berburuk sangka. Namun jika memang benar, itu pertanda kali ini, lagi, Arin kalah.

"Rin?"

Panggilan Windy menyadarkan Arin dari lamunannya. Arin lantas menyahut, "Hm? Kenapa Win?" Windy menyadari ada yang aneh sebenarnya setelah sahabatnya kembali dari toilet.

"Lo kenapa? Sakit? Daritadi lesu banget," ujar Windy menanyakan kondisi Arin yang terlihat tidak bersamangat. Padahal sebelumnya, gadis cantik itu banyak tertawa dan berbicara.

Arin menggeleng serta menyunggingkan sebuah senyum tipis di wajahnya. "Nggak, gue sehat sehat aja kok. Udah yuk!" Ajak Arin sembari mengaitkan lengannya pada Windy. Meski setelahnya Arin nampak riang kembali, tapi Windy tahu, gadis itu tidak baik-baik saja.

Saat Arin bersama tiga temannya akan pergi menuju stan yang dijaga oleh Damar dan Irsyad, tanpa sengaja Arin mendengar percakapan Sasha bersama beberapa gadis lainnya yang tengah berkumpul di sebuah meja.

"Cie Sashaa~ kayaknya emang Sean suka sama lo deh," kata salah satu gadis dengan tujuan menggoda Sasha tentu saja. Suara gadis itu tidak tergolong kencang, namun entah kenapa fokus indra pendengaran Arin tertuju pada suara tersebut.

Dari arah belakang, Sean yang berniat mencari seseorang sedikit menajamkan pandangan kala melihat Githa sedikit mengguncang bahu Arin yang terdiam di tempat. Setelah itu Sean berjalan membelah keramaian yang mendadak terhenti karena Arin yang masih terdiam.

Ternyata yang dilakukan Sean setelah berhasil sampai di belakang tubuh Arin adalah melingkarkan tangannya di sekitar pundak perempuan itu. Kemudian membawanya untuk terus berjalan agar tidak menghalangi orang-orang yang berlalu lalang.

Arin terkejut ketika mendapati Sean tengah berjalan beriringan dengannya. Jangan lupakan tangan besar pemuda itu yang masih setia melingkari area pundaknya. Arin sempat menoleh dan membulatkan mata saat Sean melakukan hal tersebut, namun segera teralihkan karena Sean membuat gerakan agar Arin berjalan maju.

"Jangan suka ngelamun, gak baik." Sean tiba-tiba mengeluarkan suara beratnya sebelum akhirnya mereka pergi menepi dari keramaian dan saat itu teman Arin yang lainnya belum sampai.

Arin tidak menjawab setelah Sean melepaskan rangkulannya. Hal itu justru membuat Sean kembali berkata, "Baru gue bilang jangan suka ngelamun."

"E-eh? Gue nggak ngelamun." Sanggah Arin setelah mendapatkan fokusnya kembali. Tidak lama kemudian, Arin melihat Joy dan yang lainnya dari kerumunan. Sahabat Arin dengan tubuh jakung itu melihat Arin yang terlihat seperti menunggu kedatangannya.

Ternyata saat Joy berniat menghampiri untuk mengajak Arin bersama Windy dan Githa, gadis mungil itu sudah terlebih dahulu beranjak dari posisinya yang awalnya tengah berdiri bersama seorang pemuda berkulit putih pucat. Tentu Joy tahu siapa pemuda itu.

"Rin, lo kok misah? Gue kira lo tadi ilang tau," karena suara Joy, Windy dan Githa menoleh kemudian bernapas lega ketika melihat Arin yang sudah berdiri di samping Joy.

"Arinnnn, gue kira lo kemana ih..." Windy terlihat begitu lega setelah melihat Arin. Gadis itu memang melihat ada seseorang yang menuntun Arin tadi saat sedang ramai, namun tubuh sahabatnya menghilang begitu saja beberapa saat kemudian.

Choir [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang