"Berarti—gue ditolak?"
Ekspresi Sean sangat kosong saat mengatakan itu. Akan tetapi hal tersebut justru terlihat lucu di mata Arin. Ia bahkan tidak bisa menyembunyikan senyum jenakanya dan malah terkekeh sambil memalingkan wajah ke arah lain.
"Kok ketawa?" Tanya Sean heran sekaligus tak mengerti.
Masih terdengar sisa tawa dari Arin saat gadis itu berniat menjawab pertanyaan Sean. "Gapapa, lucu aja."
Arin kemudian berhenti tertawa di saat Sean masih terlihat bingung dengan respon yang diberikannya.
"Kalo lo mikirnya lo ditolak, ya gapapa." Lanjutnya, tambah membuat Sean tidak mengerti.
Karena fitur wajah pria itu yang terlihat dingin, saat dahinya mengerut serta alisnya yang sedikit menukik, aura tajam masih terpancar dari pria itu. Hal tersebut membuat Arin sedikit takut (?) mungkin, saat melirik sekilas wajah Sean.
"Bentar."
"...jadi lo gak nolak gue?"
Tatapan Sean dan Arin bertabrakan tepat setelah Sean menyelesaikan kalimat yang sempat dijeda beberapa detik olehnya. Dengan Arin yang terkejut sementara Sean dengan rasa penasarannya.
Berusaha terlihat biasa saja, Arin lantas mengerjapkan matanya sesekali. Kemudian sedikit mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Sean sebelum menjawab.
"Lo tadi minta gue ngulang kalimat 'gue udah gak suka sama Sean' kan?" Tanya Arin.
Sean mengangguk setuju.
"Yaudah, kan gue udah ngomong."
"...emang gue bilang, 'gue nolak lo', enggak kan?"
Dalam hati, Sean membenarkan. Memang Arin hanya melakukan apa yang Sean katakan tadi. Gadis itu tidak menyebutkan apa pun soal penolakan pada Sean. Dan entah kenapa, hati Sean merasa lega setelah mendengar penjelasan Arin.
"Kalo gitu gue masih punya kesempatan ya."
Sean melafalkan kalimat tersebut selagi menolehkan wajahnya ke samping guna menatap sisi wajah Arin yang indah, menurutnya.
Merasa diperhatikan, Arin lantas sempat melirik sekilas sebelum sepenuhnya menoleh pada Sean.
"Up to you." Balas Arin seadanya.
Gadis itu pun kembali memutar kepalanya untuk memandang lurus ke depan. Merasakan semilir angin yang berhembus dan bersentuhan dengan kulit putihnya. Rasanya menyejukkan bagi Arin.
Pemandangan di mana rambut Arin sedikit tertiup angin selagi mata si gadis sibuk dipejamkan oleh empunya, tidak luput dari kedua netra tajam Sean. Harus pria itu akui, Arin punya side profile yang indah dan membuat dirinya betah memandangi wajah gadis itu meski hanya dari sebelah sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choir [HUNRENE]
Teen Fiction[ON GOING] Muhammad Sean Fakhri, seorang lelaki dingin dan terkesan tak acuh yang berhasil membuat Arindita Rachel Kirana jatuh cinta untuk pertama kalinya. Namun karena sifat Sean, terkadang Arin berputus asa dan berfikir untuk menyerah saja. Ditam...